Wabah Virus Corona

Peneliti Amerika Serikat Ungkap Fakta Hasil Uji Coba Suntik Vaksin Covid-19 ke Tikus Percobaan

Para peneliti di University of Pittsburgh mempublikasikan penelitian itu dalam Ebio Medicine, jurnal peer review yang diterbitkan oleh The Lancet.

Editor: Jimmi Abraham
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi peneliti 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Pandemi global virus corona jenis baru atau Covid-19 telah menginfeksi 1,2 juta warga dunia, hingga saat ini.

Para ilmuwan dan ahli kesehatan berusaha membendung wabah ini dengan mengembangkan vaksin virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.

Satu diantaranya, vaksin yang saat ini sedang dikembangkan oleh peneliti AS.

Dilansir South China Morning Post, Sabtu (4/4/2020), vaksin tersebut telah diujicobakan ke tikus dan peneliti menemukan reaksi antibodi yang tinggi terhadap virus corona.

Para peneliti di University of Pittsburgh mempublikasikan penelitian itu dalam Ebio Medicine, jurnal peer review yang diterbitkan oleh The Lancet.

Peneliti China & Profesor Amerika Serikat Ungkap Mata Merah Muda Jadi Gejala Virus Corona Covid-19

Vietnam Catatkan Nol Kematian dan Kasus Baru Virus Corona, Apa yang Dilakukan Pemerintahnya?

Uji coba tikus

Meskipun vaksin tersebut baru diujicobakan ke tikus percobaan, tapi hasilnya dinilai sangat baik.

Vaksin ini diklaim dapat memacu sistem kekebalan hewan untuk menghasilkan antibodi terhadap virus Covid-19.

Dilansir WebMD (2/4/2020), menurut salah satu peneliti senior dalam penelitian tersebut Dr.

Louis Falo mengatakan, penelitian tersebut masih dalam tahap pengembangan awal dan masih banyak yang harus dilakukan.

Tetapi jika vaksin terbukti aman dan efektif pada manusia, itu akan memiliki beberapa keuntungan.

Vaksin itu sendiri merupakan kombinasi dari teknologi lama dan baru.

Cara menyuntikkannya sama seperti suntikan flu.

Kelebihan vaksin

Sementara itu, vaksin tersebut juga dinilai praktis dalam proses pengirimannya.

Falo menjelaskan vaksin tersebut akan menggunakan sepetak kecil " microneedles" yang seluruhnya terbuat dari protein virus dan gula.

Karena tidak memerlukan pendinginan, vaksin disebut dapat diproduksi secara cepat.

Berbeda dengan vaksin konvensional. Lebih lanjut profesor manajemen kebijakan kesehatan di City University of New York (CUNY) Dr. Bruce Y.

Lee menjelaskan, vaksin yang tidak memerlukan pendinginan akan lebih mudah didistribusikan dalam skala besar.

Dalam kondisi pandemi saat ini, menurut Lee hal itu akan sangat menguntungkan.

Profesor kedokteran molekuler di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Cornell Ruth Collins mengatakan teknologi pengiriman vaksin tim peneliti Pittsburgh memiliki keunggulan dibanding ribuan kandidat vaksin Covid-19 lain.

Pembuktian uji coba manusia

Sementara itu tantangan yang akan dihadapi selanjutnya adalah membuktikan vaksin itu berhasil pada manusia, tak hanya pada tikus.

Selama ini banyak perusahaan dan tim peneliti akademis berlomba mengembangkan vaksin melawan coronavirus.

Mereka mengambil berbagai pendekatan.

Beberapa vaksin dirancang bekerja secara konvensional.

Ada yang memaparkan tubuh pada virus yang tidak aktif atau protein dari virus untuk melatih sistem kekebalan tubuh melawan patogen yang sebenarnya.

Ada juga yang mengembangkan dengan teknologi baru menggunakan bahan genetik yang disintesis dari virus.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dites pada Tikus, Vaksin Peneliti AS Diklaim Memicu Kekebalan dan Antibodi Virus Corona"

(*)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved