Tutorial Cara Cepat Menganyam Ketupat, Asal Usul Ketupat dan Makna Ketupat Simbol Perayaan Hari Raya
Langkah awal dalam menganyam ketupat lebaran adalah memegang sehelai daun dan buat lingkaran...
Penulis: Rizky Zulham | Editor: Rizky Zulham
Munculnya ketupat di setiap momen Idul Fitri pertama kali diperkenalkan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga.
Pada abad ke-15, Kanjeng Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai salah satu simbol untuk perayaan Hari Raya Idul Fitri umat Islam sejak pemerintahan Demak di bawah kepemimpinan Raden Patah.
Sunan Kalijaga membudayakan dua kali bakda, yaitu bakda lebaran dan bakda kupat.
Bakda kupat dimulai seminggu sesudah Lebaran.
Pada hari yang disebut bakda kupat tersebut, di tanah Jawa waktu itu hampir setiap rumah terlihat menganyam ketupat dari daun kelapa muda.
Selesai dianyam, ketupat diisi dengan beras kemudian dimasak, lalu diantarkan ke kerabat yang lebih tua, sebagai lambang kebersamaan.
Secara umum, ketupat berasal dan ada dalam banyak budaya di kawasan Asia Tenggara. Ketupat atau kupat adalah hidangan khas Asia Tenggara maritim berbahan dasar beras yang dibungkus dengan pembungkus terbuat dari anyaman daun kelapa (janur) yang masih muda.
Ketupat paling banyak ditemui pada saat perayaan Lebaran, ketika umat Islam merayakan berakhirnya bulan puasa.
Selain di Indonesia, ketupat bisa dijumpai di beberapa negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Brunei, dan Singapura.
Di Filipina sendiri juga dapat dijumpai bugnoy yang mirip ketupat, namun dengan pola anyaman yang berbeda.
Makna Ketupat
Di dalam filosofi Jawa, makna ketupat Lebaran bukanlah sekedar hidangan khas Lebaran saja. Melainkan makna lebaran di sini lebih khusus.
Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat.
Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan. Ngaku lepat ini merupakan tradisi sungkeman yang menjadi implementasi mengakui kesalahan (ngaku lepat) bagi orang Jawa.
Prosesi sungkeman yakni bersimpuh di hadapan orang tua seraya memohon ampun, dan ini masih membudidaya hingga kini.
Pada tradisi sungkeman ini mengajarkan akan pentingnya menghormati orangtua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan, dan ampunan dari orang lain, khususnya orangtua.