Usulkan Syaikh Ahmad Khatib As Sambasy Jadi Pahlawan Nasional Asal Sambas
Karenanya kata dia, dirinya meminta agar para ilmuwan, sejarawan dan Tokoh-tokoh yang berkompeten untuk menelaah kelayakan beliau untuk dianugerahi ge
Penulis: Muhammad Luthfi | Editor: Zulkifli
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SAMBAS - Pemuda Panca Marga (PPM) Kalbar, TQN Syehk Khatibiyah Sambas dan Pemkab Sambas menggelar Seminar Usulan Calon Pahlawan Nasional Syaikh Ahmad Khatib As Sambasy, di Aula Utama Kantor Bupati Sambas, Senin (31/8/2020).
Pada kesempatan itu, Wakil Bupati Sambas Hj Hairiah dalam sambutannya mengatakan gelar pahlawan secara umum memberikan arti penting dalam kehidupan seseorang.
Baik secara personal, maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Dan gelar pahlawan ini bukan hanya bentuk penghargaan kepada orang-orang yang telah berjasa pada eksistensi kita sebagai sebuah negara.
Lebih dari itu, pahlawan juga memberikan arti bagi kita, sebagai sumber inspirasi, dan cerminan kita memandang citra diri," ujarnya.
"Sehingga akan berpengaruh pada proses internalisasi nilai-nilai dalam diri, dan akhirnya membentuk karakter," katanya.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, pemberian gelar pahlawan sejatinya sudah di atur dalam undang-undang no 20 tahun 2009, tentang gelar, tanda jasa dan kehormatan.
• PROFIL Bimbel Agus Pantun Singkawang, Tanamkan Pendidikan Karakter
Yang mana didalamnya ada beberapa syarat yang mengaturnya.
Di antaranya adalah, WNI atau orang yang berjuang di wilayah yang sekarang menjadi wilayah NKRI, memiliki integritas moral dan keteladanan, berjasa kepada negara, dan atau berkelakuan baik.
"Terkait Syaikh Ahmad Khatib As Sambasy, beliau adalah tokoh yang lahir dan besar di Sambas.
Dan diyakini pernah melewati masa-masa pertempuran antara kerajaan Sambas melawan Inggris, walaupun pada saat itu usianya baru sekitar 7 sampai 12 tahun," ungkapnya.
Meski masih tergolong belia, Hairiah meyakini bahwa Syaikh Khatib As Sambasy merasakan pengalaman pahit itu, sehingga menjadikannya sebagai inspirasi untuk mengobarkan semangat bela negara, dan cinta tanah air pada saat beliau mengajar dan menjadi rujukan bagi anak-anak muridnya yang berasal dari Nusantara (Indonesia).
"Buktinya, murid beliau yang di angkat sebagai Khalifah thariqah qadiriyah naqsabandiyah (TQN), yakni Syaikh Abdul Karim al-Bantani yang sangat intens menggelorakan semangat jihad fisabilillah melawan penjajah Belanda, yang merugikan banyak rakyat Banten," tegasnya.
• Hadiri Pengukuhan Organisasi Anti Narkoba, Ini Ajakan Bupati Atbah Romin Suhaili
"Sehingga pada akhirnya pada 9 Juli 1888 terjadilah peristiwa revolusi petani Banten, yang kemudian di kenal dengan peristiwa geger Cilegon.
Sehingga ini menjadi salah satu contoh inspirasi dalam menggelorakan semangat bela negara, dan cinta tanah air," tuturnya.