Human Interest Story
Protokol Kesehatan Dalam Festival Bacang, Panitia Usung Tema Berbagi Kasih
Tjhai Chui Mie menuturkan, tujuan utama festival tersebut untuk memperkenalkan sejarah hari bacang
Penulis: Rizki Kurnia | Editor: Didit Widodo
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Rizki
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, TRIBUN- Festival Bacang 2020 tetap digelar meski sedang menghadapi Pandemi Covid-19. Penyelenggara menjamin kegiatan Festival di Singkawang Cultural Center (SCC) Jl Yos Sudarso dengan menerapkan protokol kesehatan.
"Dalam festival ini, kami sudah menyiapkan 50.000 bacang yang akan dibagikan. Ini di belakang saya ini ada 5.055 bacang. Kegiatan mengusung tema kemanusian atau berbagi kasih,” kata Wali Kota Singkawang, Tjhai Chui Mie, Kamis (25/6/2020).
• Pengumuman Hasil Seleksi PPDB Online SMA Provinsi Riau Hari Jumat 26 Juni Klik RIAU.SIAP-PPDB.COM
• Pemkab Sekadau Bahas Persoalan Batas Wilayah Antar Desa
Wali Kota sekaligus Ketua Perhakin Kota Singkawang, Tjhai Chui Mie menuturkan, tujuan utama festival tersebut untuk memperkenalkan sejarah hari bacang yang merupakan budaya Tionghoa di Kota Singkawang.
Bacang atau disebut bakcang adalah makanan khas orang Tionghoa berbentuk segitiga terdiri dari beras atau ketan, daging ayam atau sapi sebagai isian. Festival Bacang 2020 diyakini menjadi wadah memperkenalkan sekaligus melestarikan budaya Tionghoa kepada generasi muda.
“Kami ingin Festival Bacang ini para generasi muda tetap mengenal dan melestarikan budaya ini,” kata Tjhai Chui Mie.

Kendati demikian, tidak hanya Tionghoa, wali kota juga berharap ada 17 paguyuban di Kota Singkawang juga membuat festival dengan budaya masing-masing agar bisa menjadi nilai jual Kota Singkawang yang merupakan kota pariwisata.
Menurutnya dengan banyaknya festival yang diselenggarakan di Kota Singkawang akan menjadi salah satu dukungan agar segera dapat memiliki bandara.
"Agar orang luar sana bisa datang ke Singkawang melihat beragam festival budaya. Saya selaku kepala daerah dan stake holder terus berupaya agar bagaimana bisa mendatangkan masyarakat luar datang ke Kota Singkawang melihat beragam budaya kita," ujarnya.
Ia menerangkan dirinya mendukung seluruh budaya di Kota Singkawang dalam membuat festival budaya masing-masing dan dapat dilestarikan serta dikemas sebagus mungkin.
"Bergam suku budaya di Kota Singkawang harus memiliki nilai jual di mata orang luar, kita adalah miniaturnya Indonesia, beragam suku budaya ada di Kota Singkawang dan kita telah berpredikat kota tertoleran," ujarnya.
Semua etnis bisa membuat festival mereka dan harus dikemas dengan sebagus mungkin.
"Kita akan minta tim kreativitas ini untuk mendokumentasikan dan mengupload dan kita kirimkan kepada Menteri Pariwisata," ujarnya.
Selain itu, ia menerangkan pada festival tersebut panitia telah membuat duplikat bacang raksasa di depan gedung SCC agar masyarakat dapat mengabadikan momen festival dengan foto bersama.
"Kita juga bikin tulisan sejarah adanya bacang, dapat dilihat di depan. Sehingga masyarakat tau kenapa ada acara makan bacang di bulan lima tanggal lima dikalender Imlek," ungkapnya.