Penggunaan Medsos untuk Kampanye Dinilai Masih di Level Biasa
Tapi sejauh inikan yang penting yang di-posting itu timbul diberanda, kalau begini levelnya biasa-biasa saja
Penulis: Chris Hamonangan Pery Pardede | Editor: Jamadin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Pengamat Politik Kalbar, Ireng Maulana menilai pengunaan medsos, khususnya Facebook dalam kampanye Pilkada di Kalbar masih pada level biasa-biasa saja.
Selama kebanyakan penguna media sosial tidak mempunyai motif politik, maka tidak perlu khawatir terjadinya konflik dimasyarakat.
"Yang didiskusikan selama ini banyak kekhawatiran apa yang disajikan Facebook itu dikonsumsi oleh banyak orang dan diyakini informasinya benar terus. Saya punya antitesa pengguna Facebook dengan ketidakjelasan motif, tidak akan membahayakan proses-proses kompetisi Pilkada, selama mereka hanya menjadi penyebar biasa atau normal user. Bagi saya ini masih dalam keadaan normal," jelas Ireng Maulana, Selasa 29 September 2020.
• Bawaslu Belum Temukan Pelanggaran Masa Kampanye di Kapuas Hulu
Lanjutnya kalau diidentifikasi pengguna medsos, khusus Facebook secara pengguna kebanyakan tersebar di Ibu Kota kecamatan di 7 kabupaten yang sedang menyelenggarakan Pilkada.
Akan tetapi ini akan kembali lagi kepada agresivitas para penguna Facebook dengan motif yang diletakkan pada penggunaannya.
"Kalau memang Facebook dianggap menjadi media para peserta untuk kampanye, misalkan ada 1 atau 2 kandidat benar-benar memahami arti penting penggunaan teknologi informasi melalui Facebook untuk kepentingan politik, maka kita perlu khawatir. Tapi sejauh inikan yang penting yang di-posting itu timbul diberanda, kalau begini levelnya biasa-biasa saja," jelas Ireng Maulana.
Namun Ireng tetap mendorong agar kampanye di medsos harus diawasi secara ketat, apalagi saat ini kita sedang memasuki era disrupsi informasi, dimana semua informasi itu mampu diperoleh dari manapun, oleh siapapun, bahkan real time.
Sehingga sumber yang kredibel tidak lagi diperhatikan, yang penting informasi itu diserap dulu, persoalan kridibel atau tidak itu tidak dipertanyakan.
"Fakta absurd mendapatkan tempat, bagi mereka yang tidak mementingkan informasi itu benar atau salah. Sehingga tidak heran banyak informasi yang tendensius dan semacamnya dibagikan, karena itu menguntungkan kelompok yang dianggap yang harusnya dia menangkan," katanya.