Kecamatan Terluas di Sintang Minim Infrastruktur, Jarot: Pemerintah Komitmen Bangun dari Pedalaman
Kita minta Dishub dialokasikan anggaran keberhsian jalur pelayaran supaya sungai kita ini pun aman
Penulis: Agus Pujianto | Editor: Jamadin
“Bagaimana mau bawa hasil perkebunan, kalau biaya tinggi. Kalau bawa hasil kebun lewat sungai, datang ke kota sudah layu. Ndak laku lagi. Begitu juga sebaliknya,” jelas Zulkarnaen.
Selain itu, resiko transportasi sungai jauh lebih tinggi dibandingkan darat.
“Dari kota ke hulu lewat sungai resiko tinggi, karam, selesai. Ndak bisa diambil. Misal bawa beras, kapal tenggelam siapa yang tanggungjawab. Siapa yang mau dituntut, karena memang resiko alam. Kalau darat tumbang masih bisa diselematkan sebagian, tidak seuruhnya,” bebernya.
Komisi B yang membidangi infrastruktur kata Zulkarnaen sudah berbicara dengan pemerintah, persoalan ini.
“Yang kita inginkan cepat. Dan kita pun bicara dengan pemerinah daerah supaya bagaimana jalan kita buka, bergerak degan cepat. Lalu, bukan hanya sekadar buka jalan, setelah itu yang diperlukan jembatan. Selama belum ada akses infrastruktur layak, hasil perkebunan sulit dipasarkan. Di Ambalau banyak potensi cabai. Kalau jalanya ada perkebunan dan pertanian akan berhasil. Tapi kalau butuh waktu 4 hari sampai sintang untuk bawa hasilnya bukan untung didapat,” jelasnya.
Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak
Update Informasi Kamu Via Launcher Tribun Pontianak Berikut: