Warga di Pedesaan Sintang Sudah Menikmati Listrik Negara, Ada Peran Keling Kumang

Tidak semua warga menggunakan Genset untuk penerangan di kala malam hari. Persentasenya 50 persen.

Penulis: Agus Pujianto | Editor: Jamadin
TRIBUN PONTIANAK/ ISTIMEWA
Warga Desa Sungai Labi, Kecamatan Kelam Permai duduk bercengkrama di teras rumah. Sejak setahun terakhir, masyarakat di desa tersebut akhirnya menikmati penerangan layak. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID,SINTANG - Ribuan masyarakat Kabupaten Sintang, Kalbar, kini tak lagi menggunakan pelita dan genset sebagai penerangan.

Berkat skema pinjaman untuk pemasangan instalasi listrik yang difasilitasi CU Keling Kumang berkolaborasi dengan Gerai PLN, masyarakat tak perlu lagi membeli solar, bahan bakar Genset.

Kini, warga bisa lebih berhemat, dan menabung. Pengeluaran Rp 600 ribu  dalam sebulan sebelum ada listrik Negara masuk bisa dihemat untuk keperluan lain.

Setiap kepala keluarga hanya perlu mengeluarkan Rp 150 ribu  per bulan, untuk membayar angsuran pinjaman di CUKK, sebagai imbal balik pembelian KWH atas jasa pinjaman pemasangan instalasi listrik.

Kemudahaan itulah yang dinikmati sejumlah desa di Kabupaten Sintang. Seperti yang dirasakan oleh warga Desa Sungai Labi, Kecamatan Kelam Permai.

Pada 30 Oktober 2019 lalu, untuk kali pertama semenjak 74 tahun Indonesia merdeka, 174 kepala keluarga di Desa Sungai Labi, menikmati listrik Negara.

“Penerangan lancar, tidak ada kendala,” kata Silpanus Ilong, warga Desa Sungai Labi, kepada Tribun Pontianak.

Kemarin, 30 Oktober 2020, tepat setahun warga menikmati penerangan layak, setelah 75 tahun Indonesia merdeka.

Baca juga: GRATIS ISI TOKEN Listrik Bulan November 2020 Klik www.pln.co.id atau Layanan Pesan WhatsApp PLN

Sebelum listrik masuk Desa Sungai Labi, puluhan tahun warganya hidup dalam penerangan tak layak.

Ratusan kepala keluarga terpaksa menerangi rumah menggunakan genset dan pelita lantaran PLN belum masuk ke desa ini.

Desa Sungai Labi didiami 174 kepala keluarga. Jarak dari kota Kabupaten Sintang, hanya 60 kilo meter. Mayoritas, mata pencaharian warga bertani.

Tidak semua warga menggunakan Genset untuk penerangan di kala malam hari. Persentasenya 50 persen. Sisanya, pakai pelita.

Warga yang menggunakan genset sebagai penerangan, lampunya tidak menyala sepanjang malam. Selebihnya, warga menggunakan pelita sampai pagi.

“Warga hanya mampu beli dua liter, genset tidak sampai pagi hidup. Paling lama dua jam, setelah bensin habis, genset mati sendiri. Warga tetap pakai pelita,” kata Ilong.

Kepala Desa Sungai Labi ini mengungkapkan, butuh 3 tahun memperjuangkan mimpi warganya untuk bisa menikmati listrik Negara, sampai Perusahaan Listrik Negara (PLN) akhirnya menyetujui permohonan untuk menerangi rumah warga.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved