Efikasi Sinovac Memang Jauh Lebih Rendah dari Vaksin Lain, Pakar Unair Sebut Safety Sangat Tinggi
Pakar Epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Dr dr M Atoillah Isfandiari MKes memberikan tangkapan perihal efikasi vaksin Sinovac
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Pakar Epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Dr dr M Atoillah Isfandiari MKes memberikan tangkapan perihal efikasi vaksin Sinovac.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebelumnya menyatakan bahwa vaksin Sinovac memiliki efikasi vaksin sebesar 65,3 persen.
Dr dr M Atoillah Isfandiari MKes mengatakan, meskipun nilai efikasi yang didapat jauh lebih rendah dibanding vaksin lainnya, vaksin Sinovac memiliki beberapa keunggulan.
Seperti menggunakan platform lama yang sudah sangat dikenal produsen vaksin, yaitu inactivated virus atau virus yang dimatikan.
Efek samping dari vaksin itu tercatat kurang dari 1 persen.
Artinya, memiliki safety sangat tinggi.
Baca juga: Tangan Dokter Gemetar Suntikan Vaksin Covid-19, Jokowi: Mungkin juga yang Disuntik Presiden
Baca juga: Vaksin Sinovac Didistribusikan ke 14 Puskesmas, Bupati Erlina: Terus Edukasikan Masyarakat
“Beda dengan yang lain walaupun efikasinya 90 persen tetapi menggunakan teknologi baru yaitu mRNA. Teknologi baru di sisi lain dalam jangka pendek mungkin bisa diamati dampaknya pada saat uji klinis, jangka panjang mereka belum tahu karena ini adalah platform baru,” papar pria yang akrab disapa Ato ini.
Vaksin Sinovac juga relatif mudah disimpan, maupun logistiknya tidak membutuhkan cold chain atau rantai dingin yang canggih seperti vaksin Pfizer yang membutuhkan penyimpanan minus 70 derajat.
Yakni, dengan disimpan di dalam kulkas biasa saja masih dapat memungkinkan.
Ato juga menuturkan, bahwa dikeluarkannya ijin pakai darurat oleh BPOM karena melihat semakin banyak korban Covid-19 berjatuhan.
Sementara, waktu ideal yang dibutuhkan adalah 6 bulan untuk pemantauan agar mengetahui efek samping pasca uji klinis dilakukan.
“Jadi, uji klinis fase 3-nya sudah selesai, sehingga data-data yang dicatat selama pelaksanaan uji klinis hasilnya bisa diperoleh dan dianalisis. Uji klinis sudah selesai hanya versi pemantauan pasca ujinya itu yang kemudian kita tunggu dengan pertimbangan bahwa selama uji mulai ke-1 sampai ke-3 laporan terkait dengan keamanan dan efikasi sudah didapatkan,” tuturnya.
Diberikan Pada Orang Sehat
Bagi Ato, vaksin berbeda dengan obat. Obat untuk mengobati orang sakit. Sementara vaksin untuk mencegah yang sehat agar tidak sakit.
“Sehingga vaksin itu harus diberikan kepada orang yang masih sehat. Kalau sudah sakit bukan menjadi target dari vaksin. Karena, yang bersangkutan sementara sudah punya antibodi alami yang mungkin memang akan terdegradasi seiring waktu,” ucapnya.
Perihal penggunaan vaksin Sinovac, Ato mengatakan, agar saat ini diprioritaskan paling tidak untuk mereka yang belum punya kekebalan sama sekali.
Sehingga, vaksinasi diberikan pada orang sehat, bukan orang sakit.
Baca juga: Raffi Ahmad Suntik Vaksin Covid-19 Bareng Presiden Jokowi, Rasakan Reaksi Pegal-pegal Usai 30 Menit
“Yang harus diberikan dulu ya tentunya yang bisa menolong dulu, dalam hal ini adalah tenaga medis. Karena analoginya tenaga medis aman dari infeksi, maka selanjutnya bisa lebih optimal dalam menolong orang lain, termasuk juga menolong untuk mendapatkan kekebalan,” pungkasnya.
Angka Efikasi Vaksin Sinovac Melebihi Standar WHO
Sementara itu, angka efikasi yang diumumkan BPOM menurutnya juga terbilang tinggi.
Pasalnya, standar yang diberikan WHO sebesar 50 persen, sehingga paling tidak, angka efikasi yang diumumkan telah melampaui.
"Diumumkannya angka efikasi vaksin tersebut menjadi salah satu bentuk kejujuran ilmiah sebagai upaya menyakini bahwa efikasi diperoleh melalui uji klinis yang sesuai dengan asas good clinical practice (GCP),"ujarnya.
Selain itu, sambungnya, diumumkannya angka efikasi vaksin juga merupakan bagian dari menjunjung tinggi kejujuran ilmiah secara bertanggung jawab.
“Kalau enggak jujur bisa saja akan dilaporkan nilai yang lebih tinggi akan lebih tinggi. Tapi dengan angka segitu itu artinya bahwa aplikasi itu diperoleh secara bertanggung jawab,” ucapnya pria yang juga menjabat sebagai Wakil Dekan II Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unair ini.
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Pakar Epidemiologi Unair Surabaya Ungkap Beberapa Keunggulan Vaksin Sinovac