Khutbah Jumat Singkat Bulan Ramadhan 2021 Materi dan Tema Khutbah Jumat Meraih Keistimewaan Ramadhan

Selain itu materi khutbah jumat singkat dapat menjadi bacaan umat muslim, guna meningkatkat ketakwaan kepada Allah SWT di bulan Ramadhan.

Editor: Rizky Zulham
GRAFIS TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ENRO
Ilustrasi - Khutbah Jumat Singkat Bulan Ramadhan 2021 dan Tema Khutbah Jumat Meraih Keistimewaan Ramadhan 

Dari Abu Hurairah RA, bahwa Nabi SAW bersabda;

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ [وفي رواية]: مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

[رواه البخاري ومسلم]

"Siapa saja yang berpuasa ramadhan dengan dasar iman, dan berharap pahala dan ridha Allah, maka dosanya yang lalu pasti diampuni." (Dalam riwayat lain), siapa saja yang melakukan qiyam (di malam hari) Ramadhan dengan dasar iman, dan berharap pahala dan ridha Allah, maka dosanya yang lalu pasti diampuni." (HR. Bukhari & Muslim)

Menjelaskan hadis ini, Al Hâfidz Ibn Hajar menuturkan dalam kitabnya, Fath al Bari;

اَلْمُراَدُ بِالإِيْمَانِن : الاِعْتِقَادُ بِفَرْضِيَّةِ صَوْمِهِ. وَبِالاِحْتِسَابِ: طَلَبُ الثَّوَابِ مِنَ اللهِ تَعَالَى. وَقَالَ اَلْخَطَّابِيْ: اِحْتِسَابًا أَيْ : عَزِيْمَةً، وَهُوَ أَنْ يَصُوْمَهُ عَلَى مَعْنَى الرَّغْبَةِ فِيْ ثَوَابِهِ طَيِّبَةَ نَفْسِهِ بِذَلِكَ غَيْرَ مُسْتَثْقِلٍ لِصِيَامِهِ وَلاَ مُسْتَطِيْلٍ لأَيَامِهِ. اهـ

"Maksud dari lafadz 'Imanan' adalah meyakini kewajiban puasanya (Ramadhan).

Baca juga: KHUTBAH Jumat Bulan Ramadhan 1442 H Tentang Keutamaan Bulan Ramadhan, Khutbah Pertama dan Kedua

Sedangkan maksud lafadz 'Ihtisaban' adalah mencari pahala dari Allah SWT.

Al Khatthabi berkata, 'Ihtisaban' maksudnya 'Azimah' yaitu berpuasa dengan konotasi mengharapkan pahala-Nya, dengan jiwa bersih terhadapnya, tidak merasa berat menjalankan puasa, dan mengulur-ulur harinya."

Sedangkan Al Manawi menjelaskan, dalam kitab Faidh Al Qadir;

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَاناً: تَصْدِيْقاً بِثَوَابِ اللهِ أَوْ أَنَّهُ حَقٌّ، وَاحْتِسَاباً لأَمْرِ اللهِ بِهِ، طَالِباً الأَجْرَ أَوْ إِرَادَةَ وَجْهِ اللهِ، لاَ لِنَحْوِ رِيَاءَ، فَقَدْ يَفْعَلُ المُكَلَّفُ الشَّيْءَ مُعْتَقِدًا أَنَّهُ صَادِقٌ لَكِنَّهُ لَا يَفْعَلُهُ مُخْلِصاً بَلْ لِنَحْوِ خَوْفٍ أَوْ رِيَاءَ

"Siapa saja yang puasa ramadhan dengan 'imanan', yaitu membenarkan pahala Allah, bahwa pahala itu benar, dan dengan 'ihtisaban' semata karena menunaikan perintah Allah, dengan mengharap pahala, atau berharap kepada Allah, bukan untuk tujuan riya’ (ditunjukkan kepada selain Allah).

Sebab, kadang seorang mukallaf melakukan sesuatu, dia yakin bahwa itu benar, tetapi dia tidak melakukannya dengan ikhlas, namun karena takut atau riya.

Imam An Nawawi juga menjelaskan hadis di atas dengan menyatakan;

مَعْنَى إِيْمَاناً: تَصْدِيْقاً بِأَنَّهُ حَقٌّ مُقْتَصِدٌ فَضِيْلَتُهُ، وَمَعْنَى اِحْتِسَاباً، أَنَّهُ يُرِيْدُ اللهَ تَعَالَى لاَ يَقْصُدُ رُؤْيَةَ النَّاسِ وَلاَ غَيْرَ ذَلِكَ مِمَّا يُخَالِفُ الإِخْلاَصَ

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved