Tekad Nakes di Sintang Tetap Tangani Pasien Covid-19, Meski Sudah 8 Bulan Insentif Belum Dibayar

Niko, statusnya bukan pegawai. Dia seorang tenaga kontrak yang direkrut oleh RSUD Ade M DJoen Sintang, khusus penanganan Covid-19. Meski bukan pegawai

Penulis: Agus Pujianto | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA
Meski tunjangan insentif para tenaga kesehatan belum dibayar oleh pemerintah, nakes tetap memberikan pelayanan penuh terhadap pasien yang terpapar corona. Hak tenaga kesehatan yang diterima terkahir para tenaga kesehatan pada bulan Oktober 2020, tahun lalu. Nyaris mendekati pertengahan tahun 2021, janji pemerintah belum juga bisa dinikmati oleh para nakes yang setiap hari berhadapan langsung dengan pasien Covid-19. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINTANG - Sudah hampir 8 bulan tenaga kesehatan yang merawat pasien Covid-19 di RSUD Ade M Djoen, Sintang, Kalimantan Barat, belum menerima insentif yang dijanjikan oleh pemerintah. Bukan hanya nakes pegawai, tapi juga tenaga kontrak yang direkrut khusus untuk penaganan pasien corona.

Hak tenaga kesehatan yang diterima terkahir para tenaga kesehatan pada bulan Oktober 2020, tahun lalu. Nyaris mendekati pertengahan tahun 2021, janji pemerintah belum juga bisa dinikmati oleh para nakes yang setiap hari berhadapan langsung dengan pasien Covid-19.

“Insentif terima terkahir bulan Oktober 2020. Setelahnya belum ada sampai sekarang,” Niko Bayulus, Minggu 23 Mei 2021.

Niko, statusnya bukan pegawai. Dia seorang tenaga kontrak yang direkrut oleh RSUD Ade M DJoen Sintang, khusus penanganan Covid-19. Meski bukan pegawai, pria berusia 27 tahun ini, diberikan hak menerima insentif sebagai nakes yang sudah bertaruh nyawa membantu pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19.

“Pertama dapat insentif bulan Juli, tahun 2020 itu besaran Rp 7,5 juta. Setelah itu sistemnya beda lagi pada bulan Agustus itu dihitung per shif, Rp 300 ribu, menyesuaikan absen,” ungkap Niko.

Total ada 25 tenaga Nakes kontrak khusus penanganan Covid-19 di RSUD Ade M Djoen Sintang. Nakes seperti Niko dan lainnya, bertugaas di ruang ICU-RITN dan Intermediate. Niko, bergabung menjadi tenaga kontrak khusus penanganan pasien Covid-19 sejak Juli 2020.

Pelamar tenaga kontrak khusus penanganan corona sepi peminat. Padahal, rekrutmen sudah sampai tahap III. Namun, hingga rekturmen ditutup, jumlah pelamar kurang dari kuota yang dibutuhkan. Tak banyak SDM di luar sana seperti NIko, misalnya yang mendaftar. Tentunya ada banyak factor pertimbangannya.

“Bagi saya ini panggilan kemanusiaan. Rasa takut awalnya pasti ada. Tapi kita sudah dibekali teori. Apalagi sebelumnya saya sudah pernah bekerja di RS Kesrem,” jelasnya.

Baca juga: Sudah Divaksin Masih Bisa Terpapar Covid-19, Dinkes Sekadau Ingatkan Masyarakat Taati Prokes

Diberi tanggungjawab sebagai perawat pelaksana di ruang ICU-RITN, Niko punya resiko besar terpapar virus corona. Saban bertugas, SOP-nya, harus mengenakan baju Hazmat level 3. Selama 6 jam lamanya, dia harus standby.

Tak boleh lengah, meski penat, hingga sulit bernafas. Sebab, bila sewaktu-waktu dipanggil oleh pasien yang dirawatnya, dia harus siap sedia memberikan perawatan.

“Biasa pakai baju Hazmat 5-6 jam. Karena kita harus standy, tak boleh lengah. Ketika pasien itu manggil, kita harus cepat melakukan tindakan,” kata ayah satu anak ini.

Selain belum menerima tunjangan dari pemerintah, Niko juga belum menerima honor dari pihak rumah sakit sejak bulan Maret 2021. “Gaji kontrak yang sudah dibayar bulan Januari dan Februari 2021. Setelah itu belum sampai sekarang,” ungkapnya.

Tersendatnya tunjangan pemerintah hingga gaji tenaga kontrak yang telat dibayar membuat keuangan keluarga Niko tersendat. Tabungan insentif awal yang pernah diterimanya sudah habis terkuras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Meski tunjangan insentif para tenaga kesehatan belum dibayar oleh pemerintah, nakes tetap memberikan pelayanan penuh terhadap pasien yang terpapar corona. Hak tenaga kesehatan yang diterima terkahir para tenaga kesehatan pada bulan Oktober 2020, tahun lalu. Nyaris mendekati pertengahan tahun 2021, janji pemerintah belum juga bisa dinikmati oleh para nakes yang setiap hari berhadapan langsung dengan pasien Covid-19.
Meski tunjangan insentif para tenaga kesehatan belum dibayar oleh pemerintah, nakes tetap memberikan pelayanan penuh terhadap pasien yang terpapar corona. Hak tenaga kesehatan yang diterima terkahir para tenaga kesehatan pada bulan Oktober 2020, tahun lalu. Nyaris mendekati pertengahan tahun 2021, janji pemerintah belum juga bisa dinikmati oleh para nakes yang setiap hari berhadapan langsung dengan pasien Covid-19. (TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA)

“Kondisi keuangan, ya pasti sama-sama tau, pasti ndak ada, lah. Istri kerja, itu lah berharap sama istri sampai gaji dan insentif cair. Numpang sama istri untuk beberapa bulan. Dulu gaji pertama kita sisihkan, sekarang ya habis lah. Sampai minjam kalau saya pribadi belum ada, kalau teman-teman (nakes kontrak) yang ngekos ini ada,” ujar Niko.

Kepala Divisi Pendidikan dan Pelatihan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kabupaten Sintang, Dahlia S.Kep., Ns merasa prihatin dengan kondisi yang dialami para tenaga kesehatan baik status kontrak maupun pegawai yang belum menerima tunjangan dari pemerintah.

Insentif nakes yang dijanjikan oleh pemerintah ibarat asupan nutrisi bagi para nakes yang selama ini berada garda terdepan yang berhadapan dengan pasien corona yang sangat rentan terpapar virus menjadi perhatian khusus dari pemerintah.

“Kami di garda terdepan ini butuh asupan nutrisi yang kuat. Kami yang berhadapan langsung ujung tombak ini harus kuat dulu sebenarnya. Kami berharap memang pihak terkait bisa lebih optimal lagi untuk mengusahakan kelancaran pembayaran insentif. Ibaratnya, biar kami nih adalah buat beli makanan, yang memang dulunya kita dapat sekarang ndak ad lagi. Minimal tunggakan insentif tahun 2020 lah yang diusahakan,” harap Dahlia.

PPNI, kata Dahlia sudah berupaya memperjuangkan hak tenaga kesehatan yang belum dipenuhi,melalui pemerintah daerah Kabupaten Sintang. Termasuk, soal honor tenaga kontrak yang juga telat dibayarkan.

Baca juga: Alumni SMK Katolik Santa Maria Pontianak Serahkan Bantuan APD untuk Nakes di Sintang

“Kami sudah sampaikan detail kondisi yang dialami para nakes. Kasihan yang tenaga kontrak, apalagi penghasilannya hanya dari situ. Apalagi yang mau diharapkan. Ada yang harus ngontrak juga, boro-boro untuk makan sehari-hari, untuk bayar kontrak, saja gimana kalau mereka ndak dapat pemasukan. Minimal gaji pokok lancar, insentifnya menyusul lah kalau bisa,” harapnya.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang, Harysinto Linoh mengungkapkan insentif belum diterima nakes sejak bulan September 2020. Sinto mengaku sudah mengajukan lewat data refocusing tahun 2021 untuk pembayaran hutang insentof nakes tahun 2020 sampai 2021.

"Ini sedang proses refocusing anggaran APBD. Mudah-mudahan prosesnya cepat, insentifnya juga cepat dibayarkan. Sudah kita anggarkan, terhutang di 2020 saja sekitar 6 miliyar lebih, hanya untuk insentif nakes 3 bulan, 2021 kita anggarkan lumayan besar, 20 an miliar, ini sedang proses refocusing, kalau sudah selesai, kita langsung bayarkan," ujar Sinto.

Sinto sangat menghargai dan mengucapkan terima kasih atas kerja keras seluruh nakes di Kabupaten Sintang, yang terjun langsung dalam penanganan covid-19.

"Jangan patah semangat, insentif tennag lah, sudah kita anggarkan, kalau sudah selesai, kita cairkan ke rekening maisng-masing. Mohon bersabar," harapnya.

Panggilan Kemanusiaan, Tak Surut Meski Insentif Belum Dibayar

Tekad menjadi tenaga kontrak penanganan pasien Covid-19 bagi Niko, misi kemanusiaan bagi Niko. Baginya, hal ini sudah tak bisa ditawar. Niat dan ketulusannya untuk mengabdikan diri tak goyah meski haknya belum dipenuhi oleh pemerintah.

Ketika terbesit dalam pikirannya untuk menyerah dengan keadaan ekonominya yang seret, Niko memilih tetap bertahan mengemban amanah panggilan kemanusiaan.

“Kalau kami menyerah, kasian lihat pasien kondisi kayak gitu, siapa lagi kalau bukan kita yang bantu mereka. Sebenarnya ada niat menyerah dengan kondisi seperti ini, tapi ya kita kembali lagi, ini panggilan kemanusiaan kita, profesi kita, karena kita sudah dituntut dalam bidang kita. Tapi niat sudah kuat,” ujar Niko.

Semangat yang sama juga disuarakan oleh Samuel. Sebagai tenaga kontrak di Dinkes Kabupaten Sintang, yang punya tugas berat dalam penanganan Covid-19, juga belum menerima tunjangan insentif dari pemerintah. Namun, loyalitasnya tak surut meski haknya belum dipenuhi.

Meski tunjangan insentif para tenaga kesehatan belum dibayar oleh pemerintah, nakes tetap memberikan pelayanan penuh terhadap pasien yang terpapar corona. Hak tenaga kesehatan yang diterima terkahir para tenaga kesehatan pada bulan Oktober 2020, tahun lalu. Nyaris mendekati pertengahan tahun 2021, janji pemerintah belum juga bisa dinikmati oleh para nakes yang setiap hari berhadapan langsung dengan pasien Covid-19.
Meski tunjangan insentif para tenaga kesehatan belum dibayar oleh pemerintah, nakes tetap memberikan pelayanan penuh terhadap pasien yang terpapar corona. Hak tenaga kesehatan yang diterima terkahir para tenaga kesehatan pada bulan Oktober 2020, tahun lalu. Nyaris mendekati pertengahan tahun 2021, janji pemerintah belum juga bisa dinikmati oleh para nakes yang setiap hari berhadapan langsung dengan pasien Covid-19. (TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA)

“Bagi kami tenaga kesehatan ya sesuai arahan. Sehat kerja, sakit (terpapar) ya isolasi. Sembuh kerja lagi,” ujar Samuel kepada Tribun Pontianak.

Samuel dan para nakes, tetap memegang teguh loyalitas pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan keilmuan. Baginya, insentif merupakan bonus sebuah pekerjaan.

“Masalah insentif nakes yang sampai sekarang tidak ada kabar, saya ndak kepikiran sampai ke sana. Dalam pikiran saya, kalau insentif itu ya bonus, kalau dapat bersyukur, kalau ndak dapat ya udah, ikhlas. Kerja kami bukan tergantung insentif, tapi sesuai tanggungjawab. Insentif itu bonus. Kami tetap semangat bekerja,” jelasnya.

Dahlia, perawat senior di RSUD Ade M Djoen Sintang, yang juga bertugas di ICU-RITN mengatakan meski hak para nakes belum dipenuhi oleh pemerintah, namun semangat dan kinerjanya dalam merawat pasien Covid-19 tidak pernah surut.

Baca juga: Nakes Sarankan Pemkab Perketat Orang Masuk Sintang, Sudiyanto : Akan Kami Diskusikan

“Ini yang bikin saya aparesiasi ke teman-teman, kinerja ini ndak berubah. Semangatnya masih sama. Mungkin itu yang bikin profesi ini yang insya allah satu kaki sudah di surga. Kita mungkin bisa membayangkan sendiri rasanya gimana, kita loh kerjanya taruhan nyawa, karena yang kita hadapi ini virus yang memang dengan mudah sekali untuk menular. dan kita setiap hari ketemu langsung sama pasien yang terkonfirmasi,” ujar Dahlia.

Di tengah keterbatasan sarana prasana hingga hak yang belum terpenuhi, Dahlia dan para nakes terus menjaga kekompakan satu dengan yang lainnya. Sebab, jika lengah sedikit saja, akan berbahaya.

“ Di dalam itu (ruang perawatan), kita saling mensuport satu dengan yang lainya. Saling menguatkan, karena siapa lagi selain kita yang sama- sama ada di situ yang saling mengerti. Saya merasa mungkin kenalnya baru setahunan, tapi secara emosional boleh dibilang sangat dekat, kita harus jaga kekompakan, kalau ndak gitu takut imunnya turun. Alhamdulilah tim untuk di ICU memang sampai saat ini belum ada yang terpapar,” katanya. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved