Tips Kesehatan
Mengenal Sejarah Penemuan Obat Bakteri Yakni Ivermectin Asal Jepang, Dipercaya Sebagai Obat Covid-19
Obat ini merupakan turunan dari dihidro dari avermectin, yang berasal dari mikroorganisme tunggal yang diisolasi di Institut Kitasato, Tokyo, Jepang.
Ia mengembangkan teknik baru yang memfasilitasi pertumbuhan bakteri tanah dalam kultur laboratorium dan memungkinkan karakterisasi zat yang dihasilkan oleh bakteri-bakteri tersebut.
Di antara penemuan besar pertamanya adalah identifikasi cerulenin pada pertengahan 1970-an, yakni antibiotik yang diproduksi oleh spesies jamur.
• Update Daftar Nama Obat Covid-19 Resmi Sesuai Rekomendasi BPOM, Tak Ada Ivermectin
Omura menemukan bahwa cerulenin bekerja dengan menghambat biosintesis asam lemak. Senyawa tersebut kemudian menjadi alat penelitian yang penting.
Pada pertengahan tahun 1970-an, Omura berhasil menemukan cara mengembangbiakkan galur baru dari bakteri tanah Streptomyces, termasuk S. avermitilis.
Selanjutnya, Omura mengirimkan kultur S. avermitilis kepada para peneliti di Merck Research Laboratories di Amerika Serikat.
Di laboratorium penelitian tersebut, ekstrak yang dikumpulkan dari kultur organisme.
Kemudian ahli parasitologi William Campbell dan rekan mengidentifikasi keluarga senyawa baru yang dikenal sebagai avermectin.
Para peneliti Merck kemudian memodifikasi struktur avermectin, sehingga menghasilkan ivermectin, yang ditemukan aktif melawan mikrofilaria (larva) dari nematoda yang berbentuk seperti benang.
Ivermectin menjadi salah satu agen anthelmintik atau obat anti parasit mematikan dan terpenting di dunia, digunakan untuk mengobati berbagai penyakit parasit terkait mikrofilaria pada manusia dan hewan lainnya.
Pada manusia, obat tersebut terbukti sangat bermanfaat untuk pencegahan Onchocerciasis atau penyakit Robles dan filariasis limfatik (elephantiasis), yang merupakan penyebab utama penyakit yang melemahkan di daerah tropis.
Untuk kontribusi Omura dalam penemuan ivermectin dan avermectin, peneliti asal Jepang ini menerima Hadiah Nobel 2015 untuk Fisiologi atau Kedokteran, bersama dengan parasitolog Amerika kelahiran Irlandia William Campbell dan ilmuwan China, Tu Youyou.
Kini, obat ivermectin yang dikenal sebagai obat cacing ini tengah ramai diperbincangkan publik, terutama di Indonesia, soal potensi penggunaannya sebagai terapi obat Covid-19. (*)