Terdampak Karhutla, Induk dan Anak Orang Utan Kembali Diselamatkan Tim Gabungan
Lantaran hutan yang terbakar membuat tak ada lagi ruang yang cukup bagi orang utan untuk bertahan hidup.
Penulis: Nur Imam Satria | Editor: Maudy Asri Gita Utami
KETAPANG - Setelah melakukan penyelamatan terhadap belasan orang utan yang kehilangan habitatnya akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di tahun 2019 lalu.
Kali ini tim gabungan Internasional Animal Rescue (IAR) Indonesia bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat Seksi Konservasi wilayah (SKW) I Ketapang kembali melakukan penyelamatan terhadap dua individu orang utan.
Penyelamatan dilakukan di daerah Jalan Pelang-Tumbang Titi, Kecamatan Matan Hilir Selatan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, Minggu (02/02/2020) lalu.
Manager Survey, Release dan Monitoring IAR Indonesia, Argitoe Ranting mengatakan penyelamatan dua individu orang utan yang diketahui merupakan induk dan anak tersebut berawal dari adanya laporan masyarakat.
• IAR Indonesia dan BKSDA Evakuasi Orang Utan Berusia 20 Tahun
Purnomo yang menginformasikan bahwa terdapat dua orangutan yang bersarang di depan rumahnya.
“Informasi dari warga orangutan ini kemungkinan berasal dari hutan di sebelah timur jalan yang telah hangus terbakar,” kata Argitoe dalama rlis yang dikeluarkan IAR, Kamis (06/02/2020).
Maka dari informasi tersebut, pihaknya terjun ke lapangan dan menemukan satu orangutan jantan dewasa, satu betina dewasa dan anak orangutan berusia sekitar tiga tahun.
Namun saat hendak dilakukan penyelamatan orangutan jantan melarikan diri.
“Prioritas kita penyelamatan terhadap induk betina dan anak orangutan karena kondisi keduanya lebih mengkhawatirkan sedangkan orang utan jantan masih sangat liar dan kuat sehingga bisa untuk bertahan dalam waktu yang lama."
"Namun kita tetap menurunkan tim patroli orang utan Protection Unit (OPU) kami untuk melakukan patroli dan monitoring di sekitar kawasan tersebut,” jelasnya.
Ia menjelaskan, kedua orangutan yang berhasil diselamatkan mengalami malnutrisi dengan badan yang sangat kurus lantaran diduga kelaparan selama berbulan-bulan dan saat ini telah dibawa ke Pusat Rehabilitasi orang utan di IAR Indonesia.
“Kedua orangutan yang kita beri nama Mama Rawa dan Baby Rawa akan mendapatkan pemeriksaan dan perawatan lebih manjut sebelum nanti akan kita pindahkan ke hutan yang lebih layak,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Program IAR Indonesia, Karmele L. Sanchez menilai kebakaran hutan memang merupakan ancaman terbesar bagi orangutan khususnya yang ada di Kabupaten Ketapang.
Lantaran hutan yang terbakar membuat tak ada lagi ruang yang cukup bagi orang utan untuk bertahan hidup.
“Penyelamatan merupakan pilihan terakhir bagi orangutan yang kehilangan habitatnya, kita harus bekerjasa keras untuk melindungan habitat mereka dari kebakaran,” pungkasnya.