Keliling Dusun Antar Tugas, Inilah Cerita Para Guru yang Siswanya Belajar dari Rumah

Guru di perbatasan, misalnya, harus keliling antar dusun mengantarkan tugas dari rumah ke rumah siswanya.

Penulis: Agus Pujianto | Editor: Jamadin
TRIBUN PONTIANAK/ANDI
ANTAR TUGAS: Sejak pemerintah “merumahkan” siswa, Andi Selvina lebih banyak berkeliling rumah siswanya. Sebab, belum semua desa di Kecamatan Ketungau Tengah yang berbatasan langsung dengan Malaysia tersebut terjangkau jaringan internet.  

Sekolah tempat Jatu mengajar, berada di pingggiran Kota Sintang. Saat ini, muridnya baru angkatan kedua dan masih dalam masa pembangunan peningkatan sarana dan prasaranan. Penerapan sekolah jauh kata dia, ada suka dan dukanya.

 “Kalo lihat teman di kota iya, enak sekali mereka jam 8 wajibkan muridnya online di depan laptop absen dan kerjakan tugas virtual. Kalau kami, masih berusaha mencari cara yang efektif menerapkan sekolah jauh. Kalo di kota mungkin bisa belajar dari rumah. Kalau diterapin ke anak-anak pinggiran jadinya, belajar dari Cafe yang ada wifi, jadinya tetap berkumpul. Padahal pemerintah kan pengennya social distancing di lingkungan sekolah,” beber Jatu.

Jatu sudah mencoba menerapkan Virtual Class menggunakan aplikasi Edmodo. Penerapannya, setiap siswa, diminta untuk mengunduh aplikasi tersebut. Akan tetapi, ada saja kendalanya. “Tidak ada quota. Ruang memori tidak cukup dan siswa belum tahu cara pakainya,” ungkapnya.

Gagal dengan satu cara, Jatu tak patah semangat. Ia kemudian ganti cara menggunakan fitur Google Classroom. Alasanya, interfacenya lebih mudah dipahami oleh siswa, karna tidak terlalu banyak menu2 dan tidak perlu install aplikasi seperti Edmodo. Walaupun sbenarnya ada aplikasinya di playstore/appstore. Tapi saya memilih website agar peserta tidak beralasan memori hpnya penuh. Pemikiran Jatu, setiap anak pasti memiliki akun Gmail.  Namun, yang terjadi justru diluar bayangan Jatu.

“Ada anak yang mengaku belum punya email. Padahal mereka sudah menggunakan Handphone android. Mereka bisa masuk ke googleplay, bisa main games, bisa punya instagram, bagaimanaya bisa mereka tidak punya email?,” tanya Jatu.

Sampai saat ini, Jatu masih menerapkan google classroom, tapi hanya 55 persen saja siswa yang bergabung. “Tadi niat awalnya pengen bikin kuis singkat saja di virtual class setidaknya mereka tetap mengingat materi pelajaran walaupun sedang ditugaskan utk belajar di rumah. Tapi, sepertinya memang membutuhkan kesabaran yang lebih extra untuk saat ini. Kalau boleh jujur, saya lebih memilih masuk sekolah dan belajar seperti biasa daripada belajar dirumah seperti ini,” ujarnya.

Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak

Update Informasi Kamu Via Launcher Tribun Pontianak Berikut:

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved