Bedah Buku Salam Zero

Salam 'Zero' Kapolda Kalbar, Ini Maknanya

jika semua polisi dapat bersikap dan bertindak zero tolerance seperti yang dicontohkan oleh Brigjen Arief, ia yakin kepolisian akan dicintai

Penulis: Novi Saputra | Editor: Arief
IST
Kapolda Kalbar, Brigjen Pol Arief Sulistyanto melakukan Salam Zero bersama Wakil Ketua KPK, Adnan Pandu Praja, di Mapolda Kalbar, November 2014 lalu. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Tanggal 24 Maret lalu menjadi hari bahagia Kapolda Kalbar, Brigjen Pol Arief Sulistyanto. Selain ulang tahun kelahirannya yang ke 50 yang ditandai pemotongan tumpeng bersama istrinya, dr Niken Manohara, Ia juga mendapat kado spesial peluncuran buku Salam Zero yang ditulis oleh Kanit Tipikor Ditkrimsus Polda Kalbar, Kompol Sumarni Guntur Rahayu.

Mantan Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Mabes Polri itu di depan hadirin acara peluncuran sekaligus bedah buku "Salam Zero: Revolusi Mental Mencetak Polisi Profesional Antikorupsi" di Graha Khatulistiwa Mapolda Kalbar mengaku tak terbiasa merayakan ulang tahun.

"Saya tak pernah merayakan ulang tahun. Karena sebenarnya lahir pada 30 Februari. Kan gak bakalan ketemu tanggal 30 Februari," seloroh Arief.

Arief bercerita, Mei 2014 Ia mendapatkan telepon dari Kapolri, saat itu ia sedang berada di Batam menangani suatu kasus. Ia terkejut lantaran Jenderal Sutarman memberinya amanah memimpin Polda Kalbar. Polda yang ia ibaratkan seperti perahu yang nyaris tenggelam akibat rusak parah.

Bukan tanpa alasan, sebab sebelumnya ia sudah menginjakkan kaki di tanah Kalbar mengusut penyebab "banjir" produk-produk ilegal dari pintu perbatasan Indonesia-Malaysia, Entikong.

Tak ingin bekerja sendiri, kata Arief ia minta teman untuk ikut serta bertugas di Polda Kalbar. Maka disetujuilah yang kemudian diikuti dengan penugasan Kombes Hary Sudwijanto sebagai Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Kalbar, dan AKBP Dewa Nyoman Nanta sebagai Kepala Subdit III Reserse Kriminal Khusus Polda Kalbar.

Hampir setahun berdinas di Polda Kalbar, Arief mengibaratkan jika sebelumnya pada awal ia menjabat seperti naik perahu butut ini sudah hampir tenggelam maka sekarang ia dianggap layaknya sebuah kapal yang sudah bisa berlayar laju, meski bukan di samudra namun di sungai.

Arief mengaku berterima kasih, selama memimpin Polda Kalbar ia mendapat support dari tokoh masyarakat. "Saya tidak hebat, yang hebat itu misalnya pak Yakobus Kumis dan lainnya," kata Arief yang diikuti tawa oleh Ketua Harian Dewan Adat Dayak Kalbar, Yakobus Kumis dan tamu undangan lain pada launching buku Salam Zero.

Arief menuturkan, awalnya ia hanya memerintahkan agar semua perintahnya ditranskripkan dan direkam video. Namun tanpa disangka kemudian dilanjutkan menjadi penulisan sebuah buku oleh Kompol Sumarni yang juga ditempatkan sebagai perwira staf pribadi pimpinan (Spripim).

Kompol Sumarni mengaku inspirasi awal hingga ia menuliskan buku Salam Zero adalah ia ingin jika pola-pola kepemimpinan maupun sikap zero tolerance yang dilakukan oleh Brigjen Arief dapat menjadi inspirasi bagi anggota kepolisian lainnya.

"Tujuannya untuk menginspirasi generasi pimpinan polri, pola-pola yang dikerjakan bisa dicontoh baik oleh polisi di Kalbar maupun di Indonesia," kata istri dari AKBP Guntur Rahayu ini.

Sumarni berpendapat jika semua polisi dapat bersikap dan bertindak zero tolerance seperti yang dicontohkan oleh Brigjen Arief, ia yakin kepolisian akan dicintai oleh masyarakat. "Kalau semuanya bisa seperti beliau insha Allah polisi bisa dicintai masyarakat," kata Sumarni yang punya pengalaman empat tahun bertugas di Komisi Pemberantasan Korupsi.

Sumarni mengaku butuh waktu tiga bulan baginya untuk menulis buku Salam Zero, ia mendapat dukungan dari suami tercintanya dalam mendorong dirinya untuk menulis. Apalagi bahan penulisan juga tak jauh darinya.

"Setiap catatan yang terkumpul saya tulis. Harapannya buku ini bisa menjadi referensi maupun inspirasi, pola kepemimpinan minimal bisa dicontoh. Di sini Pak Arief banyak mendapat dukungan dari masyarakat karena pola-pola yang beliau kerjakan," katanya.

Sumarni mengaku tak kesulitan membagi waktu selama menulis maupun tugas dan mengurus keluarga. "Membagi peran saat menulis itu gak susah ya, kadang sambil nunggu anak sekolah saya kerjain. Karena setiap perintah beliau kan saya catat ya," kata wanita kelahiran Pontianak 38 tahun silam ini.

Mengenai buku Salam Zero, Kapolda Brigjen Arief mengaku inisiatif menulis buku datang dari Kompol Sumarni, setelah bertemu dengan motivator Aqua Dwipayana.

"Saya hanya memerintahkan kepada AKP Sumarni tolong tulis semua perjalanan dan omongan saya. Tahu-tahu sudah jadi draft buku dan oleh Sumarni disodorkan ke saya, sehingga jadilah sebuah buku 'Salam Zero' dengan tema revolusi mental mencetak Polri Profesional antikorupsi," katanya.

Buku Salam Zero berisikan 186 halaman dengan cover Brigjen Arief mengenakan pakaian besar yang sedang memegang perisai ala Romawi menangkis mata panah yang diikuti lembaran uang. Terdiri dari 29 bab di antaranya bab berisikan komitmen integritas hingga bab 29 dengan judul Salam Zero.

Bab salam zero mendefinisaikan maksud salam yang dikampanyekan oleh Brigjen Arief, dibentuk oleh lima jari, telunjuk dan jempol membentuk huruf 0 yang menandakan zero pungli, zero penyimpangan, zero tolerance. Tiga jari lainnya tegak, jari tengah yang berarti tetap berpegangan kepada Pancasila, jari manis melambangkan Tribrata dan jari kelingking melambang Catur Prasetya.

Arief berharap, bukunya ini bisa menjadi inspirasi bagi kepolisian. Buku ini menceritakan Arief yang menerapkan zero tolerance terhadap berbagai bentuk pelanggaran, penyimpangan, pungutan liar, korupsi, kolusi, dan nepotisme. "Ini sebagai inspirasi untuk mengubah kultur polisi menjadi lebih baik," urai Arief. (selesai)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved