Corona Masuk Indonesia

Peneliti ITB Prediksi Puncak Penyebaran Covid-19 hingga Berakhir April 2020

Nuning menjelaskan, penelitian tersebut dilatarbelakangi kasus Covid-19 di Indonesia yang menjadi bagian pandemi global.

Editor: Dhita Mutiasari
Boldsky
Peneliti ITB Prediksi Puncak Penyebaran Covid-19 hingga Berakhir April 2020 

Peneliti ITB Prediksi Puncak Penyebaran Covid-19 hingga Berakhir April 2020

Pemerintah mengumumkan adanya penambahan jumlah kasus positif Covid-19 pada Rabu (18/3/2020).

Penambahan tersebut tercatat naik secara signifikan jika dibandingkan data pasien pada Selasa (17/3/2020). Menurut Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto, hingga Rabu ada 227 kasus Covid-19 di Indonesia.

"Ada tambahan 55 kasus, sehingga total sampai sekarang, dihitung sampai kami melaporkan pada Rabu, 18 Maret 2020 pukul 12.00 ada 227 kasus," ucap Achmad Yurianto, dalam konferensi pers di Graha BNPB, Rabu.

Semakin bertambahnya kasus Covid-19 di Indonesia membuat sejumlah ilmuwan memprediksi akhir dari penyebaran Covid-19 ini. 

Pusat Permodelan Matematika dan Simulasi (P2MS) Institut Teknologi Bandung (ITB) melakukan simulasi dan pemodelan sederhana mengenai prediksi penyebaran virus corona atau Covid-19 di Indonesia.

Antisipasi Virus Corona, Polsek Sungai Kakap Lakukan Penyemprotan Disinfektan di Rumah Ibadah

Hasilnya, Indonesia diprediksi akan mengalami puncak jumlah kasus harian Covid-19 pada akhir Maret 2020 hingga pertengahan April 2020.

Pandemi tersebut diperkirakan berakhir pada saat kasus harian baru terbesar berada di angka sekitar 600 pasien.

“Perlu dicatat, ini hasil pemodelan dengan satu model yang cukup sederhana, tidak mengikutkan faktor-faktor kompleksitasnya tinggi, “ ujar tim peneliti Nuning Nuraini dalam keterangan tertulis, Kamis (19/3/2020).

Nuning menjelaskan, penelitian tersebut dilatarbelakangi kasus Covid-19 di Indonesia yang menjadi bagian pandemi global.

Dokter Handoko Luar Biasa, Usia 80 Tahun Tangani Dua Orang Pasien Positif Virus Corona, Ini Kisahnya

Kondisi ini melahirkan riuh rendah serta kontroversi, apakah tindakan yang diambil cukup untuk menangkal penyebaran atau berlebihan.

Kesimpangsiuran informasi tentang hal ini dikhawatirkan mengganggu usaha nyata untuk menanggulangi bencana yang sebenarnya.

"Dalam penelitian ini, kami berusaha menjawab pertanyaan mendasar tentang epidemi yang sedang terjadi saat ini di Indonesia melalui suatu model matematika sederhana," kata Nuning.

Dalam penelitian yang menjadi jurnal ilmiah tersebut, tim peneliti membangun model representasi jumlah kasus Covid-19 dengan menggunakan model Richard’s Curve.

Model tersebut terbukti berhasil memprediksi awal, akhir, serta puncak endemi SARS di Hong Kong pada 2003.

Setelah memilih model penelitian, mereka menguji berbagai data kasus Covid-19 terlapor dari berbagai macam negara, seperti China, Iran, Italia, Korea Selatan, dan Amerika Serikat, termasuk data akumulatif seluruh dunia.

Secara matematik, model Richard’s Curve Korea Selatan paling cocok (kesalahannya kecil) disandingkan dengan data terlapor Covid-19 di Indonesia, jika dibanding data negara lain.

Kesesuaian ini diambil saat Indonesia memiliki 96 kasus positif corona.

"Bisa dikatakan, jika kita punya penanganan yang mungkin sama, sesuai dengan publikasi yang ada dengan Korea Selatan, tanpa memasukkan faktor kompleksitas lainnya seperti temperatur lingkungan, kelembaban dan lainnya, seharusnya kita bisa mendapat kesimpulan yang sama persis dengan apa yang ditulis pada publikasi kami,“ kata dia. 

Namun itu bukan perkara mudah. Sebab, Korea Selatan menjadi salah satu negara yang paling baik dalam penanganan Covid-19.

"Ini waktu terus berjalan, tentu sulit untuk bisa persis seperti mereka. Tapi setidaknya, dari tulisan ini kita bisa mengetahui bahwa Indonesia perlu melakukan sesuatu untuk tetap berada dalam tren yang baik,“ ujar Nuning.

Menurut Nuning, merujuk pada model yang dibangun termasuk faktor-faktor yang krusial, perlu dilakukan pencegahan dari meluasnya penyebaran Covid-19.

Sebab, tingkat penyebaran yang tinggi akan memberatkan rumah sakit. Tenaga dan fasilitas medis tidak memiliki kapasitas cukup untuk menampung pasien Covid-19.

Social distancing

Menurut Nuning, karena vaksin corona belum ditemukan, pencegahan meluasnya virus bisa dilakukan dengan memutus rantai penularannya.

Salah satunya dengan pembatasan kontak fisik (social distancing).

Dengan cara ini, masyarakat tidak menjadi penular maupun tertular, karena tidak melakukan kontak dengan siapapun, sehingga laju penyebaran dapat menurun atau terjaga konstan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Peneliti ITB Prediksi Puncak Penyebaran Covid-19 Berakhir April 2020", https://regional.kompas.com/read/2020/03/19/07434391/peneliti-itb-prediksi-puncak-penyebaran-covid-19-berakhir-april-2020?page=all#page2.
Penulis : Kontributor Bandung, Reni Susanti

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved