Apa Makna Resesi Ekonomi ? Apa yang Dimaksud Resesi Ekonomi ? Mahfud MD : Indonesia di Ambang Resesi
"Obyektif saja dan tidak bisa disembunyikan, kita ini sedang di ambang resesi," kata Mahfud melalui keterangan tertulis.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Pandemi wabah virus Covid-19 berdampak luas di sejumlah negara. Bahkan hampir semua negara melaporkan penurunan ekonomi akibat virus yang bermula menyebar di Kota Wuhan, Hubei, China itu.
Sejumlah negara melaporkan terjadinya resesi ekonomi. Mulai dari Korea Selatan, Jerman, Singapura, Perancis, Italia, hingga Amerika Serikat.
Indikator resesi bisa dilihat dari penurunan pada Produk Domestik Bruto (PDB), merosotnya pendapatan riil, jumlah lapangan kerja, penjualan ritel, dan terpuruknya industri manufaktur.
Menteri Koordinator Politik , Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menyebut, saat ini Indonesia berada di ambang resesi ekonomi akibat pandemi Covid-19.
• 7 Nakes Bengkayang Klaster Baru, Covid-19 Kalbar Bertambah 18 Kasus
Pernyataan ini Mahfud sampaikan saat membuka rakor pencegahan dan pengendalian Covid-19 bersama sejumlah pejabat negara dan para kepala daerah di Kantor Kemendagri, Jakarta Pusat, Kamis (27/8/2020).
"Obyektif saja dan tidak bisa disembunyikan, kita ini sedang di ambang resesi," kata Mahfud melalui keterangan tertulis.
"Kalau secara logika ilmu dan kecenderungan metodologis yang ada, bulan September atau sesudah bulan September atau awal Oktober akhir, kita itu akan memasuki apa yang dimaksud resesi ekonomi, tidak bisa terhindarkan," kata dia.
Meski demikian, Mahfud meminta supaya masyarakat tak terlalu paranoid dengan resesi. R
esesi merupakan istilah teknis dari satu situasi.
Menurut Mahfud, resesi tidak sama dengan krisis.
Resesi adalah suatu keadaan yang menunjukkan suatu negara secara berturut-turut dalam dua kuartal, pertumbuhan ekonominya minus atau di bawah 1 atau di bawah 0.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 5,32 persen pada kuartal II tahun 2020.
Namun demikian, kata Mahfud, secara metodologis dan perhitungan lembaga-lembaga dunia serta ilmuwan atau ahli ekonomi dalam negeri, kuartal depan pertumbuhan ekonomi Tanah Air diperkirakan antara minus setengah sampai minus satu setengah.
"Pada kuartal depan akan minus antara minus setengah sampai satu setengah. Artinya pertumbuhannya itu mungkin tidak lebih dari nol, misalnya tidak sampai 0,1 misalnya, itu perhitungan logisnya," ujar Mahfud.
Ia pun berharap, pertumbuhan di bawah nol sampai dua kali, Tuhan masih memberikan jalan kepada Bangsa Indonesia keluar dari resesi.
Oleh karena itu, masa pandemi, ada 2 arah pemerintah dalam kehidupan bernegara.
Pertama, dalam kebijakan yang berfokus pada penanggulangan Covid-19.
Kedua, pemulihan secara pelan-pelan kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat dengan seluruh aspek kehidupan baik itu ekonomi, politik, agama atau sosial.
Dalam kondisi seperti sekarang, kata Mahfud, pemerintah harus mengutamakan 5 program utama.
Pertama, Indonesia aman dari Covid-19. Kedua, Indonesia sehat.
Pelayanan kesehatan harus berbasis gotong royong yang dipandu oleh pemerintah dengan program-program yang didukung oleh Undang-undang Nomor 2 tahun 2020 tentang penanganan corona.
Ketiga, Indonesia berdaya. Artinya ada peningkatan daya beli rakyat dan peningkatan ekonomi rakyat.
Keempat, Indonesia tumbuh, yakni melalui program peningkatan penerimaan negara.
Terakhir, Indonesia bekerja, salah satunya melalui program percepatan penyerapan tenaga kerja.
"Maka arah kebijakan tentang 5 situasi yang akan dipilih ini tadi, itulah yang kemudian dituangkan didalam kebijakan dalam PC (penanganan Covid-19) dan PEN (pemulihan ekonomi nasional) tadi," kata Mahfud.
Apa Makna Resesi Ekonomi ?
Melansir Forbes, (15/7/2020), resesi adalah penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Selama resesi, ekonomi berjuang, orang kehilangan pekerjaan, perusahaan membuat lebih sedikit penjualan dan output ekonomi negara secara keseluruhan menurun.
Para ahli menyatakan resesi terjadi ketika ekonomi suatu negara mengalami:
- produk domestik bruto negatif (PDB) negatif
- meningkatnya tingkat pengangguran
- penurunan penjualan ritel
- ukuran pendapatan
- manufaktur yang berkontraksi untuk periode waktu yang panjang
Resesi dianggap sebagai bagian tak terhindarkan dari siklus bisnis yang terjadi dalam perekonomian suatu negara.
Resesi dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, berikut di antaranya:
1. Guncangan ekonomi yang tiba-tiba
Guncangan ekonomi adalah masalah serius yang datang tiba-tiba terkait keuangan.
Contohnya pada 1970-an ketika OPEC memutus pasokan minyak tanpa peringatan.
Wabah coronavirus juga mematikan ekonomi di seluruh dunia.
2. Utang yang berlebihan
Ketika individu atau bisnis berutang terlalu banyak, biaya untuk melunasi utang dapat meningkat ke titik di mana mereka tidak dapat membayar tagihan mereka.
3. Gelembung aset
Ketika keputusan investasi didorong oleh emosi, hasil ekonomi yang buruk akan mengikuti.
Investor menjadi terlalu optimisTIS selama ekonomi kuat.
Kondisi ini disebut juga "kegembiraan irasional".
Kegembiraan irasional menggembungkan pasar saham atau gelembung real estat dan ketika gelembung itu meletus, penjualan panik dapat menghancurkan pasar, menyebabkan resesi.
4. Terlalu banyak inflasi
Inflasi adalah tren harga yang stabil dan naik seiring waktu.
Inflasi bukanlah hal yang buruk, tetapi inflasi yang berlebihan adalah fenomena yang berbahaya.
Bank sentral mengendalikan inflasi dengan menaikkan suku bunga, dan suku bunga yang lebih tinggi menekan kegiatan ekonomi.
Inflasi yang tidak terkendali adalah masalah yang sedang berlangsung di AS pada tahun 1970-an.
Saat itu untuk menghentikan inflasi, suku bunga dinaikkan tapi justru menyebabkan resesi.
5. Terlalu banyak deflasi
Walaupun inflasi yang tidak terkendali dapat menciptakan resesi, deflasi bisa menjadi lebih buruk.
Deflasi adalah ketika harga turun dari waktu ke waktu, yang menyebabkan upah berkontraksi, yang selanjutnya menekan harga.
Ketika lingkaran umpan balik deflasi tidak terkendali, orang dan bisnis berhenti belanja, yang merongrong perekonomian.
6. Perubahan teknologi
Penemuan baru meningkatkan produktivitas dan membantu perekonomian dalam jangka panjang, tetapi mungkin ada periode jangka pendek penyesuaian terhadap terobosan teknologi.
Pada abad XIX, ada gelombang peningkatan teknologi hemat tenaga kerja.
Revolusi Industri membuat seluruh profesi menjadi usang, memicu resesi dan masa-masa sulit.
Saat ini, beberapa ekonom khawatir bahwa AI dan robot dapat menyebabkan resesi dengan menghilangkan seluruh kategori pekerjaan.
Dampak Resesi
Dampak ekonomi saat terjadi resesi sangat terasa dan efeknya bersifat domino pada kegiatan ekonomi.
Semisal ketika investasi anjlok saat resesi, maka secara otomatis akan menghilangkan sejumlah lapangan pekerjaan yang membuat angka pemutusan hubungan kerja (PHK) naik signifikan.
Produksi atas barang dan jasa juga merosot sehingga menurunkan PDB nasional.
Jika tak segera diatasi, efek domino resesi akan menyebar ke berbagai sektor.
Efek tersebut bisa berupa macetnya kredit perbankan hingga inflasi yang sulit dikendalikan atau sebaliknya terjadi deflasi.
Juga, neraca perdagangan yang minus dan berimbas langsung pada cadangan devisa. D
alam skala riil, banyak orang kehilangan rumah karena tak sanggup membayar cicilan, daya beli melemah.
Lalu, banyak bisnis terpaksa harus gulung tikar.
Artikel ini dikompilasikan oleh Tribunpontianak.co.id dari artikel yang telah tayang di Kompas.com dengan judul Mahfud MD: Jangan Terlalu Paranoid, Resesi Ekonomi Bukan Krisis dan Mengenal Apa Itu Resesi Ekonomi, Dampak, dan Penyebabnya...
(*)