Sepak Terjang Arief Sulistyanto Calon Kapolri: SALAM ZERO di Kalbar hingga Kembalikan Uang BCA
Salam Zero Arief Sulistyanto pernah menggema di kalbar saat arief sulistyanto menjadi kapolda. Apa itu Salam Zero?
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Kepala Lemdikpol Komjen Arief Sulistyanto menjadi satu dari lima calon Kapolri pengganti Jenderal Idham Azis.
Lulusan Akpol 1987 ini, lahir di Nganjuk, Jawa Timur 24 Maret 1965.
Bagi sebagian masyarakat Kalimantan Barat, nama Arief Sulistyanto tentu tak asing karena pernah memimpin Polda Kalbar pada 2014 lalu.
Saat menjadi Kapolda Kalbar, Arief Sulistyanto dikenal dengan Salam Zero dari Kalbar untuk Indonesia.
Bahkan Salam Zero juga menjadi judul buku yang ditulis Sumarni Guntur Rahayu, berisi catatan sepak terjang Brigjen Arief Sulistyanto dalam menerapkan zero tolerance terhadap berbagai bentuk penyimpangan, pelanggaran hukum, KKN, pungli dan sejenisnya itu menjadi semacam kado ultah ke-50 Brigjen Arief.
Salam Zero adalah salam yang dijadikan semboyan Arief Sulistyanto selama menjadi Kapoda Kalbar.
Salam Zero merupakan upaya Arief Sulistyanto melakukan reformasi di tubuh Polri khususnya Polda Kalbar.
Baca juga: Harta Kekayaan 5 Calon Kapolri Pengganti Idham Azis: Arief Sulistyanto Tertinggi
Langkah revolusioner ini dilakukan guna mengubah mental dan perilaku buruk para anggotanya.
Revolusi tersebut mulai dia gulirkan tidak sampai sepekan setelah dilantik menjadi Kapolda Kalbar oleh Kapolri Jenderal Pol Drs Sutarman pada 13 Mei 2014.
“Salam zero merupakan representasi kebijakan Kapolda yang menerapkan zero tolerance terhadap berbagai bentuk pelanggaran, penyimpangan, pungutan liar (pungli), korupsi, kolusi. dan nepotisme," kata Arief seperti tertuang dalam buku "Salam Zero: Revolusi Mental Mencetak Polisi Profesional Antikorupsi" karya Sumarni Guntur Rahayu.
"Salam zero bukan hanya jargon, bukan hanya retorika, namun diimplementasikan dalam pelaksanaan tugas seluruh anggota Polda Kalbar dan jajarannya,” lanjutnya.
Salam Zero disimbolkan dengan posisi jari telunjuk dan jempol membentuk angka nol atau zero dan tiga jari lainnya tetap tegak, yaitu jari tengah yang berarti tetap berpegangan pada Pancasila, jari manis melambangkan Tribrata dan jari kelingking melambangkan Catur Prasetya.
Dengan Salam Zero itu, Arief ingin memberangus praktik setor-menyetor yang selama ini cenderung sudah dianggap sebagai budaya karena lazim terjadi, budaya memberi sangon, atau biaya entertain tamu-tamu yang datang dalam rangka kunjungan kerja, pengawasan dan pemeriksaan, supervisi, monitoring, sosialisasi atau apapun istilahnya.
“Kedatangan tamu-tamu yang berkunjung ke Polda Kalbar akan disuguhi laporan kinerja Polda Kalbar dan jajaran dalam rangka menuju Polda Kalbar yang hebat, jujur, dan anti-KKN. Pola pembenahan dilakukan dari transformasi moral hingga manajemen pembinaan maupun operasional," tegasnya.
Baca juga: Profil Arief Sulistyanto Calon Kapolri Paling Kaya: Kasus Munir, Kapolda Kalbar hingga Kabareskrim
Kembalikan Uang BCA
Melansir pemberitaan Tribun Pontianak saat launching dan bedah buku "Salam Zero: Revolusi Mental Mencetak Polisi Profesional" Rabu 25 Maret 2015, ada testimoni menarik dari Head Of Halo BCA, Nathalia Wani Sabu.
Nathalia menuturkan sebelum BCA menjadi bank role model dalam melawan kejahatan perbankan, bank tempatnya bekerja acapkali menjadi sasaran pelaku kriminal perbankan.
Direksi yang gerah kemudian menugaskannya untuk melawan kejahatan perbankan tersebut, caranya bekerjasama dengan kepolisian.
Nathalia memberanikan diri mendatangi Bareskrim Mabes Polri.
Ia bertemu Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus masa itu, Arief Sulistyanto membahas sebuah kasus besar yang terjadi. Suami dari Niken Manohara itu kemudian bertindak cepat.
Tak butuh waktu lama, kasus tersebut terpecahkan.
"Pimpinan saya nanya, Pak Arief kerja pakai dana mana. Karena tidak enak, akhirnya disiapkan dana pengganti operasional. Uangnya saya bungkus cantik pakai kado, kemudian saya datangi lagi Pak Arief," kata Nathalia.

Cuci otak
Nathalia merasa lega karena telah menyampaikan "amanah" pimpinannya.
Namun Ia tak menyangka keesokannya teleponnya berdering, Arief ingin bertemu dan uangnya dikembalikan.
"Saya temui ternyata saya dicuci otak satu hari penuh, setelah itu saya mikir, kok ada ya polisi seperti ini (tidak menerima imbalan,red)," kata Nathalia.
Padahal, maksud si ibu uang itu sebagai pengganti biaya operasional pengusutan kasus kejahatan skimming.
"Saya diberitahu kalau uang operasional itu dibiayai negara," terang Nathalia.
Diminta oleh moderator bedah buku, Arief lalu menimpali testimoni Nathalia.
Kata Arief ia mengira dalam kado adalah jam dinding kenang-kenangan dari BCA, karena bentuk kado itu menyerupai jam dinding.
"Saya kirain jam dinding, ternyata uang. Uang yang digunakan adalah uang negara uang operasional," kata Arief.
Nathalia lalu menceritakan kisahnya ke rekan dia soal sosok perwira polisi itu.
"Ibu itu tanya kepada perwira polisi yang ditemuinya, berapa biaya untuk mengurus perkara. Jadilah dia dicuci otak, seperti saya alami bahwa mengurus perkara ke polisi itu tidak bayar, karena sudah dibiayai negara," pungkas Nathalia.
Cerita Nathalia merupakan satu di antara testimoni masyarakat terhadap kinerja Brigjen Arief Sulistyanto, saat bedah buku "Salam Zero" yang menampilkan empat pembahas.
Rektor Untan Prof Dr Thamrin Usman DEA, Pemimpin Redaksi Tribun Pontianak Ahmad Suroso, Pemred majalah Tempo Arif Zulkifli dan Pemred Detik.com Arifin Asydad, dengan moderator Dr Hermansyah SH dari Fakultas Hukum Untan.
Launching buku yang bertepatan Ultah Arief Sulistyanto yang ke-50 ini juga dihadiri masyarakat dari Ketapang, Isa Anshari.
Ia mengaku mewakili ribuan petani sawit Ketapang yang ditipu oleh bos Benua Indah Group, Budiono Tan yang kini perkaranya sedang diadili di PN Ketapang.
"Pak Arief Kapolda keenam semenjak kasus ini kami laporkan, hanya bapak yang menuntaskannya, terimakasih semoga Polda Kalbar semakin hebat," kata Isa.
Thamrin Usman menuturkan sangat mengapresiasi terbitnya buku Salam Zero.
Apalagi buku ini dibuat berbekal dari kebijakan-kebijakan maupun pola kepemimpinan Kapolda Brigjen Arief.
Perintah-perintah yang ditanskripkan kemudian menjadi inspirasi bagi Kompol Sumarni untuk dibagikan dengan cara ditulis dalam sebuah buku tak hanya kepada anggota polri namun juga untuk masyarakat luas.
Pemred Tribun Pontianak, Ahmad Suroso mengaku sangat tertarik pada Bab 7 yang berjudul Kapolda Putra Petir.
Sebab menceritakan Arief Sulistyanto yang mendapat gelar kehormatan Belarek yang berarti guntur atau petir dari Dayak Kayan saat Kapolda berkunjung ke Kapuas Hulu.
Ini mengingatkan pada tokoh pahlawan super dalam cerita klasik terkenal asli Indonesia: Gundala Putra Petir.
Hal itu terkait dengan sosok Kapolda yang kehadirannya di Kalbar membuat gentar para pelaku kejahatan dan penyimpangan.
"Buktinya Kalbar yang daerah perbatasan dengan Malaysia dan rawan penyelundupan, kini pelakunya tiarap dan tidak berani," kata Roso, panggilan Ahmad Suroso.
Tak kalah penting, kata Roso adalah kebijakan mengenai jaminan tidak ada lagi polisi di perkebunan maupun pembentukan satgas mafia tanah.
Sebab tingginya angka konflik diperkebunan maupun mafia tanah, kerap kali membenturkan polisi kepada masyarakat banyak.
Menanggapi apresiasi yang disampaikan para pembahas dan tamu undangan, Arief menjawab dengan senyum mengembang,
"Saya bukan orang luar biasa, tetapi masyarakat Kalbar yang luar biasa mendukung kerja saya, sehingga hari ini sudah sepuluh bulan, sepuluh hari saya bertugas di Polda Kalbar," kata Arief saat itu.
Suami dr Niken Manohara M.Gizi itu mengungkapkan, polisi profesional itu bekerja untuk negara dan masyarakat, sehingga jangan sekali-kali seorang polisi merasa lebih dari masyarakat.
"Pola pikir yang saya bangun saat ini, seorang polisi hadir untuk negara dan masyarakat karena masyarakatlah 'juragan' kami," ujarnya.
Buku yang ditulis ditulis Kompol Sumarni, Kanit Tindak Pidana Korupsi di Ditkrimsus Polda Kalbar yang diperbantukan di sebagai Perwira Menengah Staf Pribadi Pimpinan (Spripim) itu menceritakan langkah Arief dalam melakukan revolusi mental dan membentuk polisi yang antisuap dan antikorupsi.
Dalam buku setebal 186 halaman terbagi dalam 19 bab itu digambarkan program Arief memperbaiki kinerja Polda Kalbar selama 10 bulan terakhir. Polisi di jajaran Polda Kalbar dipacu kinerjanya. Antisuap, antikorupsi, antisetoran, dan juga semangat melayani masyarakat dicanangkan. Pengawasan kepada reserse juga ditanamkan.
"Satu hal yang paling penting menjaga peradaban bangsa. Sebelum kita menjaga harus menjadi manusia yang beradab, memahami norma-norma dan kultur," terang Arief.
-----------------------------------
Artikel ini telah tayang di tribunpontianak.co.id dengan judul Kisah Brigjen Arief Kembalikan Uang dari Pimpinan BCA
Penulis: Novi Saputra
Editor: Arief
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Revolusi Polri Dimulai Dari Salam Zero Ala Brigjen Arief
Penulis: Suprapto
Editor: Suprapto