Berikut Kenangan Momen Ramadhan yang Tidak Lagi Kita Rasakan, Pawai Obor dan Lainnya

Dirangkum Tribun Pontianak, beberapa tradisi Ramadhan kali ini membuat kita harus terus bersyukur dan bersabar karena tidak merasakan kemeriahan seper

TRIBUN PONTIANAK/DESTRIADI YUNAS JUMASANI
Pawai 1001 obor yang diinisiasi Aliansi Pergerakan Pemuda Islam dari Masjid Mujahidin, Jalan Ahmad Yani, Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu (4/5/2019) malam. Pawai obor ini sengaja digelar menyambut Ramadhan 1440. 

4. Malam Takbiran

Warga menyulut meriam karbit di tepian sungai kapuas, kawasan banjar Serasan, pontianak, Kalbar, Sabtu (24/6/2017). Permainan meriam karbit merupakan tradisi masyarakat kota Pontianak yang dibunyikan pada malam takbiran. Seiring berjalannya waktu, permainan meriam karbit kemudian diperlombakan yang dikemas dalam festival meriam karbit yang di gelar Forum Meriam Karbit bekerjasama dengan pemerintah kota Pontianak, pada festival meriam karbit Idul fitri 1438H ini di ikuti oleh 259 batang meriam karbit yang terbagi dalam 44 kelompok.
Warga menyulut meriam karbit di tepian sungai kapuas, kawasan banjar Serasan, pontianak, Kalbar, Sabtu (24/6/2017). Permainan meriam karbit merupakan tradisi masyarakat kota Pontianak yang dibunyikan pada malam takbiran. Seiring berjalannya waktu, permainan meriam karbit kemudian diperlombakan yang dikemas dalam festival meriam karbit yang di gelar Forum Meriam Karbit bekerjasama dengan pemerintah kota Pontianak, pada festival meriam karbit Idul fitri 1438H ini di ikuti oleh 259 batang meriam karbit yang terbagi dalam 44 kelompok. (TRIBUN PONTIANAK/ANESH VIDUKA)

Jika di awal Ramadan ada pawai obor menyambut Ramadan, maka di penutupan bulan Ramadan sekaligus menyambut Idul Fitri kita biasanya akan melihat ataupun bergabung dengan keriuhan malam takbiran.

Riuh rendah suara takbir, tahmid, dan tahlil menyeruak memenuhi seluruh penjuru kota dan kampung-kampung. Suasana bahagia menyambut hari kemenangan seakan tidak surut akan gelapnya malam bahkan sampai hari Idul Fitri.

Di malam takbiran biasanya akan ada pawai dan konvoi dan iring-iringan kendaraan, di samping itu juga pelantang dari seluruh penjuru masjid pun bersahut-sahutan.

Bagi para perantau ini momen yang mengharukan sekaligus membahagiakan, bagi mereka yang bisa pulang ke kampung halaman tentu dapat mengobati kerinduan, bagi yang masih di perantauan harus sabar menahan rindu karena keterbatasan.

Di tengah pandemi ini tentu pemerintah menghimbau kita tidak berkumpul dan berkonvoi untuk mengikuti malam takbiran cukup dari rumah ataupun masjid, musala dan surau saja sudah cukup demi menyemarakkan hari kemenangan yang akan datang dengan protokol kesehatan yang aman.

5. Mudik ke Kampung Halaman

Deretan bus yang merupakan transportasi arus mudik lebaran jalur darat saat terparkir di Terminal Sungai Durian, Kabupaten Sintang, Rabu (29/5/2019) sore.
Deretan bus yang merupakan transportasi arus mudik lebaran jalur darat saat terparkir di Terminal Sungai Durian, Kabupaten Sintang, Rabu (29/5/2019) sore. (TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/WAHIDIN)

Momen mudik adalah salah satu momen paling akbar yang kita saksikan di negeri ini puluhan hingga ratusan orang bermigrasi dari berbagai lokasi untuk kembali pulang ke kampung halaman.

Di masa normal, berdesak-desakan di berbagai moda transportasi umum serta bermacet-macetan sekadar untuk berkumpul dengan keluarga di kampung halaman rela kita jalankan.

Luasnya wilayah Indonesia yang terpisahkan dengan lautan tentu semakin menambah faktor dan alasan kita untuk pulang ke kampung halaman menjelang lebaran setelah hampir setahun berjauhan dengan orang-orang tersayang.

Namun, semua itu seakan sirna ketika pemerintah melarang mudik seluruh warganya terutama pada periode 6-17 Mei 2021, bahkan berbagai pintu kedatangan akan dijaga serta berbagai moda transportasipun akan dilarang untuk beroperasi demi mencegah masifnya angka positif setelah momen berlibur dan berkumpul bersama sanak keluarga.

Tentu kita tidak dapat menyalahkan pemerintah atas larangan ini, sudah sewajarnya mereka berbuat demikian meski diiringi dengan kerancuan tetap dibukanya berbagai tempat objek wisata dalam kurun waktu tersebut.

Sejatinya momen Ramadan dan mudik ini banyak mengerek angka transaksi serta perekonomian Indonesia, namun benar kesehatan bukan hanya ekonomi semata.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved