Amerika Serikat Vs China Terus Memanas, Pengusaha AS Eksodus dari Beijing, Indonesia Bukan Pilihan

Eksodus manufaktur sudah berlangsung lantaran ketidakpastian yang dipicu oleh perang dagang AS-China pada tahun 2019

AFP
Ilustrasi - Bendera China dan Amerika Serikat 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, WASHINGTON - Hubungan Amerika Serikat dan China yang terus memanas juga membawa dampak bagi dunia usaha.

Data terakhir yang dikumpulkan perusahaan inspeksi rantai pasokan yang berbasis di Hong Kong memperlihatkan, perusahaan Amerika Serikat mulai memindahkan basis dan sumber produksi mereka dari China.

Eksodus manufaktur sudah berlangsung lantaran ketidakpastian yang dipicu oleh perang dagang AS-China pada tahun 2019.

Virus corona baru telah mempercepat tren tersebut dan mendorong lebih banyak perusahaan untuk mengurangi ketergantungan mereka dari Tiongkok sebagai pemasok tunggal.

China Vs Amerika Serikat Terus Memanas, Ini Analisa Profesor Perihal Kemungkinan Hubungan Mereda

Sebagian besar perusahaan manufaktur AS bergerak menuju Asia Tenggara dan Asia Selatan, menurut laporan oleh Qima, sebuah perusahaan pengawasan mutu dan inspeksi rantai pasokan yang berbasis di Hong Kong.

Laporan Qima mengacu pada data yang dikumpulkan dari puluhan ribu inspeksi rantai pasokan yang dilakukan secara global untuk merek dan pengecer barang konsumen.

Para perusahaan menggunakan laporan inspeksi ini untuk membuat keputusan tentang apakah akan bermigrasi ke pemasok baru.

Dalam dua bulan pertama tahun ini, permintaan untuk inspeksi dan audit dari pembeli Amerika Utara meningkat 45% year-on-year (yoy) di Asia Tenggara.

Negara yang memperoleh manfaat dari kondisi ini adalah Vietnam, Myanmar dan Filipina.

Namun nama Indonesia luput dari laporan tersebut.

Sementara itu, permintaan untuk inspeksi rantai pasokan melonjak 52% di Asia Selatan.

Di kawasan ini, Bangladesh menjadi negara tujuan paling populer, terutama untuk merek tekstil dan pakaian jadi.

Selain itu, jajak pendapat oleh Qima terhadap lebih dari 200 perusahaan pada akhir Februari menunjukkan 87% responden meyakini pandemi corona akan memicu perubahan signifikan dalam manajemen rantai pasokan mereka di masa depan.

Untuk mengurangi risiko kekurangan pasokan yang timbul dari penutupan pabrik di China, lebih dari setengah responden juga mencatat bahwa mereka sudah mulai beralih ke pemasok di wilayah yang tidak terpengaruh oleh virus.

Rantai suplai global memang terganggu dalam beberapa bulan terakhir akibat Covid-19 menyebar ke negara lain di dunia.

Halaman
123
Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved