Nasib Kartu Prakerja - Pencairan Insentif Tak Jelas, Gelombang 4 Belum Pasti hingga Polemik Mencuat

Belum cairnya insentif yang dijanjikan hingga kejelasan dirilisnya gelombang keempat kini terus menimbulkan polemik baru.

Prakerja.go.id
Ilustrasi Kartu Prakerja. 

Dia menjanjikan pengangguran bisa mendapatkan insentif dan diberikan pelatihan secara gratis bersertifikat.

Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Kartu Prakerja, Denni Puspa Purbasari, mengatakan rancangan program Kartu Prakerja sebenarnya sudah ada sejak lama. Pelatihannya juga awalnya dirancang secara tatap muka atau offline.

"Ya, merancangnya itu sudah lama. Pasca-pilpres kemudian janji (kampanye) kan harus dideliver. Intinya, Kartu Prakerja tidak bisa menggantikan pendidikan formal, baik itu pendidikan vokasi maupun pendidikan non-vokasi," ungkap Denni seperti dikutip dari Harian Kompas, Rabu (17/6/2020).

Menurut dia, awal mulanya, tak ada pelatihan yang dirancang diselenggarakan secara online. Ide kursus online Kartu Prakerja muncul setelah merebaknya pandemi wabah virus corona.

Perubahan rencana mendadak ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan status darurat corona. Di mana ada pembatasan aktivitas untuk pencegahan Covid-19.

"Ya, kedaruratan karena Covid-19. Hingga Februari, sebagian besar pelatihan masih dirancang offline. Banyak lembaga pelatihan, SMK, perusahaan yang punya reputasi pelatihan sangat bagus sudah dikontak," ujar Denni.

"Ada rencana memakai dana desa untuk menggerakkan anak-anak desa ke kota tempat pelatihan dilakukan. Kami selalu berpikir pelatihan offline bahkan hingga akhir Februari 2020 itu," kata dia lagi.

Lalu dengan semangat program yang tetap harus berjalan meski saat Covid-19, pelatihan offline ditiadakan sementara dan digantikan dengan metode pelatihan online Kartu Prakerja.

Sementara itu, menurut Denni, pendaftaran Kartu Prakerja memang sejak awal sudah ditentukan lewat online di sejumlah marketplace yang ditunjuk. Tujuannya untuk menjangkau peserta yang lebih luas.

"Dengan kapasitasnya sebagai marketplace, sementara saat itu konsep pelatihannya tetap offline, hanya penjualannya lewat marketplace," ungkap Denni.

"Jadi bukan pelatihan online, tapi pelatihan offline yang dijual di situ. Pelatihan bahasa Inggris dengan tatap muka, misalnya, tapi pelatihan itu dijual lewat marketplace. Tujuannya supaya peserta gampang mencarinya," tambahnya.

Sebagai informasi, berbagai kontroversi sempat mewarnai pelaksanaan Kartu Prakerja. Banyak pihak menilai bantuan yang diberikan kepada masyarakat melalui program Kartu Prakerja tak efisien dan berisiko hanya menjadi pemborosan anggaran.

Harga sejumlah pelatihan online yang disediakan juga dinilai cukup mahal lantaran banyak pelatihan serupa bisa ditemukan gratis di internet.

Pasalnya, dari total anggaran sebanyak Rp 20 triliun, sebanyak Rp 5,6 triliun dana bantuan yang diberikan pemerintah untuk peserta penerima manfaat program Kartu Prakerja, akan mengalir ke kantong-kantong lembaga pelatihan.

Jumlah tersebut meningkat dua kali lipat dari rencana awal Rp 10 triliun lantaran program Kartu Prakerja kini beralih haluan dari program jaring pengaman untuk pencari kerja menjadi bantuan sosial bagi pihak-pihak yang kehilangan pekerjaan di tengah pandemik virus corona.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved