Cerita Daniel Johan, Dari Aktivis Hobby Membaca Hingga Dapat Kepercayaan Masyarakat di DPR RI

Menurut pria kelahiran 10 April 1972 ini, membaca menjadi satu diantara jalannya untuk masuk ke dunia aktivis sampai akhirnya berpolitik.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Istimewa
Ketua DPP PKB, Daniel Johan. IST 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Murah senyum, senang bercanda dan tak segan untuk bertegur sapa menjadi ciri khas dari satu diantara Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi PKB dari Dapil Kalbar 1 Daniel Johan.

Siapa sangka, pria yang telah memasuki periode kedua di senayan ini ternyata dulunya seorang aktivis yang gemar membaca.

Daniel pun menerangkan jika menjadi seorang wakil rakyat belum pernah terpikirkan olehnya terlebih bukan dari keluarga besar politisi.

Namun karena prihatin dengan nasib petani, ia pun memberanikan maju dan terus memperjuangkan aspirasi masyarakat khususnya di bidang pertanian di Kalbar.

14 Kapal Nelayan Tenggelam di Perairan Kalbar, Daniel Johan Harap Para Nelayan Ditemukan Selamat

Begitulah cerita Daniel Johan atau yang juga karib disapa DJ saat memulai kisahnya dari seorang yang senang berorganisasi hingga mendapat kepercayaan oleh masyarakat untuk duduk di DPR RI kepada Tribun Pontianak.

"Sebenarnya dari keluarga besar tidak ada yang politisi. Tetapi yang menjadi jalan akhirnya saya sebagai politisi dan DPR RI berawal dari saat mahasiswa saya aktivis dan yang paling menentukan karena hobby membaca. Saat SMP suka membaca, dijamin saya dianggap aneh karena bacaaanya saat SMA filsafat, saya sudah asik dengan bacaan ekonomi masalah kapitalisme, sosialisme bahkan saya sempat menulis surat," tuturnya memulai cerita.

"Di jaman SMA ada beberapa pengamat atau tokoh yang saya kagumi tulisannya, tentu yang pertama Gus Dur, ada Kwik Kian Gie, Romo Mangun, termasuk beberapa tokoh. Buku suka membaca Soejatmoko, dan saya mengagumi Pak Arif Budiman.

Tapi baru kepikiran sekarang bahwa tokoh-tokoh idola saya dilahirkan kompas. Tokoh yang diberikan ruang di kompas menjadi sesuatu banget saat orde baru, dianggap pemikiran kita penting untuk kemajuan masyarakat," tambahnya.

Menurut pria kelahiran 10 April 1972 ini, membaca menjadi satu diantara jalannya untuk masuk ke dunia aktivis sampai akhirnya berpolitik.

Ia pun mengenang saat masa-masa sulit menjadi mahasiswa bersama sejumlah rekan sekarang tokoh politik di Indonesia.

"Rajin membaca menjadi bekal utama, kemudian masuk ke dunia aktivis, satu angkatan, satu geng, dengan Abdul Muhaimin Iskandar, Ahmad Basarah, hingga Anas Urbaningrum. Kita mulai dari tahun 90an, tahun 97 akrab-akrabnya membentuk Forum Kebangsaan Pemuda Indonesia (FKPI) yang dibentuk sebagai respon anti tesis dari kelompok cipayung yang dianggap pro dengan pemerintah," jelasnya.

"Saya punya kedekatan khusus dengan Gus Dur, selain saya mengagumi, sebagai orang tua saya jadi guru politik, moral, kebangsaan, kemudian dekat juga dengan Pak Muhaimin sampai saya memilih ke PKB," papar Daniel.

Lebih lanjut, Daniel pun bersyukur bekalnya saat menjadi seorang aktivis bisa menghantarkannya dijabatan politik.

Padahal saat pertama kali terjun ke masyarakat, ia mengatakan tidak mengandalkan uang.

Terlebih saat bertemu masyarakat ia selalu menegaskan agar jangan memilihnya jika hanya mengharapkan uang.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved