Feri Amsari: Wajah Jokowi Sesungguhnya Adalah Saat Ini, Watak Aslinya Represif!

Dosen Fakultas Hukum Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat ini mengatakan, kita melihat di era Jokowi, seorang yang membawa bendera pusaka dipen

Penulis: Nasaruddin | Editor: Nasaruddin
Youtube Mata Najwa
Dosen Fakultas Hukum Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat Feri Amsari di Mata Najwa, Rabu 21 Oktober 2020. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Feri Amsari mengatakan, wajah Jokowi sesungguhnya itu adalah yang saat ini.

Yang lain itu yang direkayasa oleh tim. Dari Solo, Jakarta dan kemudian menjadi Presiden. 

Feri mengatakan, di dalam berbagai literasi soal Hukum Tata Negara dan Politik, ada yang namanya kutukan periode kedua.

Di periode kedua itu tak hanya muncul berbagai skandal, tapi watak asli seorang presiden.

''Dan watak aslinya seperti apa,'' tanya Najwa Shihab.

''Ya represif,'' tegas Feri Amsari.

Dosen Fakultas Hukum Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat ini mengatakan, kita melihat di era Jokowi, seorang yang membawa bendera pusaka dipenjara.

''Itu eranya Jokowi. Ada lima anak muda yang bermimpi Indonesia bebas dari korupsi meninggal. Apa respon Jokowi? Dari tindakan para aparat,'' katanya.

Feri mengatakan, hari ini orang berkumpul ramai-ramai seluruhnya, membahas ada undang-undang yang tidak melibatkan publik sama sekali, Jokowi sadar betul dan tahu betul banyak bolong dan salahnya, pembuatan undang-undang ini Jokowi tidak peduli.

''Jadi tindakan-tindakan yang kemudian disusul, ada tindakan penangkapan orang, yang mestinya kalau Jokowi betul-betul gaya Solo yang dipakai, dia tentu akan ajak semua orang berbicara dengan cara-cara elegan, cara-cara demokrasi,'' ujarnya.

''Orang yang menangkap lawan politiknya, sudah pasti represif,'' tegas Feri Amsari.

Menurutnya, undang-undang yang tidak melibatkan banyak orang, pasti undang-undang yang represif.

''Ada teorinya,'' kata Feri Amsari kemudian menguraikan.

''Kalau mau membantah mestinya diperlihatkan bukti apa bahwa Jokowi demokratis. Tidak ada saya lihat,'' paparnya.

Baca juga: Rocky Gerung Puji Jokowi Berhasil Memborgol Teroris, Koruptor dan Penggelap Pajak: Tapi Bohong

Penilaian Rocky Gerung

Pengamat politik, Rocky Gerung memberi nilai A minus untuk kinerja satu tahun pemerintahan Presiden Joko Jokowi-Ma'ruf Amin.

Penilaian itu disampaikan Rocky Gerung saat menjadi narasumber di Mata Najwa, Rabu 21 oktober 2020 dengan topik Tahun Pertama: Jokowi-Ma'ruf Sampai di Mana - PR Jokowi-Ma'ruf soal Demokrasi.

Rocky Gerung memberikan penilaian setelah menyampaikan analisanya mengenai kinerja pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin.

Ketika itu Najwa Shihab mempersilahkan Rocky Gerung untuk memberikan penilaian terhadap pemerintahan Jokowi - Ma'ruf Amin.

"Skor kinerja pemerintahan saat ini berapa?" tanya Najwa Shihab.

"Skornya? saya kasih huruf aja deh yaitu A minus," terang Rocky Gerung.

Mendengar penilaian yang diberikan Rocky, Najwa Shihab tampak heran.

"A minus itu skalanya A paling jelek atau bagus?" cecar Najwa Shihab.

"A minus itu berarti A untuk kebohongan, minus untuk kejujuran," beber Rocky Gerung.

"A minus? wow," ujar Najwa Shihab.

Najwa tampak tak banyak berkata-kata saat itu dan meminta Rocky Gerung mengungkap analisanya.

Rocky Gerung menjelaskan, saat ini publik berupaya memahami logika dari pemerintah saat ini yaitu menitipkan harapan.

"Tetapi tiba-tiba dibatalkan oleh dua caption di harian Kompas yang menyatakan, kepuasaan hilang," katanya.

"Padahal survey Agustus 2020 saya baca 60 persen masih puas, sekarang di bawah 50 persen yang berarti sama seperti malam pertama tetapi pasangannya sudah tak percaya, semestinya perkawinannya bubar," aku Rocky.

Kendati demikian, terdapat kepercayaan masyarakat Indonesia agar Jokowi tetap memimpin Indonesia meski dalam kondisi seperti ini.

"Masyarakat masih bilang 'mudah-mudahan masih berlanjut', tetapi itu sebenarnya sebuah situasi psikologis publik supaya tak ada kerusuhan dan socioligical factnya menyatakan di bawah 50 persen itu kita mau maki-maki dan sebagainya, kalau di Eropa perdana menteri sudah turun," terang Rocky Gerung.

Rocky menjelaskan, survey yang dilakukan Kompas tersebut menunjukkan situasi terkini publik yang semakin kurang percaya dengan pemerintah.

"Jadi kalau ada survey di atas Kompas itu berarti bohong," ujar Rocky Gerung.

Pada kesempatan itu, Rocky Gerung mengatakan dirinya akan memberikan pujian ke Jokowi.

"Pak Jokowi itu berhasil memborgol teroris yang namanya Syahganda Nainggolan. Pak Jokowi berhasil memborgol koruptor, yang namanya Jumhur Hidayat,'' katanya.

''Pak Jokowi berhasil memborgol penggelap pajak yang namanya Anton permana. Tapi bohong. Semuanya adalah pekerja demokrasi. Jadi bagaimana mungkin borgol itu menjadi tanda dari demokrasi,'' ungkapnya.

Saat Rocky Gerung sedang bicara, Irma Suryani dan politikus Aria Bima menyela, hingga Rocky tak bisa melanjutkan pernyataannya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved