Sekjend DIO: Jadilah Orang Dayak Berkebudayaan Dayak, Sebagai Bagian Tak Terpisahkan dari Benua Asia
Orang Dayak di Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam, harus kembali ke karakter dan jati diri.
Penulis: Chris Hamonangan Pery Pardede | Editor: Ridhoino Kristo Sebastianus Melano
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Sekretaris Jenderal (Sekjend) Dayak International Organization (DIO) Dr Yulius Yohanes, M.Si, mengatakan, orang Dayak di Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam, harus kembali ke karakter dan jati diri sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat di Benua Asia.
Hal itu dikemukakan Yulius Yohanes, menangggapi pemberitaan media massa di London, Inggris, The Guardian.com, Senin, 25 Mei 2020, berjudul: “European Union, Dawn of Asian century puts pressure on EU to choose sides”, says top diplomat”.
Saat bersamaan, Senin, 25 Mei 2020, Kantor Berita Nasional Federasi Rusia, berbasis di Moscow, Telegrafnoie Agentsvo Sovietskavo Soyusa (TASS) Russian News Agency, Senin, 25 Mei 2020, menurunkan berita berjudul: “World witnessing US century ceding to Asian one, says EU foreign policy chief”.
“Orang Dayak harus berhenti berkarakter dan berjati diri kebarat-baratan, kearab-araban, keyahudi-yahudian, setelah memilih agama samawi atau agama impor lain sebagai sumber keyakinan imannya,” kata Yulius Yohanes, sesuai rilis tertulis diterima Tribun, Senin (1/6/2020).
“Jadilah orang Dayak berkebudayaan Dayak, sebagai bagian tidak terpisahkan dari Benua Asia,” tuturnya.
• Cegah Penyebaran Virus Covid-19, Polsek Batang Lupar Semprotkan Disinfektan di Rumah Panjang Klawik

Yulius Yohanes, Sekretaris Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura, Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat, mengatakan, kebudayaan Barat yang mengedepankan rasionalitas, seringkali bertolak belakang dengan kebudayaan masyarakat dari berbagai suku dan bangsa di Benua Asia yang memiliki keterkaitan erat dengan budaya leluhur.
“Kalau pernyataan resmi Pejabat Uni Eropa melalui dua media terkemuka di Eropa, The Guardian.com dan TASS Russian News Agency, abad ke-21 menjadi era kebangkitan Asia, maka orang Dayak sebagai bagian tidak terpisah dari masyarakat di Benua Asia, harus segera koreksi diri, untuk kembali kepada karakter dan jati dirinya,” ujar Yulius Yohanes.
Diungkapkan Yulius Yohanes, sebagaimana sudah dimasukkan ke dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Dayak Internasional Organization (DIO) dan Majelis Hakim Adat Dayak Nasional (MHADN).
Sebagai salah satu dari suku Bangsa di Benua Asia, seperti tiga negara manusi di dunia, yaitu China, Jepang dan Korea Selatan, maka orang Dayak menganut trilogi peradaban kebudayaan, yaitu hormat dan patuh kepada leluhur, hormat dan patuh kepada orang tua, serta hormat dan patuh kepada negara.
Trilogi peradaban kebudayaan Asia dimaksud, menurut Yulius Yohanes, membentuk karakter dan jati diri manusia Dayak beradat.
Yaitu berdamai dan serasi dengan leluhur, berdamai dan serasi dengan alam semesta, berdamai dan serasi dengan sesama, serta berdamai dan serasi dengan negara.
Pembentuk karakter dari jati diri manusia Dayak beradat, lahir dari sistem religi bersumber doktrin legenda suci Dayak, mitos suci Dayak, adat istiadat Dayak dan hukum adat Dayak dengan menempatkan hutan sebagai sumber dan simbol peradaban.
“Dalam pemahaman universal, di negara manapun di seluruh dunia, kunci kemajuan sebuah suku bangsa, apabila sistem religi dari suku bangsa yang bersangkutan, dijadikan filosofi di dalam etika berperilaku masyarakatnya,” katanya.
“Sementara agama yang dianut sebagai sumber keyakinan iman, sehingga keduanya harus dimaknai dalam konteks yang berbeda, agar tidak dituding mencampur adukkan ajaran agama,” ujar Yulius Yohanes.
• Posko Covid-19 di Perbatasan Ditutup, Kapolres Melawi Apresiasi Personel dan Pihak yang Terlibat
Diungkapkan Yulius Yohanes, sebagai bagian dari masyarakat di Benua Asia, kehidupan masyarakat Suku Dayak penuh dengan ritualiasi.