PAKAR Beberkan KRI Nanggala 402 Sempat Bermasalah Tak Bisa Naik Turun, Balon Emergency Belum Keluar
Connie Rahakundini Bakrie Pengamat Pertahanan dan Militer menyoroti KRI Nanggala 402 yang dikabarkan hilang...
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Connie Rahakundini Bakrie Pengamat Pertahanan dan Militer menyoroti KRI Nanggala 402 yang dikabarkan hilang di perairan Bali sejak Rabu 23 April 2021.
Connie Rahakundini Bakrie memprediksi keberadaan Kapal Selam KRI Nanggala-402 yang ditumpangi 53 personel dan hilang kontak di Perairan Bali, masih dalam aman.
Prediksi itu disampaikan Connie dengan catatan balon emergency dari KRI Nanggala-402 tidak keluar.
“Karena balon emergency itu belum keluar, ketika kapal selam itu tenggelam dan balon emergency keluar itu artinya kapal selam pecah, " kata Connie Rahakundini Bakrie dalam tayangan Sapa Pagi KOMPAS TV, Kamis 22 April 2021.
Karena itu, kata Connie, masih ada harapan.
“Kedua, kita masih ada harapan, sejak tadi malam aja pergerakan kapal selam tersebut terdeteksi walaupun masih sangat lemah ya 2,5 knote,” tambahnya.
Lebih lanjut, Conny menyoroti soal pentingnya melakukan pembatasan pemakaian disamping Maintenance, Repair and Overhaul (MRO) pada alutsista di Tanah Air.
Baca juga: PERKEMBANGAN KRI Nanggala 402, Tim Temukan Sesuatu di Lokasi Pencarian?
Sebab, sambung Conny, kapal selam KRI Nanggala sudah berumur 44 tahun.
“Let's talk about MRO seriously, kapal selam ini usianya sudah 44 tahun, layaknya itu cuma sampai 25 tahun, tapi dengan MRO yang baik, oke, kita mungkin masih bisa bertahan,” katanya.
Terkait kapal selam KRI Nanggala yang hilang kontak, Conny menuturkan memang diketemukan masalah pada bulan Maret 2021.
Kapal selam tersebut, katanya, bermasalah pada naik dan turunnya.
“Nah sekali lagi saya bilang isu dari MRO ini menjadi penting, Kenapa? Karena di kita ini punya tendensi, pertama, lambat dalam modernisasi alutsista,” tegas Connie.
“Dan ketika modernisasi, aduh itu banyak banget yang cerewet gitu loh, satu hal, semuanya dipertanyakan. Padahal kita sudah menempatkan Putra Putri terbaik di alutsista,” lanjutnya.
Hal lain, sambung Connie, jangan pernah berpikiran semuanya beli (alutsista), seolah-olah semakin banyak semakin baik.
“Yang harus kita ingat ketika kita memiliki banyak (Alutsista) kita juga mesti memikirkan MRO-nya,” ujarnya”.
“Jadi menurut saya audit (MRO) juga perlu dilakukan (BPK) dibeberapa hal ya,” lanjutnya.
Baca juga: KRI Nanggala 402 Hilang, Kadispen AL Jelaskan Kemungkinan Tangki Bahan Bakar Retak & Bocor
Baca juga: KOMANDAN KRI Nanggala 402, Kebiasaan Heri Oktavian di Pagi Hari Sebelum Dinyatakan Hilang
Lacak Keberadaan KRI Nanggala 402
KRI Nanggala 402 dinyatakan hilang kontak sejak Rabu 21 April 2021 di Perairan Bali.
Hingga saat ini pencarian terus dilakukan.
Dalam proses pencarian ini, tim sempat menemukan sejumlah tanda yang mungkin mengindikasikan keberadaan KRI Nanggala-402.
Adanya Pergerakan Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen Achmad Riad menuturkan, KRI RE Martadinata sempat mendeteksi adanya pergerakan di bawah air dengan kecepatan 2,5 knot.
Akan tetapi, laporan tersebut belum bisa dijadikan kesimpulan penemuan kapal selam.
Pasalnya, kontak tersebut kemudian hilang, sehingga tidak cukup data untuk dilakukan identifikasi.
"Tidak cukup data untuk identifikasi kontak dimaksud sebagai kapal selam. Jadi saya tegaskan kembali berbagai berita yang disampaikan sudah ditemukan 21 jam itu sebenarnya belum bisa digunakan sebagai dasar," bebernya dalam konferensi pers di Base Ops Lanud I Gusti Ngurah Rai, Bali, Kamis 22 April 2021.
Dalam operasi pencarian ini, tim menemukan tumpahan minyak dan bau solar di beberapa lokasi berbeda.
Hal ini dibenarkan oleh Riad.
Baca juga: KRI Nanggala 402 Lewati Batas Aman Operasional, DPR Bahas Kelayakan KRI Nanggala
Tumpahan tersebut terlihat oleh awak Helikopter Panther 4211, KAL Bawean, dan KRI RE Martadinata 331.
Terkait temuan ini, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono mengatakan, ada dua kemungkinan yang menyebabkan terjadinya tumpahan minyak.
Kemungkinan pertama adalah adanya keretakan di tangki.
Karena kondisi black out atau matinya kelistrikan, tangki bisa mengalami keretakan bila posisi kapal selam memasuki kedalaman 500-700 meter.
Kemungkinan kedua ialah minyak tersebut sengaja ditumpahkan.
Ini bisa dilakukan saat kapal selam berada di kedalaman 50-100 meter.
“Di situ ada oli dan ada minyak, dihembuskan dibuang dalam upaya ini untuk mengapungkan. Jadi, untuk meringankan berat kapal tersebut, sehingga kondisinya bisa melayang,” ucapnya, dilansir dari Antara, Kamis 22 April 2021.
Titik dengan kemagnetan tinggi dideteksi di salah satu lokasi pencarian KRI Nanggala-402.
Hal ini disampaikan oleh KSAL Laksamana TNI Yudo Margono.
Titik dengan kemagnetan tinggi itu berada pada kedalaman 50-100 meter.
"Tadi baru kita temukan saat Panglima ke sana, ada kemagnetan yang tinggi di suatu titik di kedalaman 50-100 meter melayang," ungkapnya, Kamis.
Yudo berharap itu merupakan tanda keberadaan kapal selam KRI Nanggala-402.
Kapuspen TNI Mayjen Achmad Riad menyatakan, kapal selam ini melakukan kontak terakhir saat melaksanakan penggenangan peluncur torpedo.
"Penenggelaman peluncur terpedo nomor 8 yang merupakan komunikasi terakhir dengan KRI Nanggala pada pukul 04.25," tuturnya.
Berdasarkan keterangannya, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyampaikah bahwa KRI Nanggala-402 diperkirakan hilang di perairan sekitar 60 mil atau sekitar 95 kilometer dari utara Pulau Bali, sekitar pukul 03.00 waktu setempat. Kapal selam ini membawa 53 orang yang terdiri dari 49 anak buah kapal (ABK), seorang komandan satuan, dan tiga personel senjata.
Sebagianb artikel ini telah tayang sebelumnya di kompas.com dengan judul Pengamat Sebut Kapal Selam KRI Nanggala-402 Aman Sepanjang Balon Emergency Belum Keluar
Sebagian Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Melacak Tanda Keberadaan KRI Nanggala-402, dari Temuan Tumpahan Minyak hingga Titik Kemagnetan Tinggi"