Corona Masuk Indonesia
Studi Membuktikan Pria Lebih Rentan Berisiko Terinfeksi Corona, Ternyata Ini Alasannya
Data CCDC juga menunjukkan bahwa orang yang berusia di atas 80 tahun memiliki tingkat fatalitas kasus tertinggi sebesar 14,8 persen.
Penulis: Dhita Mutiasari | Editor: Dhita Mutiasari
Laporan menunjukkan bahwa ada kekurangan global alat pelindung untuk pekerja perawatan kesehatan dan WHO telah mendistribusikan 1,5 juta tes laboratorium di seluruh dunia, tetapi lebih banyak diperlukan untuk memenuhi kebutuhan.
Namun, melakukan tindakan karantina diri Anda untuk melindungi diri dari penyakit menular dan tetap mencuci tangan dengan sabun dan air secara teratur diklaim mampu mencegah penularan yang lebih luas.
Mengapa Pria Lebih Berisiko
Dengan meningkatnya ancaman virus seiring bertambahnya usia dan beberapa kondisi tertentu, hal itu bisa berdampak sedikit lebih buruk pada pria daripada wanita.
Ini adalah misteri yang coba dijelaskan oleh para ilmuwan.
Covid-19 Petunjuk pertama muncul dari penelitian di China.
Satu laporan yang menggambarkan kasus awal mengatakan 106 pria didiagnosis COVID-19, lebih banyak dari wanita yang berjumlah 100 orang.
Sementara dilansir dari Kompas.com, dalam penelitian lain dari China terhadap 99 pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit karena pneumonia, 67 di antaranya adalah pria.
Pria di China yang meninggal dunia karena virus corona juga memiliki angka lebih tinggi daripada wanita, sebesar 2,8 persen berbanding 1,7 persen.
Ketidakseimbangan juga muncul di tempat lain. Dalam analisis pasien yang dites positif di Singapura, terdapat 41 pria dan 26 wanita.
Di Italia, perbedaan ini bahkan lebih mencolok, di mana tiga dari setiap empat kasus yang didiagnosis adalah pria.
Ini bukan pertama kalinya sebuah virus lebih rentan menyerang pria dibandingkan wanita.
Pada wabah SARS 2003, pria juga dikaitkan dengan penyakit yang lebih parah, dan lebih mungkin meninggal dunia karena SARS.
Meskipun beberapa orang suka berkelakar tentang pria yang mengeluh lebih banyak dari wanita mengenai penyakit yang sama, penelitian menunjukkan ada faktor lebih serius.
Eng Eong Ooi, wakil direktur Emerging Infectious Program di Singapore Duke-NUS Medical School menyebut, kendati tidak mengetahui alasan pria berisiko lebih besar terkena COVID-19, sejumlah penjelasan terdengar masuk akal.