Pilkada Sintang

Sengit, Inilah Suasana Debat Publik Jarot-Rumpak Soal Stunting dan Program 1000 Lanting

Menurut Jarot Winarno, selama kepemimpinannya, berhasil menurunkan angka stunting dari 41 persen menjadi 32 persen.

Penulis: Agus Pujianto | Editor: Jamadin
Dok. KPU Sintang
Tiga pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Sintang pada Pilkada 2020 saat debat publik 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINTANG - Debat publik antar pasangan calon bupati dan wakil bupati Sintang 2020 berlangsung sengit ketika memasuki segmen akhir.

Pasangan Jarot Winarno-Sudiyanto mendapat kesempatan terakhir melempar pertanyaan ke Paslon Yohanes Rumpak-Syarifuddin.

Kesempatan itu dimanfaatkan petahana dengan mempertanyakan satu program dalam visi-misi Yohanes Rumpak-Syarifuddin soal 1000 lanting.

Pertanyaan pembuka diawali dengan persoalan soal masih tingginya angka stunting di Kabupaten Sintang.

Menurut Jarot Winarno, selama kepemimpinannya, berhasil menurunkan angka stunting dari 41 persen menjadi 32 persen.

Baca juga: Debat Publik Pilkada Sintang, Ini Jawaban Jarot, Askiman dan Rumpak Soal IPM Rendah di Sintang

"Kemudian stunting ini akar masalanya ada kemiskinan, ketersediaan pangan dan gizi, dan kesehatan lingkungan yang buruk. Pertanyaan saya, tertulis dalam visi dan misi anda, ada namanya program1000 lanting, apa kaitannya 1000 lanting dan ODF?, 390 desa di sintang ini baru 72 desa yang ODf, rata-rata yang sulit yang tepian sungai, yang banyak lanting?," tanya Jarot Winarno.

Soal program 1000 lanting (rumah terapung di pinggiran sungai-red), Yohanes Rumpak, menjawab lanting tersebut nantinya tidak ada MCK di dalamnya. Maksud dari program 1000 lanting, kata dia pasangan Yohanes Rumpak-Syarifuddin ingin menjadikan sungai sebagai tempat wisata, sekaligus wirausaha.

"Kita ingin membuat sungai menjadi tempat wisata, tentu tidak ada MCK di dalamnya, kita ingin itu menjadi tempat wisata dan ada keramba ikannya, sehingga menjadi usaha produktif. Saya tahu bahwa stunting adalah tantangan kita, tapi itu perlu penyuluhan sehingga kemudian gizi meningkat dan orang sadar akan lingkungan bersih," jawab Rumpak.

Tak puas dengan jawaban Rumpak, Jarot kembali menegaskan jika saat ini baru 72 desa di Kabupaten Sintang yang sudah mendeklarasikan Open Defecation Free (ODF) atau Stop Buang Air Besar Sembarangan.

Baca juga: Ditanya Jarot Bagaimana Mengatasi Garis Kemiskinan yang Tinggi di Sintang, Ini Jawaban Askiman

"Sisanya belum. Yang paling sulit adalah tepian sungai, adalah lanting dan jamban.(program 1000 lanting) Ini pasti mempersulit tercapainya ODF. Kalau anda mau bilang meningkatkan perekonomian masyarakat, kenapa tidak dibuat 1000 keramba. Kalau anda mau meningkatkan pariwisata, kenapa tidak dibuat kampong pelangi, seperti yang sudah dilakukan di Pontianak. Jelas kalau tujuannya itu.  Tapi kalau 1000 lanting, jelas mengambat program ODF, mengambat penanggulagan stunting di kabupaten sintang," tegas Jarot.

Yohanes Rumpak, bersikukuh program 1000 lanting tidak menghambat ODF dan stunting.

" Justru ini mendukung karena kemudian ekonomi akan bergerak. Terkait MCK jelas perlu penyuluhan khusus , sehinga masarakat tidak hanya di tepian sungai tetapi juga di darat. Kita ingin menggerakan sungai sebagai tempat wisata. Ada tempat makan minum, tentu keehatan kita jaga," ujarnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved