PT Finannantara Intiga Gelar Pelatihan Finishing dan Produk Anyam Menuju Pasar Ekspor
Terkait pemasaran, lanjutnya, dibantu oleh Pemerintah Kabupaten Sanggau, terutama Dekranasda dan Disperindagkop dan UM Sanggau.
Penulis: Hendri Chornelius | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SANGGAU - PT Finannantara Intiga, Unit Usaha APP Sinar Mas bekerjasama dengan organisasi sosial kemasyarakatan Yayasan Doktor Sjahrir, The Climate Reality Indonesia, Asian Muslim Action Network (AMAN), dan Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika (ANBTI) menggelar sesi dialog daring dengan tema peran serta dan pemberdayaan perempuan dalam masa pandemi Covid-19.
Pelatihan finishing dan fotografi produk anyam menuju pasar ekspor yang diikuti sejumlah warga di Desa Mengkiang dan Desa Kambong itu berlangsung di Kantor PT Finannantara Intiga di Desa Mengkiang, Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau, Kalbar, Kemarin.
Satu diantara warga Desa Mengkiang, Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau, yang mengikuti pelatihan, Mamy (35) menyampaikan bahwa jenis anyaman yang dibuat berupa keranjang, bakul dan lainnya dengan menggunakan bahan bambu serta rotan.
“Kalau saya pribadi buat anyaman berbentuk keranjang, tas, tempat sampah, tempat sayur, bakul nyuci beras dan jenis lainnya. Bahan bakunya ada yang dari rotan dan bambu, Bahan baku itu saya dapatkan dari hutan sekitar,” katanya melalui rilisnya, Kemarin.
Terkait pemasaran, lanjutnya, dibantu oleh Pemerintah Kabupaten Sanggau, terutama Dekranasda dan Disperindagkop dan UM Sanggau.
“Kalau untuk order Pesanan anyaman ada yang dari Mengkiang dan juga dari luar Kota Sanggau,”ujarnya.
"Kalau order dari luar kota kadang 5 sampai 10 produk dengan variasi harga kisaran Rp 20 ribu sampai Rp 200 ribu rupiah,” tambahnya.
Warga lainya yakni Anen (37). Warga Dusun Kambong, Desa Kambong, Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau itu membuat produk anyaman berupa keranjang cuci sayur, tampi, keranjang tempat buah-buahan dan lainnya dengan kisaran harga Rp 20 sampai Rp 50 ribu rupiah.
“Kalau untuk permintaan yang dari daerah kita di sini ada. Dari luar kota juga ada,” katanya.
Dikatakanya, Melalui produk anyaman tersebut, Ada hasil tambahan untuk membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga.
• Kejaksaan Negeri Sanggau Musnahkan Barang Bukti Dari 129 Perkara
Untuk itulah, ia menyampaikan ucapan terimakasih atas pelatihan yang digelar oleh pihak Finnantara bekerjasama dengan pihak terkait.
Termasuk juga kepada Pemerintah Kabupaten Sanggau.
“Terimakasih sudah diberikan pelatihan untuk meningkatkan potensi anyaman didaerah. Teman-teman Finnantara juga ada yang ambil hasil produknya, Sekali lagi terimakasih,” jelasnya.
Dalam kegiatan tersebut juga dihadiri beberapa narasumber, diantaranya Pembina Yayasan Doktor Sjahrir Kartini Sjahrir, Chief Sustainability Officer APP Sinar Mas Elim Sritaba, Manager The Climate Reality Indonesia Amanda Katili Niode, Direktur AMAN Ruby Kholifah, dan Ketua ANBTI, Nia Sjarifudin.
Sesi ini bertujuan mendorong para perempuan agar tidak terpuruk oleh kondisi ekonomi, melainkan tetap berdaya, dan bersemangat sembari mempraktikkan kebiasaan-kebiasaan baru.
Ketua Aliansi Bhinneka Tunggal Ika Nia Sjarifudin menyampaikan bahwa masih ada harapan bagi perempuan Indonesia ditengah pandemi.
"Dibalik kondisi yang serba tidak pasti kami melihat habitus-habitus Pancasila masih sangat kuat dan mencerahkan. Tanpa instruksi, muncul empati dan gotong-royong di tengah masyarakat, baik itu saling membantu secara ekonomi, maupun saling mendukung untuk menjaga satu sama lain dengan mengikuti protokol kesehatan," katanya.
"Di sini banyak juga perempuan berperan sebagai inisiator, Itu sebuah modal sosial yang baik dalam menghadapi pandemi ini,” tambahnya.
Sesi dialog ini adalah bagian dari Project Kalimantan Rattan, kerja sama APP Sinar Mas dengan Yayasan Doktor Sjahrir dan Vintocraft.
Kalimantan Rattan secara khusus berfokus pada pemberdayaan perempuan dengan mengasah keterampilan anyaman rotan, yang diharapkan dapat meningkatkan perekonomian keluarga mereka.
Program yang telah berlangsung sejak tahun 2019 ini diterapkan di dua desa, yakni Desa Mengkiang di Kalimantan Barat dan Desa Miau Baru di Kalimantan Timur.
Hampir 40 ibu rumah tangga di bawah usia 45 tahun telah mengikuti rangkaian pelatihan yang bertujuan untuk membuat produk setempat yang berkualitas untuk dijual ke pasar luar negeri.
Chief Sustainability Officer APP Sinar Mas, Elim Sritaba menambahkan bahwa salah satu hal penting yang dapat dilakukan oleh perempuan dalam masa pandemi adalah membangun ketangguhan keluarga.
Peluang, lanjutnya selalu ada, dan komitmen kami adalah mengajak para perempuan untuk memanfaatkan peluang walaupun dalam kondisi yang serba tidak menentu.
"Kami berharap kerja sama ini dapat membuat perempuan Kalimantan semakin terampil, dan juga memperhatikan praktik bisnis yang berkelanjutan, ramah lingkungan, dan bernilai tinggi,” tuturnya.
Pembina Yayasan Doktor Sjahrir yang juga antropolog dan pemerhati masalah perempuan,Kartini Sjahrir menambahkan bahwa ibu sering berperan sebagai garda terdepan dan panutan dalam keluarga.
Di masa pandemi ini, peran mereka pun semakin besar untuk menguatkan keluarga, baik itu dalam hal melindungi anggota keluarga maupun menopang perekonomian.
"Maka kami memberikan dukungan penuh supaya komunitas-komunitas perempuan ini semakin terlatih dan mampu mengembangkan diri,” jelasnya.
Pemilik bisnis kerajinan tangan Vintocraft, Vinto B Effendi menyampaikan bahwa peserta pelatihan anyaman rotan ini sebelumnya sudah memiliki sedikit keterampilan dalam menganyam, dan sudah terbiasa dengan penggunaan rotan di kehidupan sehari-hari.
Sehingga potensinya cukup besar untuk dikembangkan, Dari Desa Kambong dan Mengkiang, Kalimantan Barat saja, sejak akhir 2019 sudah ada 600 hasil karya yang dapat diolah dan dipercantik.
“Bagi pengrajin tidak ada istilah berhenti dan habis ide, Karena sesuai pepatah tak ada rotan akar pun jadi. Saat bahan sulit didapat atau mungkin sebuah anyaman gagal, mereka yang terampil akan menemukan solusinya. Maka di sini kami mendukung para peserta untuk lebih konsisten menciptakan kerajinan tangan rotan dengan kualitas yang lebih tinggi, serta terus mengasah kreativitas dan menemukan inovasi-inovasi baru,” jelasnya.
Pemberdayaan perempuan dalam Project Kalimantan Rattan ini adalah bagian dari program Desa Makmur Peduli Api, prakarsa APP Sinar Mas untuk memberdayakan warga di sekitar konsesi.
• Kegiatan Silaturahmi dan Koordinasi Kapolsek Kembayan Polres Sanggau
Program DMPA ini dijalankan dengan mendukung masyarakat untuk mengelola lahan dengan metode agroforestri, yakni bercocok tanam tumpang sari hortikultura (Sayur dan buah), tanaman pangan, peternakan, dan perikanan, serta industri kecil-menengah.
Baik untuk konsumsi sendiri maupun dijual sebagai alternatif sumber penghasilan keluarga. Program DMPA telah memberikan pendampingan terhadap 335 desa, lebih dari 20.000 kepala keluarga, dan 82 komunitas perempuan di beberapa Provinsi di Indonesia. (*)