Disebut Proyek Mission Impossible Ventilator Indonesia Buatan Syarif Hidayat Bikin Bangga
Setelah menangis, ia pun bangkit dan kembali terus mencoba, hingga produknya berhenti diujicoba setelah melewati 21 hari
TRIUNPONTIANAK.CO.ID - Syarif Hidayat akhirnya bisa tersenyum lega hasil karyanya yang membutuhkan perjuangan panjang sudah berhasil diciptakan.
Melalui ruang kecil dan di sofa ruang kerjanya, di Masjid Salman Institut Teknologi Bandung (ITB) ia terus bekerja untuk menciptakan sebuah alat kesehatan bernama Ventilator Indonesia (Vent-I).
Dosen ITB ini sangat bahagian akan hasil karyanya tersebut betapa tidak, teringat tenaga dan pikirannya dikuras untuk menciptakan Ventilator Indonesia (Vent-I) tersebut.
“Di sinilah saya menghabiskan waktu hampir 6 minggu saat menciptakan Vent-I. Tidur hanya 4 jam di sofa ini setiap malam,” ujar Syarif kepada Kompas.com, Senin (29/6/2020).
Sofa berwarna hitam itu menjadi saksi bagaimana kerja keras Syarif di tengah cibiran, kesulitan bahan material karena Covid-19, hingga keterbatasan dana.
Syarif menceritakan awal mula Vent-I tercipta. Saat itu, menyusul kebijakan work from home (WFH) dari pemerintah, ITB memberlakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Diikuti dengan Masjid Salman ITB yang menutup kegiatan masjid sementara waktu untuk memutus rantai penularan virus corona.
Sepulang rapat dari Salman ITB, ia bertemu dengan alumni ITB yang masuk ke dalam tim Gubernur Jabar Ridwan Kamil dalam penanganan Covid-19.
“Dia bertanya, pak bisa bikin sprayer? Saya jawab bisa. Kalau bikin ventilator? Saya jawab, nanti saya pelajari dulu. Jadi ucapan ventilator itu datang dari dia,” tutur Syarif.
Keesokan harinya, Syarif baru mengatakan dirinya bisa membuat ventilator.
Sebagai insinyur, ia punya keyakinan. Apapun yang bisa dibuat manusia, maka ia bisa membuatnya.
Syarif kemudian menugaskan stafnya untuk membeli komponen ventilator.
Dari sana ia tersadar, mafia di alat kesehatan luar biasa.
“Kalau daging impor, harganya naik 4 kali lipat. Tapi kalau alat kesehatan (alkes) bisa10 kali lipat. Saya makin bertekad untuk membuatnya tanpa menggunakan rantai pasok alkes,” ungkap Syarif.
Bertemu dokter Unpad