Lepas Kafiah MTQ XXVIII Asal Kubu Raya, Bupati Muda Yakin Siap Menanjak
Bertempat di kediaman pribadi Muda Mahendrawan di Jalan Tanjung Sari Pontianak Tenggara, dilepaslah kafilah yang terdiri atas 52 peserta, 5 pelatih, d
Penulis: Muzammilul Abrori | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KUBURAYA - Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan melepas kafilah Kabupaten Kubu Raya yang akan berlaga di Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) XXVIII Tingkat Provinsi Kalimantan Barat di Kabupaten Sekadau, pada Minggu (6/9/2020).
Bertempat di kediaman pribadi Muda Mahendrawan di Jalan Tanjung Sari Pontianak Tenggara, dilepaslah kafilah yang terdiri atas 52 peserta, 5 pelatih, dan 6 pendamping.
“Semuanya sudah siap untuk tampil maksimal dan optimistis semoga akan ‘menanjak’. Baik itu penampilannya maupun hasilnya. Keinginannya adalah mendapatkan rangking terbaik, tapi tentu semuanya harus dengan usaha,” ujar Bupati Muda Mahendrawan dalam sambutan singkatnya.
Menanggapi pelaksanaan MTQ yang akan digelar secara faktual dan virtual karena pandemi Covid-19, Muda menyebut hal itu bukan masalah.
• Inspiratif, Tiga Anak Bupati Atbah Wakili Khafilah MTQ Sambas di Cabang Hafidz Quran
Menurutnya, kafilah Kubu Raya siap menjalani model tersebut meskipun mengharuskan adanya persiapan yang berbeda.
“Karena ini ada penampilan yang melalui virtual, tentu persiapannya juga agak berbeda. Namun di Kubu Raya kemarin kita juga sudah pernah melakukan lomba azan dan murattal dengan cara virtual. Jadi saya kira kafilah sudah terbiasa dan insya Allah akan siap,” tegasnya.
Lebih jauh terkait metode pelaksanaan MTQ secara faktual dan virtual, ia menilai positif hal itu. Sebab pelaksanaan secara virtual tanpa kehadiran fisik membuat MTQ berlangsung efisien dan efektif.
“Bagus juga dengan virtual ini. Pandemi memang memaksa kita untuk melakukan sesuatu dengan efektif dan efisien. Biaya bisa dipangkas kemudian pelaksanaannya menjadi lebih cepat dan tidak memakan waktu panjang,” tuturnya.
Muda menilai, pelaksanaan MTQ kali ini juga berdampak positif pada kesiapan kafilah peserta. Dengan metode virtual tanpa kehadiran langsung, sejumlah kendala di lapangan dapat dihindari. Seperti terjadinya penurunan kebugaran tubuh, gangguan kesehatan, adaptasi cuaca, dan sebagainya.
Jadi tidak terlalu bertele-tele dan memakan waktu. Karena kadang bisa berdampak misalnya pada masalah kesehatan saat di lokasi.
"Jadi dengan cara ini peserta betul-betul kondisinya prima. Justru kita bersyukur, artinya kita jangan melihat ini sebagai suatu hambatan. Malah ini memang eranya sudah menuntut seperti ini,” jelasnya.
Lebih jauh dirinya menyebut pelaksanaan virtual punya nilai lebih karena mengundang atensi khalayak luas. Di mana publik secara luas juga dapat ikut menyaksikan.
“Jadi dewan juri dalam hal ini akan ‘dikepung’ dengan penilaian publik. Akan lebih objektif karena publik akan mengakses sehingga membuat semuanya lebih profesional,” ujarnya. (*)