Dosen IKIP PGRI Pontianak Bangkitkan Budaya Menulis Pantun Sejak Dini Lewat Program PKM
Selaku Ketua Program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM), Try Hariadi mengatakan kegiatan tersebut adalah lanjutan dari pelatihan dan Pendampingan Penu
Penulis: Anggita Putri | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra (PBSI) IKIP PGRI Pontianak sukses menyelenggarakan Program Pengabdian kepada Masyarakat beberapa waktu lalu digelar di kawasan Istana Kadariah Pontianak.
Program Pengabdian kepada Masyarakat merupakan wujud dari Tri Darma Perguruan Tinggi dalam hal ini melaksanakan kegiatan pelatihan dan Pendampingan Penulisan Pantun sebagai Upaya Pelestarian Warisan Budaya Melayu.
Adapun Tim PKM IKIP PGRI Pontianak yang terbangung di dalamnya yakni Try Hariadi, Elva Sulastriana, Netti Yuniarti,dan Fitri Wulansari.
Selaku Ketua Program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM), Try Hariadi mengatakan kegiatan tersebut adalah lanjutan dari pelatihan dan Pendampingan Penulisan Pantun yang telah dilakukan melalu daring selama beberapa pekan terakhir.
• Angka Kemiskinan di Kapuas Hulu Tahun 2020 Capai 8,99 Persen
“Kegiatan sebelumnya sudah kita laksanakan dari bulan Agustus lalu sebagai upaya melestarikan budaya berpantun yang menjadi warisan budaya melayu selama ini bagi generasi milenial di lingkungan tersebut,”ujarnya, Selasa 7 September 2021.
Dikatakannya Penulisan pantun yang dibuat yaitu menulis pantun dengan menyajikan dan mengisahkan tentang kebudayaan melayu, berbagai icon Kota Pontianak, kuliner, tempat wisata, Sungai Kapuas, cerita melayu Pontianak, Tugu Khatulistiwa dan sebagainya.
“Kami berharap melalui kegiatan ini bisa membangkitkan semangat menulis dan berpantun sejak dini sebagai wujud pemertahanan cinta dengan warisan budaya yang dimiliki,”harapnya.
Pada kegiatan lanjutan tersebut langsung diadakan tatap muka, tidak lagi daring seperti sebelimnya karena untuk mengumpulkan karya anak-anak.
• Wakil Wali Kota Pontianak Sebut Pemberlakukan PPKM di Pontianak Sudah Longgar
Selain itu, pada pertemuan tersebut juga dilakukan bimbingan secara teknis baik pelatihan maupun pendampingan seperti yang sudah di lakukan secara daring.
Lanjut Try Hariadi mengatakan adapun kendala pada saat pelatihan dan pendampingan penulisan pantun yaitu belum maksimalnya dalam pemilihan kata maupun gaya bahasa antara penulisan sampiran dan isi dalam sebuah pantun.
Namun ia melihat antusias peserta selama pelatihan dan pendampingan penulisan pantun sangat tinggi dan bersemangat dalam menyajikan tulisannya dengan menggunakan gaya bahasa yang unik dan menarik.
“Kami berharap nantinya dapat mengembangkan kecerdasan linguistik lokal jenius budaya Melayu, yang dimiliki oleh seluruh peserta,”ucapnya.
Dengan memunculkan potensi kreatif yang syarat akan cita rasa halus pada dirinya dalam bentuk tulisan serta pembentukan kepribadian maupun karakter budaya masyarakat Melayu.
Hasil akhir dari pelatihan dan pendampingan ini nantinya akan menghasilkan buku kumpulan pantun yang syarat akan kekayaan budaya. (*)
(Simak berita terbaru dari Kapuas Hulu)