Ramadhan 2020
MUTIARA RAMADHAN - Total Quality Management saat Puasa
PUASA Ramadan merupakan ibadah rutin yang dilaksanakan oleh umat Islam di seluruh dunia setiap tahunnya.
Raziki Waldan MM
Dosen Manajemen IAIN Pontianak
PUASA Ramadan merupakan ibadah rutin yang dilaksanakan oleh umat Islam di seluruh dunia setiap tahunnya.
Namun, harus diakui banyak dari kita yang belum mampu membuat Ramadan memberikan effect yang positif dalam peningkatan kualitas hidup.
Hal ini dikarenakan banyak yang melaksanakan puasa tidak lebih hanya sebatas rutinitas dan seremonial saja dibanding menjadikan momen tersebut sebagai ibadah yang transformatif hingga mampu memberikan output berupa perubahan akhlak serta membentuk diri menjadi insan yang bertakwa (QS Al-Baqarah/2: 183).
Banyak dari kita yang masih memiliki perspektif yang keliru dalam mengaktualisasikan manajemen berpuasa. Puasa yang idealnya menjadi manajemen lisan, hati, pikiran,hawa nafsu, mental spiritual malah hanya menjadi manajemen untuk mengendalikan lapar dan haus.
Lebih parahnya lagi, puasa kadang justru menjadi sebuah alasan untuk bermalas-malasan dan tidak produktif. Tentu saja hal tersebut menjadi pandangan yang keliru dalam mengimplementasikan manajemen berpuasa yang sebenarnya.
Iman menjadi fondasi dasar mental spiritual dan landasan manajerial yang mampu memotivasi kita untuk berpuasa secara bermakna, bukan sekadar puasa fisik. Mengapa? Karena Ramadan memang sejatinya dialamatkan untuk orang-orang beriman.
Oleh karena itu iman merupakan generator utama dalam melaksanakan Total Quality Management saat berpuasa. Dengan dilandaskan iman, hati yang berpuasa akan selalu menambatkan niat yang ikhlas.
Dengan ikhlas berbagai kompetensi personal, sosial, kultural maupun spiritual akan meningkat. Niat yang ikhlas juga menjadi proteksi untuk tidak berbuat zolim, maksiat, serta melanggar hukum.
Jika dilihat dari teori Total Quality Management dalam ilmu manajemen, Total Quality Manajemen dapat diartikan sebagai sebuah pendekatan yang berorientasi pada peningkatan mutu secara total untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Peningkatan mutu secara total dimulai dari perencanaan hingga evaluasi. Tentu saja proses peningkatan mutu tersebut harus terukur, relistis, dan humanis (manusiawi). Perencanaan dapat dimulai dengan membuat program ibadah selama Ramadan secara komprehensif dan terpadu.
Misalnya dengan menyusun agenda sholat tahajud sebelum sahur secara rutin dan terus menerus.
Perencanaan Ramadan harus dirumuskan secara terpadu dalam rangka penyehatan fisik, revolusi mental, pengembangan intelektualitas serta moralitas.
Program penyehatan fisik selama Ramadan dapat diaktualisasikan melalui hal-hal kecil, misalnya konsisten untuk bangun lebih awal.
Selain itu kita harus meyakini sepenuh hati bahwa sahur mengandung nilai keberkahan sekaligus dapat memengaruhi pola hidup sehat.
Setelah sahur kita dapat membiasakan diri keluar rumah sejenak sambil menghirup oksigen bersih, segar, dan sehat sebagai wujud syukur dari pemberian Allah SWT, pasti akan lebih bugar dan sehat.
Program disiplin bangun lebih awal juga memberi keuntungan bagi kita jika disempurnakan dengan salat malam, berdoa, berzikir, beristigfar, dan membaca Alquran. Karena pada sepertiga malam terakhir memiliki energi sppiritual yang kuat.
Waktu sahur merupakan waktu yang potensial karena pada saat di waktu tersebut para malaikat turun untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi kepada Umat manusia yang khusyuk dalam beribadah.
Program revolusi mental selama Ramadhan dapat diaktualisasikan dengan dengan selalu berpikir positif, kreatif, dan produktif. Habituasi hal-hal tersebut dengan melakukan berbagai hal yang berkualitas.
Banyak dari kita yang bermalas-malasan dan menghabiskan waktu dengan tidur-tiduran dengan dalil “ tidurnya orang berpuasa adalah ibadah”.
Tentu pendapat tersebut keliru. Justru puasa harus menjadi momen dalam mengubah mental “pemalas” tersebut. Jika tidur saja ibadah, maka harusnya kita berlomba-lomba dalam mengerjakan sesuatu yang berkualitas sebagai wujud syukur dan mengharap ridho-Nya.
Program peningkatan intelektualitas selama Ramadan dapat diaktualisasikan dengan rutin mengerjakan hal-hal yang inovatif dalam bidang keilmuan.
Ramadhan pada dasarnya merupakan momen terbaik dalam melejitkan kecerdasan intelektual dan melipatgandakan produktivitas keilmuan kita.
Seperti yang dilakukan para ulama besar Imam al-Bukhari, Imam Muslim, Ibn Sina, Al-Ghazali yang menjadikan puasa sebagai momen terbaik dalam melahirkan karya-karya monumental mereka.
Program peningkatan moralitas selama Ramadan dapat diaktualisasikan dengan cara mensucikan hati dan penajaman pemikiran. Peningkatan moralitas saat Ramadan juga telah difasilitasi Allah SWT dengan pelipatgandaan pahala sedekah, infak, serta memberikan kesempatan kepada kita untuk menyempurnakan ibadah Ramadan dengan mengeluarkan zakat fitrah, zakat kebutuhan pokok untuk para fakir miskin.
Jika Total Quality Management Ramadan diaktualisasi dengan baik, maka akan membuat kita mampu menghasilkan puasa yang holistis, totalitas, serta puasa lahir batin.
Jika kualitas puasa kita benar-benar lahir batin, holistis, dan total, sudah tentu berbagai penyakit sosial, problem kemanusiaan, dan kebangsaan, termasuk korupsi, dapat diatasi.
Karena puasa kita tidak hanya sebatas ceremonial saja tapi lebih kepada proses mendekatkan dan menghadirkan Allah SWT di dalam jiwa kita.
Jadi Total Quality Management saat berpuasa merupakan alternatif pemaknaan ibadah Ramadan dalam kehidupan nyata.
Semoga puasa Ramadan tahun ini membuahkan perubahan mental spiritual, sosial, moral, dan kemanusiaan ke arah yang lebih positif, konstruktif, dan produktif.
Tentu saja output dari puasa hanya dapat terwujud melalui perubahan yang dilakukan terus menerus serta komitmen yang kuat dalam melaksanakannya. (*)