Wabah Virus Corona

Donald Trump Kembali Serang China, Ragukan Data Covid-19, Bagaimana Kita Tahu Jika Itu Akurat?

Namun, Trump mengaku bahwa hubungannya dengan Beijing maupun Presiden China, Xi Jinping tetap baik meski meragukan data virus corona China.

ERIN SCHAFF/THE NEW YORK TIMES
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, WASHINGTON DC - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump kembali menyerang China.

Kali ini, ia meragukan data jumlah kasus virus corona atau covid-19 yang dirilis oleh China.

Suara keraguan dari Trump tersebut setelah seorang politisi menuding Beijing menutupi data kasus covid-19.

"Bagaimana kita tahu jika (laporan) itu akurat? Angka mereka kelihatan tidak jelas di satu sisi," ujar Trump dalam konferensi pers.

Namun, Trump mengaku bahwa hubungannya dengan Beijing maupun Presiden China, Xi Jinping tetap baik meski meragukan data virus corona China.

Di Depan Wapres, Anies Kembali Tagih Dana Bagi Hasil Rp 7 T, Bisa Digunakan Tangani Covid-19

Akan tetapi, kontroversi terkait transparansi Negeri "Panda" sudah membuat relasi kedua negara tegang, dikutip dari Kompas.com seperti dilansir AFP, pada Kamis (2/4/2020).

Apalagi diperparah dengan teori konspirasi yang disembulkan salah satu pejabat China, bahwa militer AS membawa wabah ke Wuhan.

Anggota Kongres AS asal Partai Republik mengungkapkan kekesalan mereka setelah membaca pemberitaan Bloomberg yang mengutip intelijen.

Para politisi tersebut menyatakan Beijing menyesatkan dunia terkait angka infeksi dan kematian virus yang pertama kali menyebar di Wuhan pada Desember 2019 itu.

Bloomberg memberitakan dokumen rahasia intelijen yang dikirimkan ke Gedung Putih pekan lalu, menekankan bahwa laporan itu sengaja tidak dilengkapi.

Senator dari Republik, Ben Sasse, menyatakan laporan yang dirilis Beijing terkait virus dengan nama resmi SARS-Cov-2 itu adalah "propaganda sampah".

"Klaim bahwa Amerika Serikat mempunyai lebih banyak kasus virus corona dibandingkan China adalah kesalahan," cetus Sasse dalam pernyataan tertulis.

10 Ribu Orang Meninggal, Spanyol Catatkan Kematian yang Tinggi Akibat Covid-19, Apa Penyebabnya?

Sementara anggota Komite Luar Negeri DPR AS, Michael McCaul, menuturkan bahwa Negeri "Panda" tak bisa dipercaya dalam memerangi Covid-19.

McCaul berkata, Negeri "Panda" tidak hanya berbohong terkait adanya transmisi antar-manusia, tapi juga membungkam tim medis yang menyuarakan wabah tersebut.

"Kini, nampaknya mereka berusaha menyembunyikan jumlah sebenarnya orang yang sudah terpapar oleh wabah tersebut," kecam McCaul.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved