Profil Suyadi, Sosok Dibalik Si Unyil yang Dikenal Sebagai Pak Raden

Tanggal kelahiran Suyadi ini kemudian disepakati sebagai Hari Dongeng Nasional................

Editor: Nasaruddin
TRIBUNNEWS/DANY PERMANA
Tokoh Pak Raden, yang bernama asli Drs Suyadi. 

Versi orisinilnya dari 1981 hingga 1993, lalu dari 2002 hingga 2003 awal, dan pertengahan 2003 hingga akhir 2003.

Selain karya fenomenal Si Unyil, Suyadi juga pernah didaulat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menjadi ilustrator buku pelajaran Bahasa Indonesia tingkat Sekolah Dasar.

Dikutip dari Harian Kompas, 16 Januari 2002, Suyadi merupakan anak dari seorang pamong praja atau patih di Kabupaten Surabaya.

Sebagai anak seorang "patih", ia mendapat bekal pendidikan yang baik dan berhasil menempuh pendidikan awal di ELS (Europese Lagere School).

Di ELS itulah Suyadi mulai suka menggambar, meski mendapat pertentangan dari ayahnya, Subekti Wirjokoesoemo.

"Opo kuwi. Sinau sek! (Pelajaran macam apa itu. Sekolah dulu!)" hardik ayahnya, seperti ditirukan Suyadi.

Pada waktu penjajahan Jepang, ia mengungsi ke Madiun karena rumahnya terbakar habis.

Setelah kembali lagi ke Surabaya, Suyadi melanjutkan pendidikannya ke Geneskundige Hoge School, sekolah persiapan ke perguruan tinggi.

Selepas dari GHS, ia pergi ke Bandung untuk menggapai cita-citanya di bidang seni rupa di ITB.

Pada 1950-an, saat menjadi mahasiswa ITB, Suyadi belajar mendalang kepada Pak Slamet, seorang guru dalang wayang kulit Jawa yang mukim di Bandung.

Bagi Suyadi, pengalaman belajarnya bersama Pak Slamet begitu membekas dalam perjalanan berkeseniannya.

Seiring populernya film Si Unyil, nama Suyadi pun mulai tenggelam dan digantikan oleh nama tokoh imajiner yang ia perankan, yaitu Pak Raden.

Namun, di balik kepopuleran Si Unyil, Suyadi mengakui bahwa banyak instansi dan departemen yang nimbrung dan ingin memanfaatkan popularitas film itu.

"Film kalau kelewat sarat beban dan pesan akan jadi tak menarik dan membosankan. Padahal anak-anak sebenarnya membutuhkan hiburan.

Ini yang sering dilupakan orang," kata Suyadi, dikutip dalam pemberitaan Harian Kompas, 22 Mei 1983.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved