Virus Corona Masuk Kalbar

Virus Corona Diduga Menyebar di China Sejak Agustus 2019, Peneliti Amerika Ungkap Buktinya

Dugaan ini diungkap Studi dari Harvard Medical School yang menunjukkan SARS-CoV-2 kemungkinan menyebar di China sejak Agustus 2019.

AFP/HECTOR RETAMAL
Seorang petugas medis dari Provinsi Jilin menangis sebelum pergi dalam sebuah acara perpisahan di Bandara Tianhe yang baru dibuka kembali di Wuhan, Hubei, China, Rabu (8/4/2020). Ribuan orang bergegas meninggalkan Wuhan setelah otoritas mencabut kebijakan lockdown selama lebih dari dua bulan di lokasi yang diketahui sebagai episenter awal virus corona tersebut. 

Virus kemudian menyebar dengan cepat pada populasi warga Wuhan dan kawasan sekitar di provinsi Hubei, sebelum otoritas China memberlakukan lockdown hampir total pada pergerakan dan kehidupan publik.

Namun para peneliti dari Harvard menunjukkan, studi epidemiologi awal, yang mengidentifikasi pasar Huanan sebagai sumber wabah, termasuk beberapa pasien Covid-19 yang tidak melakukan kontak dengan pasar, membuka adanya kemungkinan alternatif dari titik asal mula virus dan infeksi.

China Miliki 3 Jenis Virus Corona dari Kelelawar

Institut virologi China, yang berlokasi di Wuhan mengaku mempunyai tiga galur (strain) virus corona yang berasal dari kelelawar.

Namun berdasarkan keterangan dari laboratorium, saat ini tidak ada koleksi mereka yang cocok dengan virus yang mewabah di dunia.

Awalnya peneliti berpikir Covid-19, yang sudah membunuh 340.000 orang di dunia, berasal dari kelelawar dan menular ke manusia melalui hewan perantara.

Karena itu dalam wawancaranya dengan CGTN, Direktur Institut Virologi Wuhan, menyebut klaim AS bahwa virus corona bocor dari laboratorium mereka "kebohongan murni" seperti yang dikutip dari kompas.com.

Dalam wawancara yang dilakukan pada 13 Mei, Wang Yanyi menyatakan mereka mempunyai galur virus yang berasal dari kelelawar.

"Kini kami mempunyai tiga strain virus hidup. Namun, kemiripan mereka dengan SARS-Cov-2 hanya mencapai 79,8 persen," papar Wang.

Salah satu tim peneliti mereka, dipimpin Profesor Shi Zhengli, sudah menangani coronavirus sejak 2004, dan fokus kepada sumber "pelacakan SARS".

Dilansir AFP Minggu (24/5/2020), mereka merujuk kepada Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS) yang mewabah pada 2003-2004 silam.

"Kami tahu bahwa keseluruhan genome SARS-Cov-2 hanya sekitar 80 persen dari SARS. Jadi sangat berbeda," beber sang direktur.

Wang menuturkan, berdasarkan penelitian Profesor Shi terdahulu, mereka tidak memerhatikan jika ada virus yang hampir mirip dengan SARS.

Teori konspirasi bahwa laboratorium di Wuhan bertanggung jawab dalam mewabahnya Covid-19 sebenarnya sudah menyeruak selama berbulan-bulan.

Namun, Presiden Donald Trump dan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo kemudian melontarkannya ke permukaan, di mana mereka mengklaim sudah melihat bukti.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved