Bupati di Kalbar Ungkap Fakta Harga Karet Murah, Ternyata Campuran Tanah, Kualitas Bagus Rp14 Ribu

Jika kualitas karet kita bagus tidak tercampur dan kering, maka perusahaan Sumber Jantin masih menerima dengan harga Rp 14.000

Penulis: Muhammad Luthfi | Editor: Syahroni
Dok. Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda Kabupaten Sambas
Bupati Sambas, Atbah Romin Suhaili, saat meninjau langsung aktivitas jual beli di pabrik Karet Sumber Jantin, Desa Saing Rambi, Kecamatan Sambas, Sambas, Kalbar, Senin (13/4/2020) 

Bupati di Kalbar Ungkap Fakta Harga Karet Murah, Ternyata Campuran Tanah, Kualitas Bagus Rp14 Ribu

SAMBAS, TRIBUN - Mengawasi dan memastikan informasi yang beredar ditengah masyarakat.

Bupati Sambas, Atbah Romin Suhaili turun langsungke ke lapangan guna meninjau Pabrik Karet Sumber Jantin.

Isu yang beredar bahwa pabrik karet yang ada di Desa Saing Rambi, Kecamatan Sambas itu tidak lagi menerima karet yang dijual masyarakat.

Namun fakta dilapangan, Atbah melihat sendiri kenyataan tidak seperti informasi yang beredar.

Atbah Romin Suhaili memastikan, perusahaan karet Sumber Jantin tetap menerima penjualan dari petani karet Sambas.

Tinjau Pabrik Karet, Atbah: Karet Yang Bercampur Plastik, Tanah dan Kayu Mempengaruhi Harga

“Mengenai isu yang beredar itu semuanya tidak benar. Saya meliohat sendiri masyarakat menjual karetnya ke Sumber Jantin dan perusahaan tetap menerima atau membeli karet dari petani,” ujar Atbah, Senin (13/4/2020).

Atbah menyebutkan mengenai harga karet itu sendiri memang di pengaruhi oleh harga dunia, selain itu juga sangat dipengaruhi oleh kualitas dari karet itu sendiri.

Namun saat melihat langsung di Pabrik Karet Sumber Jantin, atbah terkejut kualitas karet yang ada.

Pasalnya ia mendapatkan dengan matanya sendiri bahwa adanya karet yang dicampur tanah dan kayu.

"Saya mendapati masih banyak karet kita yang tercampur dengan tanah, plastik dan kayu-kayuan,”ungkap Atbah.

Kualitas karet yang bercampur dengan benda yang tak seharusnya itu disebut Atbah, mempengaruhi harga dan kualitas dari karet yang kita hasilkan.

Padahal kata Atbah, jika kualitas karetnya bagus, harga beli di Sumber Jantin mencapai harga Rp 14 Ribu perkilogramnya.

"Jika kualitas karet kita bagus tidak tercampur dan kering, maka perusahaan Sumber Jantin masih menerima dengan harga Rp 14.000," tutur Atbah.

Masyarakat atau para petani karet diminta tetap menjaga kualitas karetnya.

Ia berharap kepada pihak perusahaan tetap membeli karet masyarakat Sambas.

Terlebih lagi kata dia di tengah pandemi covid-19.

"Kepada perusahaan Sumber Jantin untuk tetap menerima hasil karet dari masyarakat dan bila perlu meninggikan harganya,” tambah Atbah.

Kondisi saat ini dalam situasi pandemi Covid-19 sangat berdampak terhadap ekonomi masyarakat, maka perusahaan diharapkannya harus mengedepankan sifat sosial.

Dan kepada para pedagang perantara yang membeli langsung dengan masyarakat.

Atbah meminta untuk menjadikan kondisi saat ini sebagai momentum untuk saling tolong-menolong.

Sehingga tidak membeli hasil karet petani dengan harga yang terlalu rendah.

Harga Rp 8000

Satu di antara petani karet, di Desa Sumber Harapan, Kecamatan Sambas, Mas'ani mengungkapkan saat ini mereka menjual karet yang belum di olah kepada pihak pengepul atau tengkulak di Desa-nya, di hargai kurang lebih Rp 7.500,- sampai dengan Rp 8.000.

"Sekarang kalau kita jual di kampung ini harganya sekitar Rp 7.500, tapi tadi pagi ada yang jual mengatakan Rp 8.000 per kilogram," ujar Mas'ani, Senin (13/4/2020).

Saat di konfirmasi terkait dengan adanya kabar bahwa salah satu pabrik sawit tidak akan membeli lagi karet masyarakat Sambas. Ia ungkapkan, dirinya memang sempat mendengar hal itu.

"Betul kemarin memang ada mendengar kabar itu di kampung," tutur Mas'ani.

"Tapi sekarang kita sudah dengar kabar kalau Bupati sudah mengkonfirmasi bahwa mereka tetap akan beli hasil panen masyarakat Sambas," kata Mas'ani.

Untuk itu, ia berharap harga karet di Sambas terus membaik. Hal ini agar masyarakat Sambas yang memang bermata pencaharian sebagai petani karet bisa memiliki pendapatan yang layak.

"Harapan kita agar bisa terus membaik ya, dulu pernah sampai Rp 30 ribu per/kilogram itu belum di pabrik, sekarang harganya ya sisa segitu," tutup Mas'ani. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved