BMKG Ungkap Penyebab Gempa Bali
Peristiwa Tsunami Sanriku di Jepang tahun 1933 dipicu oleh gempa berkekuatan 8,6 yang bersumber di zona outer rise.
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan, gempa selatan Bali tadi pagi, terjadi karena patahan batuan terjadi pada bagian Lempeng Indo-Australia.
"Maka gempa ini dapat disebut sebagai gempa intraslab, tetapi masih berada di zona sumber gempa di luar zona subduksi (outer rise)," ungkapnya di akun Twitter.
Daryono menyatakan, gempa Bali tadi pagi memiliki mekanisme patahan turun (normal fault).
"Jelas bahwa deformasi terjadi pada bidang tekukan Lempeng Indo-Australia yang mengalami tarikan lempeng (ekstensional). Di zona ini slab Indo-Australia “mulai” menunjam menekuk ke bawah Eurasia di sinilah patahan terjadi,"jelasnya.
Karena patahan batuan terjadi pada bagian Lempeng Indo-Australia, maka gempa ini dapat disebut sebagai gempa intraslab, tapi masih berada di zona sumber gempa di luar zona subduksi (outer rise).
Gempa yang bersumber di zona outer rise Bali tidak hanya sekali ini saja terjadi.
Melansir Kompas.com, sebelumnya zona outer rise Bali pernah mengalami gempa signifikan sebanyak 3 kali, yaitu: 9 Juni 2016 dengan kekuatan M 6,0, 17 Maret 2017 dengan kekuatan M 5,3 dan 9 Juni 2019 dengan kekuatan M 5,1.
Gempa selatan Bali tadi pagi, karena patahan batuan terjadi pada bagian Lempeng Indo-Australia, maka gempa ini dapat disebut sebagai gempa intraslab,tetapi masih berada di zona sumber gempa di luar zona subduksi (outer rise). pic.twitter.com/g3vgRVCCYD
— DARYONO BMKG (@DaryonoBMKG) March 19, 2020
Zona outer rise selatan Bali ini patut diwaspadai dan tidak boleh diabaikan, karena zona sumber gempa ini mampu memicu gempa besar dengan mekanisme turun sehingga dapat menjadi generator tsunami.
Salah satu contoh gempa dahsyat yang bersumber di zona outer rise di Indonesia yang pernah memicu tsunami mematikan adalah zona outer rise di selatan Sumbawa.
"Sumber gempa ini memicu Tsunami Lunyuk, Sumbawa, pada 19 Agustus 1977," kata Daryono kepada Kompas.com.
Saat itu gempa dahsyat M 8,3 yang oleh para ahli gempa populer disebut sebagai "The Great Sumba" telah memicu terbentuknya patahah dasar laut dengan mekanisme turun.
Patahan dasar laut dengan mekanisme turun itu memicu terjadinya tsunami setinggi sekitar 8 meter dan menewaskan lebih dari 300 orang.
Di luar negeri, zona sumber gempa outer rise juga pernah memicu tsunami mematikan.
Hingga pagi ini sudah terjadi lebih dari 14 gempa susulan di selatan Bali pic.twitter.com/S6vz8eRx4m
— DARYONO BMKG (@DaryonoBMKG) March 19, 2020
Peristiwa Tsunami Sanriku di Jepang tahun 1933 dipicu oleh gempa berkekuatan 8,6 yang bersumber di zona outer rise.
Tsunami ini menewaskan lebih dari 3.000 orang.
Selanjutnya adalah peristiwa tsunami Samoa di Pasifik yang terjadi pada 29 September 2009.
Gempa kuat dengan magnitudo 8,1 di zona outer rise dekat subduksi Tonga juga memicu tsunami dahsyat yang menewaskan 189 orang.
"Catatan tsunami yang bersumber di luar zona subduksi di atas kiranya cukup untuk dijadikan pelajaran untuk kita semua bahwa zona outer rise (termasuk) di wilayah Indonesia merupakan zona gempa pemicu tsunami yang patut diwaspadai dan tidak boleh diabaikan," kata Daryono.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gempa M 6,3, Pentingnya Memahami Ancaman Zona Outer Rise Selatan Bali"
Penulis : Gloria Setyvani Putri
Editor : Gloria Setyvani Putri