Citizen Reporter

Merawat Perdamaian dan Keberagaman Lewat Muatan Lokal dan Multikultur di Masa Pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 tak menjadi alasan untuk abai dan terhenti menjaga komitmen multipihak untuk merawat nilai-nilai perdamaian dan keberagaman.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ISTIMEWA
DISKUSI - Diskusi terfokus di ruang Jurung Dayakologi, dihadiri langsung 20 peserta, dan 20 lainnya hadir secara virtual. 

Kalbar sebagai provinsi yang berpenduduk heterogen, posisi geografisnya sebagai kawasan strategis perbatasan dengan Sarawak-Malaysia, mudah dipengaruhi budaya luar.

Hal ini semakin diperlukan terlebih di era globalisasi ini sehingga kecakapan dalam komunikasi, kerja sama, kapasitas dan wawasan kritis serta kemampuan memecahkan masalah patut dikuasai peserta didik.

Tentu saja, hal tersebut mesti didukung tenaga pendidik (guru) lebih kreatif, inovatif dan komunikatif dalam memberikan pembelajaran termasuk di situasi pandemi Covid-19 seperti saat ini.

Dr. Saiful Bahri, peneliti dan dosen dari IKIP PGRI Pontianak mengatakan bahwa metode etnopedagogik relevan diterapkan dalam proses pembelajaran materi pendidikan muatan local budaya dan multikultur di Kalimantan Barat.

Dia mencontohkan, nilai kearifan local dalam praktik perladangan gilir balik pada masyarakat Dayak Kanayatn di Lingga, misalnya, dapat disampaikan kepada peserta didik dengan mengintegrasikannya dengan mata pelajaran lain di sekolah.

“Nilai kearifan local dalam perladangan gilir balik masyarakat Dayak Kanayatn di Lingga bisa dijadikan bahan ajar pendidikan muatan local budaya dan multikutlur di sekolah,” pungkasnya.

Dr. Saiful juga menambahkan bahwa buku bahan ajar pendidikan muatan local multikultur di Kalimantan Barat yang pernah diterbitkan oleh ANPRI dan Institut Dayakologi untuk kelas 7, 8, dan 9 itu, bisa dimutakhirkan kembali.

Sementara itu, Yohanes RJ, anggota DPRD Provinsi Kalimantan Barat, sebagai pemantik diskusi menyampaikan bahwa usulan kerjasama dari pihak DISDIKBUD Provinsi Kalimantan Barat dapat disampaikan ke Komisi 5 DPRD Provinsi Kalbar.

Ia juga meminta agar pihak DISDIKBUD Provinsi Kalbar tidak sekadar dalam posisi mendukung, tapi justru harus yang menjadi leading dan yang terdepan.

“Saya malah meminta agar teman-teman dari tidak DISDIKBUD Provinsi Kalimantan Barat harus menjadi pihak yang menjadi leading dan terdepan untuk urusan pendidikan multikulkur di Bumi Khatulistiwa ini, dan jangan hanya di posisi sekadar mendukung. Untuk urusan pendidikan dan kebudayaan seperti ini, silahkan ajukan dukungan kepada Komisi 5 DPRD Provinsi Kalimantan Barat,” pungkasnya.

Kemudian, saat membagikan tanggapannya sebagai pengawas pendidikan dan pengajaran mulok budaya tingkat SD/Sederajat di Kecamatan Balai Batang Tarang, Kab. Sanggau, Paimin mengatakan bahwa Pendidikan mulok budaya itu penting untuk memperkuat hubungan peserta didik dengan lingkungan sosial dan alam sekitarnya.

Untuk memperkenalkan kearifan local, peribahasa setempat dapat menjadi bahan ajar pengajaran mulok budaya yang menarik bagi para peserta didik.

“Pendidikan mulok budaya khususnya Sapta Basa yang merupakan hasil refleksi nilai kearifan budaya Dayak yang sering digunakan untuk bahan ajar di SDN 05 Tae dan SDN 25 Padang dan beberapa SDN di lingkar Tiong Kandang sangat cocok diterapkan, peserta didik pun mudah memahaminya,” paparnya melalui platform meet.google langsung dari kantornya di Batang Tarang.

Dalam varian yang lain, ada juga sharing pengalaman dari Yayasan SAKA Pontianak dalam menyelenggarakan pendidikan alternatif.

Sri Hartati, penggiat Yayasan SAKA menyatakan bahwa pihak kini terus mengembangkan pendidikan alternatif sebagai model pembelajaran muatan local dan multikultur.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved