PUASA ASYURA - 8 Takhayul dan Kesalahpahaman Tentang Hari Ashura! Jauhkan Diri Anda dari Kebohongan
Namun, ada beberapa kesalahpahaman tentang hari Asyura yang berhasil masuk ke dalam pikiran sebagian Muslim.
Penulis: Marlen Sitinjak | Editor: Marlen Sitinjak
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Momentum Hari Asyura atau 10 Muharram 2020 berlangsung pada 28 dan 29 Agustus 2020 (9 dan 10 Muharram 1442 Hijriyah).
Mengutip dari islamicfinder.org, Muharram bukan hanya bulan pertama Kalender Islam tetapi juga disebut 'Bulan Allah' dan puasa Opsional (Nafil) selama bulan ini disebut puasa terbaik setelah bulan Ramadhan.
Hal ini terbukti dari Hadits Sahih berikut ini:
"'Rasulullah ( SAW ) berkata:" Puasa terbaik setelah bulan Ramadhan adalah bulan Allah, Al-Muharram. "' (An-Nasai: 1613)
Juga, Muharram adalah satu dari empat bulan suci dalam setahun. Seperti yang dikatakan Allah dalam Quran:
“Sungguh, jumlah bulan di sisi Allah adalah dua belas [lunar] bulan dalam daftar Allah [dari] hari Dia menciptakan langit dan bumi; dari ini, empat sakral. " (Surat At-Taubah: 9:36)
• Lafaz Niat Puasa Tasua Jumat 28 Agustus dan Niat Puasa Asyura Kamis 29 Agustus 2020, Doa Buka Puasa
Empat bulan yang disebutkan dalam Ayah adalah bulan Dzul-Qadah, Dzul-Hijjah, Muharram dan Rajab. Ini terbukti dari perkataan Nabi (SAW) pada kesempatan khutbah haji terakhirnya:
"Tahun terdiri dari dua belas bulan, empat bulan di antaranya suci: Tiga adalah berturut-turut Dzul-Qa'a, Dzul-Hijja dan Muharram, dan (yang keempat) Rajab." (Sahih Bukhari: 3197)
Inilah alasan mengapa Muharram adalah satu di antara bulan suci dan kata-kata Nabi kita (SAW) ini menegaskan kesuciannya.
Hari Asyura
Asyura dirayakan pada hari ke 10 Muharram dan itu adalah hari suci.
Beberapa orang menghubungkan kesucian hari ini dengan kesyahidan Husain Ibn Ali (RA) tetapi kesucian 'Hari Asyura' tidak dapat dianggap berasal dari peristiwa ini hanya karena kesucian hari ini ditetapkan pada zaman Nabi. (SAW) , jauh lebih awal dari kelahiran Husain Ibn Ali (RA).
Kemartiran Husain Ibn Ali (RA) adalah salah satu episode paling tragis dalam sejarah kita dan ini adalah salah satu manfaat dari Husain (RA), peristiwa menyedihkan di Karbala ini terjadi pada hari Asyura karena Allah memilih hari-hari besar untuk acara-acara besar. .
Puasa Asyura
Praktik puasa Asyura sudah dikenal bahkan sebelum munculnya Islam. Ketika Nabi ( SAW ) tiba di Madinah pada saat migrasi, orang-orang Yahudi sedang menjalankan puasa pada 'Asyura' dan mereka berkata:
"Ini adalah hari ketika Musa menang atas Firaun,"
Atas hal itu, Nabi ( SAW ) berkata kepada para sahabatnya (RA):
"Kamu (Muslim) memiliki lebih banyak hak untuk merayakan kemenangan Musa daripada yang mereka miliki, jadi amati puasa pada hari ini." (Sahih Bukhari: 4680)
Ketika para sahabat yang berbeda (RA) mengatakan kepada Nabi (SAW) bahwa puasa pada hari Asyura dimuliakan di antara orang Yahudi dan Kristen, maka Nabi (SAW) mendorong mereka dengan mengatakan:
"Jika saya hidup sampai tahun depan, saya akan berpuasa pada hari kesembilan (Muharram) juga." (Ibn Majah: 1736)
Sayangnya, Nabi (SAW) tidak bisa hidup sampai tahun depan. Oleh karena itu, umat Islam menganggap tanggal 9 dan 10 Muharram sebagai hari penting dalam kalender Islam dan menjalankan puasa pada hari-hari ini. [Sahih Muslim: 1134 (a)]
Dalam terang Hadis, lebih dianjurkan tetapi tidak wajib bahwa puasa 10 Muharram harus dilampirkan dengan puasa lain sebaiknya pada 9 Muharram karena Nabi Muhammad (SAW) ingin membedakan cara berpuasa Islam dari orang Yahudi.
Karena mereka hanya berpuasa pada tanggal 10 Muharram. Namun, sebagian besar ulama setuju bahwa puasa Asyura harus dilaksanakan dengan puasa pada tanggal 9 atau 11 Muharram.
Sebelumnya, wajib berpuasa pada tanggal 10 Muharram. Namun kemudian, puasa dijadikan wajib di bulan Ramadhan saja dan puasa pada tanggal 10 Muharram dijadikan opsional. Sebagaimana diriwayatkan oleh Aisyah (RA) bahwa Nabi (SAW) bersabda:
“Siapapun yang ingin berpuasa (pada hari 'Asyura') boleh melakukannya; dan siapa pun yang ingin meninggalkannya dapat melakukannya. " (Sahih Bukhari: 1592)
Namun, Nabi (SAW) biasa berpuasa pada hari Asyura bahkan setelah puasa di bulan Ramadhan diwajibkan.
Ketika Ibn Abbas (RA) ditanya tentang menjalankan puasa di hari Asyura, lalu dia berkata:
"Saya tidak tahu Rasulullah ( SAW ) memilih puasa setiap hari dan menganggapnya lebih baik dari yang lain, kecuali hari ini (hari Asyura) dan bulan ini, yang berarti bulan Ramadhan." [Sahih Muslim: 1132 (a)]
Jadi puasa pada hari 'Asyura' adalah sunnah yang ditegaskan Nabi saw dan membuat seseorang berhak mendapatkan pahala yang besar dari Allah.
Menurut Hadits Sahih, salah satu dari sekian nikmat Allah bagi orang yang menjalankan puasa di 'Hari Asyura' bahwa dosa-dosanya setahun yang lalu akan diampuni.
Diceritakan dari Abu Qatada (RA) bahwa Nabi ( SAW ) bersabda:
“Puasa di hari 'Asyura', semoga bisa menebus dosa-dosa tahun sebelumnya.” (Ibn Majah: 1738)
Hadits dengan jelas menyebutkan sabda Nabi (SAW) sebagai “Saya berharap” yang berarti bahwa orang tersebut harus menjalankan puasa dengan sepenuh hati hanya untuk Allah dan mencari pahala dari Allah saja dan, Insya Allah, Allah SWT akan membalas orang itu dengan penghapusan dosa-dosanya. selama tahun sebelumnya.
• Hukum Puasa Asyura Tanpa Puasa Tasua, Sah atau Tidak Puasanya? Lengkap Niat Puasa Asyura dan Tasua
Kesalahpahaman tentang Asyura
Pembahasan di atas niscaya menunjukkan pentingnya dan keutamaan hari Asyura karena merupakan hari berkah Allah dan ditegaskan sunnah untuk menjalankan puasa pada hari tersebut.
Namun, ada beberapa kesalahpahaman tentang hari Asyura yang bahkan berhasil masuk ke dalam pikiran sebagian Muslim.
Berikut Beberapa Kesalahpahaman dan Takhayul yang Umum tentang Hari Asyura:
1 - Nabi Adam (AS) diciptakan oleh Allah pada hari ini.
2 - Nabi Ibrahim (AS) lahir pada tanggal 10 Muharram.
3 - Pertobatan Nabi Adam (AS) diterima oleh Allah pada hari ini.
4 - Hari Penghakiman akan berlangsung pada hari Jumat, 10 Muharram.
5 - Siapapun yang mandi pada tanggal 10 Muharram tidak akan pernah sakit.
6 - Orang yang menaruh celak di matanya pada hari ini tidak akan menderita penyakit mata apa pun.
7 - Beberapa orang mengatakan bahwa itu sunnah untuk menyiapkan jenis makanan tertentu pada hari tertentu dan kemudian membagikannya.
8 - Banyak Muslim tidak menikah (Nikkah) selama bulan Muharram karena mereka mengira itu adalah bulan sial.
Tidak ada yang dilaporkan dalam Hadits Sahih apapun dari Nabi (SAW) atau dari Sahabatnya (RA) tentang insiden yang disebutkan di atas.
Bahkan tidak satupun dari keempat Imam yang mendorong atau merekomendasikan hal-hal seperti itu. Tidak ada satupun cendekiawan Islam yang dapat diandalkan yang meriwayatkan hal seperti ini.
Jadi semua ini hanyalah mitos dan tidak ada hubungannya dengan Islam atau Syariah. Jadi semua hal ini harus dihindari dan tidak boleh diikuti oleh Muslim mana pun.
Selain itu, menurut Sahih Muslim: 1163 (a) dan Tirmidzi: 438 , Muharram adalah bulan Allah. Lalu bagaimana bulan Allah sendiri bisa menjadi jahat dan sial bagi hamba-hamba-Nya.
Jadi jauhkan diri Anda dari kebohongan ini dan cobalah untuk menjaga diri Anda di jalan yang benar, di jalan Nabi tercinta (SAW) dan para sahabatnya (RA).
Kesimpulan
Seperti yang disebutkan di atas, puasa pada hari Asyura adalah sunnah dari Nabi tercinta kita (SAW) dan orang juga tidak boleh lupa bahwa Muharram adalah bulan Allah.
Dengan menjalankan puasa di hari Asyura dan melakukan amal shalih, kita akan menghidupkan kembali salah satu sunnah Nabi kita (SAW) dan siapa yang menghidupkan Sunnah Nabi (SAW), dia akan bersama Nabi tercinta (SAW) di surga menurut Hadits berikut, diriwayatkan oleh Anas bin Malik (RA) bahwa Rasulullah (SAW) bersabda:
“Siapapun yang menghidupkan sunnah saya maka dia telah mencintai saya. Dan siapapun yang mencintaiku, dia akan bersamaku di surga. '" (Tirmidzi: 2678)
Juga perkuat hubungan Anda dengan Allah melalui Dzikir dan Doa rutin dan membantu sesama Muslim. Dan Allah memberi pahala setiap perbuatan baik.
Niat Puasa Asyura dan Puasa Tasua
Berikut ini lafaz niat Puasa Tasua:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ التَا سُوعَاء لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatit Tasû‘â lillâhi ta‘âlâ.
Artinya, “Aku berniat puasa sunah Tasu‘a esok hari karena Allah SWT.”
Sedangkan niat Puasa Asyura sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ ِعَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatil âsyûrâ lillâhi ta‘âlâ.
Artinya, “Aku berniat puasa sunah Asyura esok hari karena Allah SWT.” (*)