Hari Ini di Catatan Sejarah: Penyerahan Kekuasaan Eksekutif atas Indonesia dari Soekarno ke Soeharto
Selengkapnya, berikut isi lengkap surat penyerahan kekuasaan dari Soekarno kepada Soeharto:
Melalui penghubungnya, Mayjen Surjo Sumpeno, Presiden Soekarno menyatakan setuju dengan konsep yang terakhir diajukan.
Akan tetapi, ia meminta agar ada jaminan dari Soeharto. Permintaan Soekarno tak bisa dipenuhi.
Akhirnya, Soekarno menyatakan setuju dengan konsep pengumuman. Ia meminta pada 19 Februari 1967 dilakukan pertemuan di Istana Bogor.
19 Februari 1967
Digelar pertemuan di Istana Bogor antara Panglima Angkatan Bersenjata dengan Presiden.
Presiden Soekarno belum mau menandatangani konsep yang telah disiapkan.
20 Februari 1967
Presiden memanggil panglima dan menyatakan setuju dengan konsep pengumuman, tetapi ditambahkan satu hal.
Presiden meminta ditambahkan kata-kata "menjaga dan menegakkan revolusi".
Pada sore harinya, Soeharto menemui Presiden Soekarno, yang akhirnya menandatangani pengumuman itu.
Tetapi, pengumuman menunggu hari baik.
22 Februari 1967
Seluruh menteri berkumpul di Istana Merdeka untuk mendengarkan Presiden dan membacakan pengumuman tersebut.
Pada malam hari, Menteri Penerangan BM Diah membacakan pengumuman Presiden.
Pedjabat Presiden Djenderal Soeharto untuk pertama kalinya setelah dilantik, memberikan kata sambutannja pada pembukaan Konperensi para Gubernur seluruh Indonesia jang dilangsungkan hari Senin pagi di Aula Gedung Presidium di Djl. Merdeka Selatan Djakarta. Pd. Presiden didampingi oleh Menutama/Menteri Luar Negeri Adam Malik dan Menteri Dalam Negeri Basuki Rachmat.(Antara/Arsip KOMPAS)
Pada 1966, Presiden Soekarno mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret (Supersemar).
Surat ini berisikan mandat kepada Soeharto untuk menjamin jalannya pemerintahan dan menjaga keselamatan Presiden.
History menuliskan, dalam perkembangannya, Supersemar menjadi sangat kuat dan semakin mengantarkan Soeharto menjadi pemimpin tertinggi negara menggantikan Soekarno sepenuhnya.
Bahkan, Soekarno tidak lagi bisa mencabut Supersemar ketika MPRS memutuskannya sebagai TAP MPRS Nomor IX/1966 pada 21 Juni 1966.
Saat itu, MPRS mencabut Soekarno sebagai presiden seumur hidup sekaligus memberi kewenangan Soeharto sebagai pengemban Supersemar untuk membentuk kabinet pada 5 Juli 1966.
Dalam perjalanannya, pada tahun 1967, Soeharto mengambil alih kekuasaan penuh dan dipilih menjadi Presiden pada tahun 1968.
Soeharto terus terpilih menjadi Presiden pada setiap pemilihan yang dilakukan hingga berkuasa selama 32 tahun.
Ia kemudian menyatakan mundur pada 1998 setelah didesak dengan aksi demonstrasi besar-besaran yang menuntut reformasi.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hari Ini dalam Sejarah: 22 Februari 1967, Soekarno Serahkan Kekuasaan kepada Soeharto"
(*)