Kisah Pilu ABK Indonesia di Kapal Ikan China, Lasiran: Makan Ikan Cuma 1-2 Kali Dalam Sebulan

Kedatangan para ABK berangkat melalui Korea Selatan dan di Terminal 3 Kedatangan Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten

Penulis: Muhammad Firdaus | Editor: Muhammad Firdaus
MBC/Screengrab from YouTube
Ilustrasi - kasus ABK Asal Indonesia di Kapal China. 

Rohman mengaku motivasi awal bekerja murni untuk mencari rezeki.

Ia pun mengakui bahwa awal keberangkatan memang melalui calo tanpa agensi.

"Kami berangkat dari calo, jadi pikiran kita cuma duit dan duit, tak ada perlindungan dari agency," kenangnya, dikutip dari kemnaker.go.id.

"Ini pelajaran berharga agar kalau mau berangkat pelajari kontrak kerja sebagai awak kapal dan cek perusahaan secara teliti," katanya.

Kisah pilu diungkap rekan Rohman, Lasiran selama bekerja di Kapal China.

"Kita kerja di Kapal Ikan, tapi makan ikan cuma 1-2 kali dalam sebulan. Betul ini," ungkapnya.

Bahkan, dikatakan pihaknya pernah makan sayur busuk.

"Yang dimakan sayur busuk, kacang, cumi gosong, jemur ikan teri setelah kering dibuang, nasi campur air tak ada rasa sama sekali dan minum dari sulingan air laut, " imbuh Lasiran.

ABK lainnya, Nugi juga mengaku bekerja sebagai ABK selama tujuh bulan sebagai ABK.

Ia pun menyatakan bahwa hal ini menjadi pelajaran berharga dan jera berangkat keluar negeri melalui calo.

"Selain bekerja tak sesuai kontrak kerja, makan tak layak selama di atas Kapal, penghasilannya pun banyak sekali memperoleh potongan," kata Nugi.

Pada dokumen crew salary contract, terdapat berbagai macam potongan yaitu uang jaminan dan potongan jaminan.

Sehingga gaji yang diterima kurang dari gaji yang seharusnya diterima yaitu USD 300.

Uang saku yang dijanjikan sebesar USD 50 juga tidak diterima oleh para ABK. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved