Perjuangan Relawan Pengurus Jenazah Covid-19, Berjuang demi Kemanusiaan
Beberapa hari lalu, UAA juga sempat dimintai tolong untuk mengurus jenazah Covid-19 yang sedang hamil delapan bulan.
Penulis: Viqri Rahmad Satria | Editor: Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Ketua Tim Fardhu Kifayah Ummu Athiyyah Al-Anshoriyyah (UAA) Pontianak, Vera menceritakan perjuangannya bersama tim. Mereka secara sukarela membantu mengurusi jenazah biasa dan bahkan jenazah Covid-19.
Di tahun 2013, saat ia sedang melihat prosesi pengurusan jenazah, ia merasa terenyuh menyadari bahwa kebanyakan pengurus jenazah sudah berumur lanjut.
"Saya yang memiliki tenaga lebih merasa malu. Kenapa saya tidak ikut membantu. Siapa yang akan melanjutkan perjuangan ketika mereka telah tiada," ucapnya, Jumat 30 Juli 2021 siang WIB.
Menyadari hal itu, ia pun memberanikan diri untuk bergabung di satu kelompok pengajian dan mulai mempelajari tata cara pengurusan jenazah. Seiring berjalannya waktu, dirinya merasa bahwa ilmu ini perlu untuk dibagikan.
• Strategi Pemerintah untuk Menangani Covid-19 Gelombang Kedua
"Setelah ada pengalaman mengurus jenazah, saya merasa ilmu ini perlu dibagikan. Singkat cerita, kami telah melakukan berbagai pelatihan di lima kota & kabupaten di Kalbar. Sampai saat ini, kami sudah memiliki anggota hingga 500 orang yang tersebar di berbagai wilayah di Kalbar," jelasnya.
Dirinya menceritakan, di tahun 2020 ia sempat menanyakan berapa orang pengurus jenazah perempuan di satu rumah sakit (RS). Ia terkejut mendengar sedikitnya orang yang siap mengurusi jenazah. Karena merasa timnya sudah ada pengalaman akhirnya mereka menawarkan diri.
"Kami akhirnya menawarkan diri untuk membantu RS mengurus jenazah. Awal mulanya kami hanya mau mengurusi jenazah biasa, bukan jenazah Covid-19," ungkapnya.
Dikarenakan melonjaknya kasus Covid-19, para petugas kewalahan untuk mengurus jenazah yang terpapar. Alhasil, Vera dan 25 anggota UAA berkesempatan untuk mengikuti training Perawat Pencegah dan Pengendali Infeksi (IPCN). Mereka pun akhirnya memahami bagaimana tata cara pengurusan jenazah Covid-19.
"Setelah selesai, kami terkejut RS Yarsi tiba-tiba meminta kami menjadi tim tunggal untuk menangani jenazah Covid-19. Dengan berbekal ilmu yang sudah kami dapat akhirnya kami pun menyanggupi," terangnya.
Tidak hanya RS yang meminta bantuan kepada UAA, banyak pula dari keluarga duka yang meminta mereka untuk mengurus jenazah anggota keluarganya. Satu hari menjelang Idul Adha, disaat Vera dan yang lainnya berpuasa mereka mendapat panggilan dari RS dan keluarga duka. Mereka dimintai tolong untuk mengurus jenazah.
"Kami hari itu mengurus lima jenazah dalam satu hari, dari kelimanya tiga orang positif Covid-19. Hari itu kami juga sedang berpuasa Arafah. Kami harus menggunakan alat pelindung diri (APD) berjam-jam lamanya, memandikan, mengafani, dan mengangkat jenazah. Setelah semuanya selesai, saya lepas masker dan tarik napas panjang-panjang, sangat pengap sekali. Hari itu kami pergi saat pagi dan baru pulang ketika matahari hendak terbenam. Full mengurusi jenazah," jelasnya.
Beberapa hari lalu, UAA juga sempat dimintai tolong untuk mengurus jenazah Covid-19 yang sedang hamil delapan bulan.
"Kami dimintai tolong untuk mengurus jenazah Covid-19 yang sedang hamil delapan bulan. Padahal sepuluh hari sebelumnya nenek si janin baru saja meninggal dunia. RS tidak menyanggupi untuk mengeluarkan janin malang tersebut, dikarenakan prosesnya butuh oksigen yang banyak," ujarnya.
Banyak cerita lain yang tim UAA alami selama menjalankan tugas mereka secara sukarela. Vera berharap, kegiatan mereka menjadi jalan dakwah dan upaya untuk menjunjung nilai kemanusiaan di tengah situasi sulit seperti sekarang.
Kemudian ia mengharapkan pemerintah lebih memerhatikan biaya pengurusan jenazah Covid-19 di RS dan perjuangan pengurus jenazah itu sendiri.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pontianak/foto/bank/originals/731-pig-1.jpg)