PENTING, Yuk Cek Fakta dan Mitos Seputar Usus Buntu
Radang Usus buntu atau biasa yang kita sebut istilah medisnya adalah apendisiti
Penulis: Jovanka Mayank Candri | Editor: Jovanka Mayank Candri
RADANG usus buntu itu apa sih ya? Tribunpontianak.co.id merangkum tulisan dari dua dokter Kalbar yakni dr Chelwy Joycestio Vrixander dan Eric Herrianto Dwiputra SKed.
Radang Usus buntu atau biasa yang kita sebut istilah medisnya adalah apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu (apendiks vermiformis) dan merupakan salah satu penyebab nyeri perut akut yang paling sering.
Terus, posisinya dimana sih organ ini? Usus buntu (Apendiks vermiformis) ini sebenarnya adalah organ yang berbentuk tabung panjang, berongga sempit, dan terletak pada perut kanan bawah. Usus buntu memiliki panjang kira-kira 10 cm dan berpangkal di sekum, yang merupakan bagian dari usus besar.
Kenapa bisa radang usus buntu?
Nah, sebenarnya penyebab utama dari penyakit usus buntu ini adalah usus buntu yang tersumbat. Sumbatan ini penyebabnya bermacam-macam sobat! Seperti feses yang keras, ada cacing yang menyumbatnya, ada tumor, ataupun benda asing yang masuk ke tubuh.
Ketika usus buntu tersumbat, usus buntu akan meradang, membengkak, dan pada akhirnya terjadilah apendisitis ini.
Jika penyumbatan berlanjut, jaringan yang meradang menjadi terinfeksi oleh bakteri dan mulai mati karena kekurangan suplai darah, yang akhirnya menyebabkan perforasi apendiks (apendiks berlubang atau pecah).
Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti cacing Ascaris lumbricoides.
Siapa saja sih yang bisa terkena penyakit ini? Apa saja faktor risikonya yang paling sering menyebabkan radang usus buntu?
Nah, berikut beberapa faktor risiko yang mengakibatkan seseorang lebih mungkin terkena radang usus buntu nih sobat!
1. Usia dan jenis kelamin
Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10-30 tahun.
Berdasarkan usia juga, ditemukan bahwa 70% pasien radang usus buntu ternyata berusia
Menurut penelitian yang dilakukan Adhar Ariffudin dkk. pada tahun 2017, tentang faktor risiko kejadian radang usus buntu di bagian rawat inap di rumah sakit Anutapura Palu, ternyata orang berusia 15-25 tahun lebih berisiko terkena radang usus buntu.
2. Pola makan rendah serat
Nah, seperti yang sudah disebutkan di atas, feses yang keras tadi dapat menyebabkan radang usus buntu.
Feses yang keras ini pergerakan yang lambat ataupun terhambat sehingga dapat semakin menumpuk, menyumbat, dan pada akhirnya menyebabkan radang usus buntu.
Meskipun penyebab sebenarnya dari radang usus buntu belum sepenuhnya diketahui, namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa diet rendah serat merupakan faktor risiko terhadap terjadinya radang usus buntu loh sobat!
Konsumsi serat selain membantu mengurangi risiko terkena radang usus buntu, juga membantu bagi sobat yang mengalami konstipasi yang sekaligus mencegah ambeien.
3. Riwayat radang usus buntu dalam keluarga
Ternyata beberapa literatur menunjukkan bahwa ternyata radang usus buntu banyak ditemukan pada anak-anak yang memiliki riwayat keluarga yang juga terkena radang usus buntu loh sobat!
Meskipun mekanismenya belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa teori seperti faktor genetik, pola diet yang sama dalam keluarga, maupun infeksi bakteri spesifik tertentu.
Dalam sebuah penelitian skala besar di Jepang, ditemukan juga bahwa ada kemungkinan 20% pada anak dengan 1 orang tua riwayat positif, dan 40% pada anak dengan kedua orang tua riwayat positif untuk mengalami radang usus buntu selama masa kanak-kanak.
Kemudian, tahu dari mana dong seseorang terkena radang usus buntu? Gejalanya apa saja ya?
Oke, sekarang kita ajak sobat untuk mengenali gejala dari radang usus buntu ini! Gejala awalnya tentu saja adalah nyeri perut.
Nyeri perut yang awalnya timbul dari daerah sekitar pusar yang nanti kemudian lama-lama akan berpindah ke kanan bawah umumnya dalam jangka waktu 12-24 jam.
Nyeri ini akan menetap lama dan tidak akan hilang dalam jangka waktu yang panjang. Kemudian nyeri ini mungkin disertai dengan keluhan-keluhan lain, kesulitan makan, muntah-muntah, demam, konstipasi, maupun diare.
Memastikan radang usus buntu seperti apa ya?
Mendiagnosis radang usus buntu atau apendisitis dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar keluhan yang dialami oleh pasien tersebut, kemudian dilakukan pemeriksaan fisik seperti pemeriksaan abdomen/daerah perut untuk menentukan titik nyeri yang spesifik pada keluhan yang dialami.
Untuk memastikannya dapat dilakukan pemeriksaan seperti pemeriksaan radiologi (ultrasonography maupun CT scan) dan laboratorium untuk melihat adanya tanda peradangan pada usus buntu!
Kalau dalam, dunia medis ada namanya Alvarado Score. Jadi fungsi skor ini adalah memperkirakan apakah pasien ini benar terkena radang usus buntu atau tidak dari keluhan-keluhan yang dialami dan hasil laboratorium yang didapat.
Lalu cara nyembuhin radang usus buntu itu bagaimana ya?
Terapi untuk radang usus buntu (tanpa komplikasi) yang paling dipilih adalah operasi pengangkatan usus buntu (apendektomi).
Operasi tersebut dapat dilakukan secara terbuka maupun laparoskopi (operasi lubang kunci), yang tentu saja memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing.
Operasi laparoskopi, karena hanya memerlukan sayatan yang kecil, cenderung menyebabkan rasa nyeri setelah operasi yang lebih ringan dibandingkan operasi terbuka. Meskipun begitu biaya operasi laparoskopi tentu saja cenderung lebih mahal.
Nah, ada ga ya cara untuk mencegah terjadi radang usus buntu?
Sebenarnya kejadian radang usus buntu tidak dapat diprediksi dan dicegah. Nah, tapi tadi kan sudah dibahas ya sobat bahwa salah satu faktor risiko radang usus buntu adalah pola makan rendah serat.
Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk mengurangi risiko terkena radang usus buntu adalah dengan meningkatkan konsumsi serat ya sobat!
Mitos atau Fakta
Jika olahraga setelah makan bisa bikin radang usus buntu? Mitos
Sampai hari ini masih belum ada penelitian yang mengatakan bahwa olahraga setelah makan dapat menyebabkan radang usus buntu.
Namun olahraga langsung setelah makan dapat menyebabkan mual dan muntah sehingga yag pasti tidak baik untuk sistem pencernaan sobat.
Radang usus buntu wajib dioperasi? Mitos
Nah, ini pertanyaan yang cukup sering ditanyain nih. Meskipun terapi yang paling sering dipilih maupun disarankan adalah operasi pengangkatan usus buntu, ternyata hal tersebut tidak wajib loh sobat!
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Paulina Salminen pada tahun 2015 didapatkan pada 530 pasien dengan radang usus buntu tanpa komplikasi, bahwa 273 pasien dengan radang usus buntu ditangani dengan operasi pengangkatan apendiks (apendektomi) sedangkan 257 pasien dengan radang usus buntu hanya diberikan antibiotik untuk penanganannya.
Namun pada tahun kedua, 65 pasien (dari 257 pasien) yang hanya diberikan antibiotik mengalami kekambuhan dan harus menjalani operasi.
Hal ini menunjukkan bahwa penanganan radang usus buntu tidak harus selalu dioperasi, meskipun pada beberapa pasien ternyata mengalami kekambuhan dan memerlukan operasi di masa yang akan datang.
Makan biji cabai dan biji buah bisa bikin radang usus buntu? Fakta
Ternyata menurut penelitian yang dilakukan Omer Engin dkk. pada tahun 2011, memakan biji buah yang tidak tercerna dengan baik dapat menyebabkan radang usus buntu loh sobat!
Meskipun dalam penelitiannya dikatakan jumlah kejadiannya sangat minimal, namun dapat menjadi penyebab dari radang usus buntu dan tetap disarankan untuk menghindari makanan seperti biji buah yang tidak tercerna dengan baik agar terhindar dari radang usus buntu! Nah hal ini berarti sobat harus berhati-hati dalam mengkonsumsi biji cabai juga.
Jika saya tidak memiliki apendiks (usus buntu) maka saya dalam bahaya? Mitos
Nah, usus buntu adalah salah satu organ di tubuh manusia yang sampai sekarang masih belum diketahui fungsinya secara jelas.
Namun ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa usus buntu berfungsi sebagai penampung bakteri baik usus dan membantu kolonisasi flora usus yang normal.
Tapi, tenang saja, ternyata pengangkatan usus buntu selama ini tidak menunjukkan adanya gejala yang merugikan atau membahayakan kok sobat! Jadi, tidak ada apendiks tidak berbahaya ya sobat!
Nah, sekarang sudah dibahas banyak ya Tribuners mengenai radang usus buntu nih.
Meskipun sebenarnya masih banyak yang belum diketahui dengan jelas tentang fungsi usus buntu maupun mekanisme penyebab dari radang usus buntu serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, tetap saja Tribuner bisa mengurangi risiko dengan konsumsi serat yang cukup ya.
Serta jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter apabila ada gejala-gejala yang menyerupai radang usus buntu ya. (*)