TBC Ancam Warga Sintang
41 Rumah di Desa Melingkat Diduga Penghuninya Terjangkit TBC, Langkah Penanganan Kerap Terhambat
Dari hasil identifikasi, ada 41 rumah yang dicurigai penghuninya terjangkit bakteri yang menyerang paru-paru tersebut.
Penulis: Agus Pujianto | Editor: Maudy Asri Gita Utami
SINTANG - Kepala Desa Melingkat, Jamhirudin mengungkap data yang mengejutkan soal kasus Tuberkolosis (TBC) di desanya.
Dari hasil identifikasi, ada 41 rumah yang dicurigai penghuninya terjangkit bakteri yang menyerang paru-paru tersebut.
Menurut Jamhirudin, puluhan rumah yang dicurigai tersebut masih dugaan.
Sebab, di rumah tersebut, dulunya pernah ada satu di antara anggota keluarga yang mengidap TBC baik yang sudah meninggal dunia, maupun yang sudah sembuh.
• Berjuang Selama Setahun Lawan TBC Kelenjar, Fitri Tropica Dikabarkan Hamil!
“Ada 41 rumah yang dicurigai, yang dulunya yang tinggal ada yang meninggal, dan sembuh, ini data kami,” ungkapnya, Selasa (18/2/2020).
Jamhirudin menyebut, datanya dengan yang ada di Kecamatan Kayan Hilir jauh berbeda, karena masyarakat yang berobat ke Puskesmas Emparu biasanya langsung ke Sintang.
Sehingga, datanya tidak tercatat di Puskemas kecamatan.
Persoalan TBC ini kata Jamhirudin.
Bahkan saat itu, pemerintah desa sudah mengambil langkah penanggulangan dan pencegahan agar bakteri itu tidak menular dan meluas di masyarakat.
“Waktu itu kami coba mengambil dahak warga yang kami curigai TBC. Namun setelah diambil, tidak bisa dibawa ke kecamatan untuk diperiksa laboratorium karena jarak dari desa ke kecamatan cukup jauh, apalagi jalan habis diguyur hujan,” ungkap Udin.
Cukup sulit bagi Udin untuk membujuk warga desa yang dicurigai mengidap TBC untuk diperiksa.
Kendala itu pula yang sering dialami saat upaya pencegahan penularan TBC di Desa Melingkat.
“Kadang kita ambil dahak dan darah itu pun dipermasalahkan. Jadi kami sebenarnya sudah mengambil langkah, tapi kami gagal,” ujarnya.
Udin membenarkan jika ada warga desanya berusia 22 tahun meninggal positif TBC beberapa waktu lalu.
Bahkan saat ini masih ada satu anak yang dirawat di rumah sakit yang juga positif TBC.
“Di sana (desa) juga beberapa orang terbaring,” ungkapnya.
Dari 41 rumah yang dicurigai ada kasus TBC, rerata didominasi keluarga kurang mampu.
Kemudian, masih ada 71 rumah yang belum memiliki WC layak.
“Kami pernah mengajukan wc umum di setiap dusun, sampai sekarang belum terealisasi, itu langkah kami, tapi belum teralisasi,” katanya.
Udin berharap, anggota dewan Dapil Kayan membantu menyelesaikan persoalan TBC yang sudah lama belum teratasi di Desa Melingkat.
Selain itu, Udin juga menyarankan supaya pemerintah mengirim tenaga medis dan alat deteksi bakteri TBC ke Desa Melingkat supaya mudah untuk mengidentifikasi warganya.
“Jujur kami sampaikan kalau pun kami mengambil dahak, tetap gagal. Atau mungkin membawa masyarkaat kami ke Nanga Mau atau ke emparu berat biaya dan belum tentu mereka semua mau."
"Kalau kita bujuk bagaimana kita rayu mereka dengan membawa tenaga kesehatan (ke desa) Insya Allah lah mereka mau. Kami minta dari dewan untuk dapat menuntaskan penyakit TBC,” harapnya.
Indikasi Kasus TBC Mengkhawatirkan
Mahasiswa Sekolah Tinggi Kesehatan Kapuas Raya (STIKARA) Sintang menemukan persoalan yang mencengangkan ketika dikirim ke Desa Melingkat, Kecamatan Kayan Hilir, Kabupaten Sintang.
Kebetulan mereka sedang mengikuti Program Pembangunan Masyarakat Program Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD).
Semula, tujuan mereka dikirim ke enam desa di Kecamatan Kayan Hilir tersebut untuk membantu pemerintah mengentaskan angka stunting—tinggi badan tidak sesuai umur.
Namun, yang ditemukan dan diidentifikasi para mahasiswa, justru kasus Tuberkolosis (TBC) sudah mencapai tahap mengkhawatirkan.
“Dari hasil di lapangan, angka stunting sedikit sekali. Tapi yang kami temukan dan cukup membuat resah, adalah TBC."
"Kami anggap kasus itu yang sangat besar sedang terjadi di (desa) Melingkat,” ungkap Rudiansyah, Dosen Managemen Administrasi Rumah Sakit di STIKARA Sintang.
Dari hasil laporan mahasiswa STIKARA di Desa Melingkat, Rudiansyah menyebut ada banyak sekali kasus TBC yang teridentifikasi.
Bahkan, data yang diperolehnya, dari tahun 2015—2017 kasus TBC di Desa Melingkat paling tinggi di Kecamatan Kayan Hilir.
“Memang sekarang ada penurunan, tapi kasus masih ada. Ini tidak bisa dibiarkan."
"Kalau dibiarkan sama dengan membiarkan mesin pembunuh ada di masyarakat. Ini bahaya sekali, diam-diam membunuh kalau tidak cepat ditangani,” kata Rudiansyah.
Senin siang, Rudiansyah bersama dengan Kades Melingkat, didampingi tenaga medis desa setempat bertemu dengan Anggota DPRD Kabupaten Sintang Dapil Kayan untuk melaporkan temuan ini.
Santosa, Ketua Komisi A DPRD Sintang menerima langsung kedatangan Rudiansyah bersama rombongan.
Menurut Rudi, penyakit yang disebabkan dari bakteri menular yang berpotensi serius terutama mempengaruhi paru-paru ini diibaratkan seperti fenomena gunung es.
“Nampak di luar sikit, di bawah sangat banyak. Identifikasi mahasiswa, ada yang tidak mau mengakui, mungkin malu. Tapi anak-anak sudah tahu ciri-cirinya,” jelasnya.
Rudi, belum bisa menyebut angka persis berapa penderita TBC di Desa Melingkat.
Sebab, untuk memastikannya, dibutuhkan uji laboratorium terhadap dahak seseorang yang dicurigai.
Akan tetapi, bagi orang yang dicurigai menderita TBC, bisa diketahui ciri-cirinya.
“Jadi, kita menemukan berbagai hal, TB ini masalah serius, apalagi sampai kematian. Satu orang yang sudah meninggal dunia baru-baru ini dan positif TBC."
"Sekarang, masih ada satu anak kecil masih dirawat di rumah sakit."
"Mahasiswa sempat ada rasa takut tertular waktu itu, tetapi mereka sudah dibekali ilmu untuk mengantisipasinya,” beber Rudi.
Menurut Rudi, kasus TBC di Desa Melingkat sudah sangat berbahaya, apalagi sudah ada nyawa yang melayang.
Langkah cepat dan tepat harus dilakukan oleh pemerintah agar penularannya bisa dihentikan dan yang sudah positif TBC bisa diobati.
“Ini bahaya sekali, ini bukan hal yang kecil kalau sudah sampai nyawa. Mungkin kita sehat, tapi kita ndak tahu anak kita. Jangan kita biarkan."
"Makanya kami sampaikan persoalan ini ke dewan. Kasian kita melihat kondisi masyarakat,” ujar Rudi. (*)
Update Informasi Kamu Via Launcher Tribun Pontianak Berikut:
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.wTribunPontianak_10091838
Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pontianak/foto/bank/originals/mahasiswa-stikara-sintang-pencegahan-penularan-tbc-wased.jpg)