Pilkada Sintang

Ditanya Jarot Bagaimana Mengatasi Garis Kemiskinan yang Tinggi di Sintang, Ini Jawaban Askiman

Ini tentu kita berikan bantuan pembiayan untuk mereka secara jelas, apa yang mereka inginkan di setiap desa

Penulis: Agus Pujianto | Editor: Jamadin
Dok. KPU Sintang
Pasangan calon bupati dan wakil bupati sintang, Jarot Winarno-Sudiyanto 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID,SINTANG Pasangan nomor urut 1, Jarot Winarno-Sudiyanto mendapat kesempatan pertama untuk memberikan pertanyaan kepada Paslon nomor urut 2 Askiman-Hatta pada debat publik pendalaman visi misi tiga pasangan calon bupati dan wakil bupati Sintang yang berlaga dalam Pilkada 2020.

Selama periode kepemimpinan Jarot-Askiman sebagai bupati dan wakil bupati, Jarot menyebut telah berhasil menurunkan angka kemiskinan menjadi 1 digit menjadi 9,65 persen.

“Namun kita ketahui factor utama tingginya angka kemiskinan kita, adalah karena garis kemiskian di sintang yangRp 556 ribu rupiah per kapita perbulan terlalu tinggi, dibanding dengan kabupaten lain,bahkan provinsi. Kira-kira untuk paslon nomor dua, bagaiaman mengatasi garis kemiskinan yang tinggi ini, sehingga menyababkan angka kemiskinan kita tinggi?,” tanya Jarot Winarno.

Menjawab pertanyaan dari Paslon 01, Calon Bupati Sintang nomor urut 2, Askiman mengatakan untuk mengentaskan kemiskinan, pertama harus melakukan pengembangan usaha ekonomi masyarakat, dengan membentuk lembaga pengembangan ekonomi.

Baca juga: Debat Publik Pilkada Sintang, Ini Jawaban Jarot, Askiman dan Rumpak Soal IPM Rendah di Sintang

“Ini tentu kita berikan bantuan pembiayan untuk mereka secara jelas, apa yang mereka inginkan di setiap desa,” jawabnya.

Menurut Askiman,  dengan harga karet menurun, pemerintah harus menyiapkan lapangan usaha baru agar garis ketahanan ekomoni terbentuk, dengan pemberian bantuan penyuluhan pengembagan usaha.

Setelah mendengar jawaban Paslon nomor urut 2, Jarot Winarno mempertajam gagasan pertanyaanya. Menurutnya,  garis kemiskinan adalah batas menentukan masyarakat miskin atau tidak.

“Angkanya 556 ribu perkapita perbulan sehingga kalau satu keluarga 4 orang, dia harus mencari penghasilan 2 juta 500. Angka di kalbar hanya 400 lebih, sekadau 300 lebih. Kenapa sintang yang kondisi yang sama dengan sekadau Kapuas hulu kok lebih tinggi. Ini barang kali banyak factor, mungkin jalur distribusi barang, konsumsi masyarakat sintang, lebih banyak untuk hal-hal yang tidak esensial, seperti beli rokok. Ini barang kali kedepan kita atur konsumsi perbulan,” jelasnya.

Menimpali paparan Paslon nomor urut 1, Askiman menambahkan sosial ekonomi masyarakat lebih kepada situasi kondisi masyarakat memiliki pendidikan dan keterampilan rendah.

”Ini perlu kita lakukan meningkat keterampilan dan pengalaman untuk meningkatkan usaha, daya tunjang, bagaimana caranya meningkatkan infrasturktur tranportasi darat,” ujarnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved