Wabah Virus Corona
Apa Itu Artemisia ? Ilmuwan Jerman dan Denmark Sedang Uji Sebagai Obat Virus Corona Covid-19
Studi tersebut menggunakan ekstrak uji dari tanaman Artemisia annua, juga dikenal sebagai tanaman apsintus, serta turunannya seperti tanaman artemisin
Peringatan WHO
Badan Kesehatan Dunia (WHO), dalam situsnya memperingatkan bahwa "tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa COVID-19 dapat dicegah atau diobati dengan produk-produk yang terbuat dari tanaman Artemisia."
Michael Yao dari Kantor Regional WHO untuk Afrika mengatakan, meskipun ada kemungkinan pengobatan baru dapat berasal dari obat-obatan tradisional, publik harus menahan diri untuk tidak menggunakan obat yang belum diuji coba untuk virus corona.
"Tidak ada bukti. Kami tidak tahu obat-obatan tradisional ini, yang direkomendasikan oleh negara-negara atau pemerintah, sebenarnya efektif dan tidak berbahaya bagi kesehatan manusia," katanya kepada DW.
Senada dengan Yao, Helen Rees, Direktur Eksekutif Wits Reproductive Health and HIV Institute di University of Witwatersrand di Johannesburg, mengatakan bahwa minat terhadap pengobatan tradisional telah meningkat dalam 10 hingga 20 tahun terakhir, tetapi "Anda harus dapat menunjukkan keamanan dan efektivitas berdasarkan studi klinis."
Sementara beberapa negara Afrika, seperti Tanzania, Togo, dan Chad dilaporkan telah memesan ramuan tersebut, namun negara lain seperti Nigeria lebih berhati-hati.
Koordinator Nasional COVID-19 Nigeria Sani Aliyu mengatakan pekan ini dalam sebuah konferensi pers bahwa potensi obat COVID-19 akan dikenakan evaluasi "ketat", menurut surat kabar Nigeria Punch.
"Saya ingin memulai secara singkat dengan pengobatan dari Madagaskar karena telah menjadi berita baru-baru ini," kata Aliyu. "Seperti yang diarahkan oleh Bapak Presiden, saya ingin menyampaikan lagi bahwa obat apa pun yang masuk ke negara apakah itu obat herbal atau ramuan tradisional atau obat pada umumnya harus melalui proses regulasi."
Keuntungan tersendiri
Presiden Madagaskar Andry Rajoelina terus membela COVID Organics dari banyaknya kritik.
Dalam sebuah wawancara dengan stasiun radio Prancis pada hari Senin (11/05), ia mengatakan dunia tidak mau mengakui "negara seperti Madagaskar mengembangkan formula ini untuk menyelamatkan dunia."
Peter Seeberger percaya bahwa Madagaskar bisa mendapatkan keuntungan jika ekstrak Artemesia terbukti efektif dalam studi Max Planck dan uji klinis selanjutnya.
"Saat ini, sekitar sepuluh persen dari kebutuhan artemisinin untuk obat malaria diproduksi di Madagaskar," kata Seeberger.
Karena itu, bagus bagi Madagaskar untuk menghasilkan lebih banyak ekstrak secara lokal. (rap/pkp) (Eric Topona dan Frejuns Qenum)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Tanaman Herbal Artemisia Obat Mujarab untuk COVID-19?
(*)