Selasa 22 Desember 2020 Hari Ibu, Begini Sejarah Hari Ibu dan Pergeseran Makna yang Terjadi
Lalu bagaimana sejarah Hari Ibu sebenarnya? Mengapa ditetapkan pada tanggal 22 Desember?
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Tanggal 22 Desember setiap tahunnya, diperingati sebagai Hari Ibu di Indonesia.
Penetapan Hari Ibu, sebagai hari nasional dilakukan Presiden Soekarno melalui Keputusan Presiden Nomor 316 tahun 1959.
Lalu bagaimana sejarah Hari Ibu sebenarnya? Mengapa ditetapkan pada tanggal 22 Desember?
Sejarah Hari Ibu
Kesamaan pandangan untuk mengubah nasib perempuan di Tanah Air membuat berbagai organisasi perempuan yang ada di Sumatera dan Jawa berkumpul dalam satu tempat.
Mereka berdiskusi, bertukar pikiran dan menyatukan gagasannya di Dalem Jayadipuran, Yogyakarta.
Bermacam gagasan dan pemikiran diungkapkan dalam Kongres Perempuan pada 90 tahun lalu, 22 Desember 1928.
Baca juga: Perdana! Maskapai Air Asia Buka Rute Penerbangan Domestik Pontianak - Jakarta
Selama tiga hari, dari 22 Desember sampai 25 Desember terdapat beberapa isu yang dibicarakan dalam pertemuan bersejarah yang dihadiri 600 orang dari 30 organisasi.
Isu yang dibahas antara lain pendidikan perempuan bagi anak gadis, perkawinan anak-anak, kawin paksa, permaduan dan perceraian secara sewenang-wenang.
Selain itu, kongres juga membahas dan memperjuangkan peran wanita bukan hanya sebagai istri dan pelayan suami saja.
Berawal dari situlah, persatuan dari beberapa organisasi wanita ini semakin kuat dan akhirnya tergabung dalam organisasi yang lebih besar, yakni Perikatan Perkoempolan Isteri Indonesia (PPII).
Sampai akhirnya, ketika Kongres ketiga, perkumpulan ini mematangkan dan menyuarakan mengenai pentingnya perempuan dan menetapkan 22 Desember, dimulainya Kongres Perempuan I pada 1928, sebagai Hari Ibu.
Baca juga: Belum Dapat BLT Gaji Termin 2 ? Cek https://sso.bpjsketenagakerjaan.go.id/ atau Laporkan ke Sini
Mengapa 22 Desember?
Kongres Perempuan Indonesia III yang berlangsung dari 22 sampai 27 Juli 1938 di Bandung menetapkan Hari Ibu diperingati tiap 22 Desember.
Pemilihan tanggal itu untuk mengekalkan sejarah bahwa kesatuan pergerakan perempuan Indonesia dimulai pada 22 Desember 1928.
Setiap tahun, peringatan dilakukan untuk menghayati peristiwa bersejarah tersebut.
Presiden Soekarno kemudian mengeluarkan keputusan presiden untuk menetapkan dukungan atas Kongres Perempuan III.
Melalui Keputusan Presiden Nomor 316 tahun 1959 akhirnya Hari Ibu resmi menjadi Hari Nasional.
Penetapan itu disesuaikan dengan kenyataan bahwa Hari Ibu pada hakikatnya merupakan tonggak sejarah perjuangan perempuan sebagai bagian dari perjuangan bangsa yang dijiwai oleh Sumpah Pemuda 1928.
Berbeda dengan negara lain Hari Ibu di Indonesia yang diperingati tiap tahunnya berbeda dengan Hari Ibu (Mother Day) di negara-negara lain.
Baca juga: MENGEJUTKAN! Karni Ilyas Umumkan ILC Tv One Cuti Panjang | Tema ILC Terbaru Malam Ini di Tv One Live
Dilansir dari Harian Kompas yang terbit pada 22 Desember 1977, Hari Ibu di negara lain biasanya diperingati untuk memanjakan ibu yang telah bekerja mengurus rumah tangga setiap hari tanpa mengenal waktu dan lelah.
Sementara di Indonesia, momen Hari Ibu ditujukan untuk menandai emansipasi perempuan dan keterlibatan mereka dalam perjuangan kemerdekaan.
Sebelumnya, peringatan Hari Ibu selalu tertuju pada kaum perempuan.
Namun, pada 1986, peringatan ini ditujukan untuk seluruh rakyat Indonesia.
Dilansir Harian Kompas yang terbit pada 16 Desember 1986, mulai 1986 Hari Ibu diperingati secara nasional oleh seluruh rakyat Indonesia.
Hal itu dikemukakan oleh L Sutanto selaku Menteri Negara Urusan Peranan Wanita ketika itu.
Dengan diperingati oleh elemen masyarakat, khususnya generasi muda lebih bisa menghayati arti kebangkitan dari peran wanita.
Sehingga nilai luhur yang terkandung dalam sejarah kebangkitan wanita dapat diwariskan kepada seluruh rakyat Indonesia.
Pergeseran Makna Hari Ibu
Ada perbedaan mendasar antara peringatan Hari Ibu yang dirayakan dalam agenda nasional setiap 22 Desember dengan perayaan "Mother's Day" sebagai agenda internasional setiap 9 Mei.
"Hari Ibu bukan Mother's Day. Dalam masyarakat banyak pergeseran makna terlebih di kalangan milenial," jelas Ketua Kowani (Kongres Wanita Indonesia) Giwo Rubianto dalam webinar "Hari Ibu Bukan Mother's Day" yang digelar Kowani, Jumat (11/12/2020).
Hari Ibu, jelas Giwo, memiliki makna sejarah perjuangan pergerakan perempuan dan bukan sekadar satu hari di mana anak-anak memberi setangkai bunga atau memanjakan para ibu.
"Lebih dari itu, Hari Ibu menjadi kebangkitan kaum perempuan dalam menggalang persatuan dan kesatuan perjuangan yang tidak dapat dipisahkan dari perjuangan bangsa Indonesia," tegas Giwo.
Baca juga: Doa Akhir Tahun dan Doa Awal Tahun 2021, Doa Akhir Tahun Kapan Dibaca?
Lebih dari "Mother's Day"
Perjalanan panjang Hari Ibu, ungkap Giwo, merupakan perjuangan Kongres Wanita Indonesia yang dimulai sejak 28 Oktober 1928 yang ikut menggugah organisasi perjuangan wanita untuk menggalang persatuan.
Ada tujuh organisasi perempuan yang menjadi penggagas pendiri Kongres Perempuan Indonesia yang pertama adalah Wanito Utomo, Putri Indonesia, Aisyiyah, Jong Islamieten Bond, Wanita Taman Siswa, Jong Java Meisjeskring, dan Wanito Katholik.
Dalam Kongres Perempuan pertama yang digelar 22-25 Desember 1928 terbentuk organisasi perempuan Indonesia pertama dan mandiri dengan nama “Perikatan Perkoempoelan Perempoean Indonesia” disingkat PPPI yang kemudian menjadi Kowani hingga saat ini.
Tanggal bersejarah 22 Desember inilah yang kemudian ditetapkan Presiden Soekarno menjadi “Hari Ibu” yang dikukuhkan melalui Kepres RI No. 316 tanggal 16 Desember 1959 menjadi Hari Nasional yang bukan hari libur.
"Di sini kita dapat melihat apa yang menjadi tujuan Hari Ibu, yakni menjalankan amanah founding mother yakni menjadi Ibu Bangsa untuk mewujudkan pribadi wanita Indonesia yang mandiri dan berbudi luhur," jelasnya.
Rangkaian Hari Ibu 2020
Oleh karena itu, lanjut Giwo, peringatan Hari Ibu lebih dari pada Mother's Day.
"Tetapi upaya bangsa Indonesia mengenang dan menghargai perjuangan perempuan Indonesia dalam merebut dan mengisi kemerdekaan," tambahnya.
Giwo kembali mengingatkan, "dalam Hari Ibu tahun 2020 terlebih di masa pandemi ini, bukan sekadar diperingati atau dirayakan melainkan harus menjadi momentum perempuan menjadi garda terdepan dan memegang peran sebagai Ibu Bangsa."
Dalam kesempatan sama, Titi Eko Rahayu, Wakil Ketua Umum Panitia Nasional Peringatan Hari Ibu (PHI) ke-92 menjelaskan, PHI 2020 mengangkat tema besar "Perempuan Berdaya, Indonesia Maju".
Titi menjelaskan kegiatan akan banyak dilakukan secara online dan offline mulai dari bazar virtual, bantuan sosial hingga ziarah taman makan pahlawan.
“Kalau untuk offline atau tatap muka itu sangat terbatas dan minimalis dengan memperhatikan protokol kesehatan tanpa mengurangi makna, semangat, dan kekhidmatan acara,” ungkapnya.
Titi juga menyampaikan PHI 2020 akan mengangkat 5 isu besar perempuan saat ini;
(1) peningkatan pemberdayaan perempuan bidang kewirausahaan,
(2) peran Ibu dan keluarga dalam pendidikan anak,
(3) pengurangan angka kekerasan pada perempuan dan anak,
(4) penurunan jumlah pekerja anak, dan
(5) penurunan perkawinan anak.
Puncak peringatan Hari Ibu 2020 akan dilakukan kolaborasi antara Kowani, BPIP dan Kompas TV dan mengangkat tema "Senyum Ibu Pertiwi" pada 22 Desember 2020.
-------------------
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Terjadi Pergeseran Makna, "Hari Ibu" Berbeda dengan "Mother's Day"
Penulis : Yohanes Enggar Harususilo
Editor : Yohanes Enggar Harususilo
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "22 Desember Diperingati sebagai Hari Ibu, Ini Sejarahnya..."
Penulis : Aswab Nanda Pratama
Editor : Bayu Galih