Fadli Zon Ajak Boikot Produk Perancis, Macron Contoh Pemimpin Negara Diskriminatif dan Rasis

Hal itu setelah Macron berjanji memerangi kelompok radikal Islam setelah pemenggalan guru sejarah pada 16 Oktober 2020 lalu.

Editor: Nasaruddin
Tribunnews
Anggota DPR RI, Fadli Zon 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Anggota DPR RI, Fadli Zon mengajak untuk memboikot produk-produk Perancis.

Seruan itu disampaikan Fadli Zon sebagai tanggapan atas pernyataan Presiden Perancis Emmanuel Macron yang dinilai diskriminatif dan rasis.

Menurut Fadli Zon, pernyataan Presiden Perancis Macron telah melukai banyak umat Islam di seluruh dunia.

"Ini contoh pemimpin negara yang Islamophobia diskriminatif dan rasis. Mari kita boikot produk-produk Perancis!," seru politisi Gerindra ini di akun Twitter @fadlizon.

Presiden Perancis, Emmanuel Macron beberapa hari terakhir memang menjadi sorotan.

Hal itu setelah Macron berjanji memerangi kelompok radikal Islam setelah pemenggalan guru sejarah pada 16 Oktober 2020 lalu.

Guru itu dipenggal setelah ia menunjukkan kartun Nabi Muhammad SAW kepada murid-muridnya dalam diskusi kelas tentang kebebasan berbicara.

Komentar Macron menuai protes negara-negara mayoritas Muslim.

Macron memicu kontroversi ketika dia mengatakan bahwa Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia.

Dirinya telah mengumumkan sebuah rencana untuk membela nilai-nilai sekuler Perancis terhadap apa yang dia sebut sebagai "radikalisme Islam".

Macron mengatakan bahwa agama Islam itu "dalam krisis" di seluruh dunia, memicu reaksi balik dari para aktivis Muslim.

Dalam pidatonya yang telah lama ditunggu pada Jumat (2/10/2020), Macron menegaskan “tidak ada konsesi” yang akan dibuat dalam upaya baru untuk mendorong agama keluar dari pendidikan dan sektor publik di Perancis.

“Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia saat ini, kami tidak hanya melihat ini di negara kami,” katanya, seperti yang dilansir dari Al Jazeera pada Jumat (2/10/2020).

Baca juga: Prediksi Skor Juventus vs Barcelona di Liga Champions: Cristiano Ronaldo Absen, Juve Sulit Menang?

Seruan boikot produk Perancis sebelumnya juga diserukan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

"Sekarang saya menyerukan kepada bangsa kita, sebagaimana yang telah terjadi di Prancis untuk tidak membeli merek-merek Turki, maka saya menyerukan kepada bangsa saya di sini dan mulai sekarang: jangan perhatikan barang-barang berlabel Prancis, jangan beli barang-barang itu," tegas Erdogan dalam pidato di televisi pada Senin 26 Oktober 2020.

Presiden Erdogan juga menyerukan kepada Uni Eropa untuk membatasi hal yang disebut sebagai agenda anti-Islam yang diusung Macron.

Boikot produk Prancis sudah terjadi di beberapa negara Timur Tengah sebagai bentuk protes terhadap pembelaan Presiden Emmanuel Macron atas hak untuk menunjukkan kartun Nabi Muhammad.

Pemerintah Prancis pun telah meminta aksi pemboikotan diakhiri.

Kementerian Luar Negeri Prancis mengatakan seruan "tak berdasar" untuk boikot itu "didorong oleh kelompok minoritas radikal".

Sementara itu, aksi protes terjadi di Libia, Suriah, dan Jalur Gaza.

Reaksi negatif tersebut berasal dari komentar Macron setelah pembunuhan seorang guru Prancis yang mempertunjukkan kartun Nabi Muhammad di kelas.

Sang presiden berkata guru itu, Samuel Paty, "dibunuh karena para Islamis menginginkan masa depan kami", tetapi Prancis "tidak akan menyerahkan kartun kami".

Penggambaran Nabi Muhammad dapat sangat menyinggung bagi umat Islam karena tradisi Islam secara eksplisit melarang gambar Muhammad dan Allah.

Namun sekularisme negara - atau laïcité - adalah pusat identitas nasional Prancis. Membatasi kebebasan berekspresi untuk melindungi perasaan satu komunitas tertentu, menurut negara, merusak persatuan.

Pada hari Minggu, Macron menegaskan kembali pembelaannya terhadap nilai-nilai Prancis dalam sebuah twit yang berbunyi: "Kami tidak akan menyerah, selamanya."

Para pemimpin politik di Turki dan Pakistan telah marah kepada Macron, menuduhnya tidak menghormati "kebebasan berkeyakinan" dan memarjinalkan jutaan Muslim di Prancis.

Pada hari Minggu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, untuk kedua kalinya, bahwa Macron harus melakukan "pemeriksaan mental" terkait pandangannya tentang Islam.

Komentar serupa mendorong Prancis memanggil duta besarnya untuk Turki untuk konsultasi pada hari Sabtu.

Presiden Perancis, Emmanuel Macron
Presiden Perancis, Emmanuel Macron ((AFP))

Seberapa luas boikot terhadap produk Prancis?

Produk-produk Prancis diturunkan dari beberapa rak supermarket di Yordania, Qatar, dan Kuwait pada hari Minggu. Produk kecantikan dan perawatan rambut buatan Prancis, misalnya, tidak lagi dipajang.

Di Kuwait, serikat pengecer besar telah memerintahkan pemboikotan barang-barang Prancis.

Serikat Masyarakat Koperasi Konsumen, yang merupakan serikat non-pemerintah, mengatakan telah mengeluarkan arahan sebagai tanggapan atas "penghinaan berulang" terhadap Nabi Muhammad.

Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Prancis mengakui langkah tersebut.

Ia menulis: "Seruan untuk boikot ini tidak berdasar dan harus segera dihentikan, beserta semua serangan terhadap negara kami, yang didorong oleh kelompok minoritas radikal."

Seruan boikot terhadap produk Prancis telah tersebar lewat dunia maya di negara-negara Arab.

Di dunia maya, seruan untuk boikot serupa di negara-negara Arab lainnya, seperti Arab Saudi, telah beredar.

Tagar yang menyerukan boikot jaringan supermarket Prancis, Carrefour, adalah topik paling tren kedua di Arab Saudi, ekonomi terbesar di dunia Arab.

Sementara itu, unjuk rasa anti-Prancis berskala kecil digelar di Libia, Gaza, dan Suriah utara, tempat yang dikuasai milisi yang didukung Turki.

Mengapa Prancis terlibat dalam perselisihan ini?

Pembelaan keras Macron terhadap sekularisme Prancis dan kritik terhadap Islam radikal menyusul pembunuhan Paty telah membuat marah beberapa sosok di dunia Muslim.

Presiden Erdogan bertanya dalam pidatonya: "Apa masalah individu bernama Macron dengan Islam dan Muslim?"

Sementara pemimpin Pakistan, Imran Khan menuduh sang pemimpin Prancis "menyerang Islam, jelas tanpa memahami apapun tentangnya".

"Presiden Macron telah menyerang dan melukai sentimen jutaan Muslim di Eropa dan di seluruh dunia," katanya dalam sebuah twit.

Awal bulan ini, sebelum pembunuhan sang guru, Macron mengumumkan rencana undang-undang yang lebih ketat untuk mengatasi hal yang ia sebut "separatisme Islam" di Prancis.

Ia mengatakan, kelompok minoritas Muslim di Prancis - terdiri dari kira-kira enam juta orang - berpotensi membentuk "masyarakat tandingan". Ia menggambarkan Islam sebagai agama "dalam krisis".

Di tengah serangan dari sejumlah negara, Prancis mendapat dukungan dari Jerman.

"Serangan pribadi Presiden Erdogan kepada Presiden Macron menurut saya adalah momen buruk dan tidak dapat diterima. Yang penting kami menunjukkan solidaritas kepada Prancis dalam memerangi ekstremis Islam, khususnya sesudah aksi terorisme mengerikan yang terjadi minggu lalu," kata Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas pada Senin (26/10/2020). 

--------------------------
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Macron dan Kontroversi Kartun Nabi Muhammad yang Bikin Marah: Turki Serukan Boikot Produk Prancis,
Editor: Choirul Arifin

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sebut "Islam dalam Krisis", Presiden Macron Tuai Kecaman Umat Muslim di Media Sosial
Penulis : Shintaloka Pradita Sicca
Editor : Shintaloka Pradita Sicca

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved