Idul Fitri

MATERI Khutbah Idul Fitri, Bisa untuk Sholat Ied di Rumah, Tema: Menjaga Ketakwaan dengan 5 Perkara

Pesan khutbah Idul Fitri adalah nasihat kebaikan setelah umat Islam melakukan ibadah puasa selama sebulan penuh di bulan Ramadhan

GRAFIS TRIBUN PONTIANAK/ENRO
Sholat Berjamaah 

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamd.
Kaum Musllimin Rahimakumullah

Pasca Ramadhan, marilah kita jaga ketakwaan dengan menanamkan lima hal berikut ini,
Pertama, menyadari mu’ahadah, yakni ikatan janji dengan Allah Ta’ala bahwa kita akan selalu beribadah kepada-Nya.

Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu?’ Mereka menjawab: ‘Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi’. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)’” (QS. Al-A’raf, 7: 172)

Allah Ta’ala dalam ayat ini menerangkan tentang suatu janji yang dibuat pada waktu manusia dikeluarkan dari sulbi orang tua mereka, turunan demi turunan, yakni hal janji Allah menciptakan manusia atas dasar fitrah, yakni tunduk patuh beribadah hanya kepada Allah Ta’ala .

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ

“Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. iada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (QS. Al-An’am, 6: 162-163)

Sadarilah mu’ahadah (ikatan janji) ini agar kita selalu berada dalam suasana keterikatan kepada-Nya.
Kedua, melakukan mujahadah, yakni kesungguhan dalam melawan hawa nafsu dalam rangka ketaatan kepada-Nya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

المُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ نَفْسَهُ فِي طَاعَةِ اللهِ وَالمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ

“Mujahid adalah orang yang melawan dirinya dalam rangka menta’ati Allah, dan Muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang Allah larang.” (HR. Ahmad)

Mujahadah (kesungguhan) ini tumbuh dari kedaran akan mu’ahadah (ikatan janji). Manusia bertakwa yang sadar terhadap ikatan janjinya, akan berusaha untuk melaksanakan perintah Allah Ta’ala dan menjauhi larangan-Nya dengan sungguh-sungguh.

Ketiga, menyadari muraqabah, yakni pengawasan Allah Ta’ala atas seluruh gerak langkah hidup kita.
Allah Ta’ala berfirman,

هُوَ ٱلَّذِى خَلَقَكُمْ فَمِنكُمْ كَافِرٌ وَمِنكُم مُّؤْمِنٌ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved