Wabah Virus Corona

Kisah Sedih TKW di Singapura Tertunda Mudik Setelah 9 Tahun karena Covid-19, Sangat Ingin Sungkem

Keinginannya untuk berjumpa di kampung halaman saat Lebaran 2020 kembali harus tertunda karena situasi pandemi Covid-19.

Feti Yuliantikah(Dokumentasi Pribadi Feti Yuliantikah)
Feti Yuliantikah(Dokumentasi Pribadi Feti Yuliantikah) 

“Rencananya saya akan bersilaturahim dengan keluarga besar lewat video. Demikian juga sama dengan teman-teman ART di Singapura".

"Tahun-tahun sebelumnya saya biasanya bersilaturahim tatap muka dengan mereka. Tetapi untuk tahun ini sesuai anjuran pemerintah Singapura, kita tidak akan saling bertemu fisik.”

Nasib serupa juga dialami Maria Legiowati ketika dihubungi Kompas.com, Minggu (17/5/2020).

TKI yang sudah bekerja 15 tahun di Singapura sebagai Asisten Rumah Tangga (ART) ini menyampaikan dia tidak ingin keluarga dan sanak familinya terjangkit virus corona.

“Saya sehat, namun saya tidak akan pernah tahu apakah seseorang menularkan Covid-19 di tengah perjalanan jika saya memilih mudik."

"Bagi saya lebih baik menjaga dan mencegah daripada mengobati.” ucap perempuan yang berasal dari Desa Tammuan, Kecamatan Saluputti, Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan itu.

Maria juga menyampaikan pentingnya mematuhi peraturan pemerintah Indonesia yang melarang mudik karena pandemi Covid-19.

Maria tidak menyembunyikan kekecewaan dan kesedihannya karena tidak bisa merayakan Idul Fitri 2020 bersama keluarga.

“Kalau jujur, ya, tentunya jelas sebagai manusia saya sangat kecewa dan sedih karena apa yang sudah direncanakan bersama keluarga hancur berantakan.“ sebutnya.

Namun Maria juga berkata bahwa tentunya bukan hanya dia yang bersedih melainkan masih banyak juga merasakan hal yang sama.

“Kita harus memaklumi keadaan di tengah pandemi ini.”

Maria sendiri tidak selalu mudik setiap tahunnya untuk Hari Raya Idul Fitri. Biasanya dia akan pulang selama 15 hari pada akhir tahun.

Untuk setiap kali mudik, Maria menghabiskan waktu di dua tempat yakni kampung halamannya di Tana Toraja dan kota asal suaminya di Ponorogo, Jawa Timur.

“Jadi setiap kali mudik, saya terbang dari Singapura ke Makassar kemudian perjalanan darat ke Toraja. Setelah 4-6 hari, saya kembali ke Makassar untuk terbang ke Surabaya."

"Perjalanan yang tidak pendek namun sangat berarti untuk melepas rindu terhadap suami, keponakan, dan sanak saudara lainnya.”

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved