KHAZANAH ISLAM
Waktu Terbaik Membaca Surat Al Kahfi hingga Keistimewaan dan Keutamaan Membacanya di Hari Jumat
Bukti Jumat adalah hari yang istimewa hingga disebut sebagai rajanya hari, Allah SWT menetapkan kejadian-kejadian besar pada hari Jumat
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Hari Jumat merupakan hari yang istimewa.
Ada makna tersendiri saat datangnya Hari Jumat. Hari Jumat diyakini memiliki banyak keutamaan.
Bukti Jumat adalah hari yang istimewa hingga disebut sebagai rajanya hari, Allah SWT menetapkan kejadian-kejadian besar pada hari Jumat.
Selain itu, ada banyak amalan yang dikabarkan Rasulullah SAW yang berpahala besar.
"Sesungguhnya di antara hari kalian yang paling afdhal adalah hari Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan dan diwafatkan, dan pada hari itu juga ditiup sangkakala dan akan terjadi kematian seluruh makhluk" (HR. Abu Dawud, An Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, dan Al Hakim dari hadits Aus bin Aus).
• Keutamaan Membaca Surat Al Kahfi di Hari Jumat & Untuk Amalan Malam Jumat, Ini Faedah Surat Al Kahfi
Satu di antara banyak amalan Sunnah Rasulullah SAW, adalah membaca surat Al Kahfi.
Surat Al Kahfi merupakan salah satu Surat dalam Al Quran yang memiliki banyak manfaat dan keutamaan jika umat islam mau mengamalkan maupun membaca bahkan jika mau menghafalnya.
Surat Al Kahfi atau Ashabul kahfi merupakan surat ke-18 dalam Al Quran yang terdiri atas 110 ayat.
Surat Al Kahfi ini juga terdapat dalam Al Quran juz 15 dan di awal juz 16 .
Surat Al Kahfi termasuk dalam golongan surat Makiyyah atau surat yang diturunkan di kota Makkah.
Rasullulah SAW menganjurkan umatnya untuk membacanya di hari Jumat atau malam Jumat.
Anda mungkin akan bertanya dalilnya agar tidak terjerumus pada amalan yang tidak berdasarkan contoh Rasulullah SAW.
Berikut adalah sejumlah dalil shahih yang menyebutkan perintah dan keutamaan membaca surat Al Kahfi.
Pertama, dari Abu Sa'id al-Khudri radliyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa membaca surat Al Kahfi pada malam Jumat, maka dipancarkan cahaya untuknya sejauh antara dirinya dia dan Baitul 'atiq." (Sunan Ad-Darimi, no. 3273. Juga diriwayatkan al-Nasai dan Al-Hakim serta dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Targhib wa al-Tarhib, no. 736)
Kedua, dalam riwayat lain masih dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu 'anhu, disebutkan;